|4|. Kesukaan

10K 745 15
                                    

Melssa mengusap dahinya yang bercucuran keringat dengan lengan baju seragamnya. Tongkat pel yang dipegangnya ia masukan ke dalam ember yang berisi air yang telah berubah warna karena kotornya aula yang dia bersihkan.

Melssa menjatuhkan dirinya di atas lantai yang telah kering. Dengan posisi terlentang menatap lampu yang berada di langit-langit aula.

Sebotol air mineral tiba-tiba menutup lampu yang sempat ia pandangan, Melssa menoleh dan langsung mendengus keras dan merubah posisinya menjadi duduk.

"Gue lagi baik." Melssa mengangguk malas, menerima botol yang di sodorkan Tahta.

"Nggak di masukin racun, kan?"

Tahta berdecak, duduk di samping Melssa. Tapi Melssa langsung membuat jarak yang agak jauh. Meminum dengan tenang air mineral dingin yang ada di tangannya.

"Gue nggak nyangka lo jujur dan akan terima hukuman demi teman-teman lo." Tahta menekuk lalu memeluk kedua lututnya, dagunya ia letakan di atas lututnya.

Melssa mengangkat bahu. "Gue lebih suka menerima hukuman untuk orang lain yang gue anggap keluarga daripada melihat mereka mendapat masalah hanya karena gue."

"You, know?" Melssa menoleh ke arah Tahta. "That's like a dèjà vù."

Melssa tidak membalas, malah meminum hingga tandas air mineralnya lalu melemparkan botol itu ke arah Tahta. Yang ditangkap dengan sigap oleh Tahta.

"Bye." Melssa melambai sekali sebelum hilang di balik pintu.

Tahta meremas botol yang sempat di lempar oleh Melssa padanya. Giginya bergemelutuk. "Sengaja lempar sampah ke gue, dan sengaja tinggalkan pel, ember beserta airnya."

***

Melssa pasti belum pernah mengatakan jika dia menyukai musik. Neneknya adalah salah satu musisi yang terkenal pada masanya.

Awalnya Melssa hanya tertarik pada satu alat musik, yaitu gitar. Karena hanya itu yang selalu bisa di bawa kemana-mana dan selalu di bawa sang Kakek yang juga satu yang musisi jika bepergian.

Secara otodidak Melssa belajar musik, belajar tentang gitar. Lalu sesekali, dia tunjukan permainannya pada sang Kakek. Saat sang Kakek tau bahwa cucunya mempunyai bakat. Dia mulai mengajari Melssa tentang musik.

Dan hasilnya seperti sekarang. Dia bisa memainkan beberapa alat musik. Seperti gitar, piano, biola, suling, dan harpa. Sedang dalam tahap bermain drum.

Melssa memiliki ruangan yang hampir sama dengan walk in closet, bedanya jika walk in closet berisi baju milik Melssa berisi alat-alat musiknya.

Melssa mengambil gitar kesayangannya yang berada di tengah, diantara gitar lainnya. Gitar dengan warna kayu keoranye.

Menuju ke balkon kamarnya Melssa mengambil gelasnya yang berisi cokelat panas.

Setelah meletakan gelasnya di atas meja, Melssa duduk di kursi. Menarik satu kursi lagi untuk menjadi sandaran kakinya. Lalu meletakan gitarnya di atas pangkuan.

Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Mengalahkan sinar mentari

"Kini kita sahabat teman begitu kacau, mengalahkan orang tauran."

Suara lain yang menganggu lagu yang sedang dia nyanyikan membuat Melssa menoleh dan langsung mendengus.

"Paan sih lo? Ganggu aja." Melssa berdecak kesal.

Tahta yang duduk di kursi, di atas balkon kamarnya. Jadi, kamar Melssa dan Tahta itu berhadapan. Balkon mereka pun saling berhadapan.

TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang