|10|. Upper Cut

8.5K 686 10
                                    

Hari ini adalah hari keajaiban dunia ke delapan, kenapa? Karena ini pertamakalinya dalam sejarah masa SMA Melssa datang pagi ke sekolah. Dan kali ini dia berinisiatif sendiri.

Sepanjang jalan Melssa terus tersenyum, bahagia karena bisa datang tepat waktu. Ternyata hanya dengan hal kecil dia bisa bahagia.

Setelah meletakan tasnya di kelas Melssa berjalan menuju perpustakaan. Entah kenapa juga kakinya membawa ia kembali.

Ruangan penuh dengan buku itu kosong, tidak. Ada seseorang di sana. Diantara rak buku, sedang membaca sebuah buku tebal dengan kacamata yang membingkai wajah.

Melssa tau siapa orang itu, Melssa meneliti. Dan dia baru sadar jika, orang itu adalah orang yang sama. Orang yang kemarin datang ke perpustakaan saat ia sedang di hukum. Dan Melssa baru sadar pula jika tanda kelas di baju cowok itu berlambang kelas dua belas, dengan angka romawi sepuluh dan dua. Pantas kemarin cowok itu bertanya tentang bank soal kelas 12.

Melssa berjalan perlahan dengan tangan yang berada di belakang badannya. Saat tiba di samping cowok yang memakai kacamata itu, Melssa memiringkan kepalanya, lalu tersenyum dan menyapa.

"Pagi,"

Cowok itu tampak kaget, menoleh lalu memundurkan langkahnya. Buku yang ada di tangannya hampir saja terjatuh akibat rasa kagetnya akan kedatangan dan sapaan Melssa.

Cowok itu menatap Melssa kaget. Melssa terkekeh pelan.

"Sori, gue nggak tau kalo lo bakal kaget." Melssa tersenyum. "Lo kelas 12?"

Perlahan cowok itu mengangguk, wajahnya tidak setegang tadi. Sudah lebih rileks. Dia menatap Melssa yang tersenyum.

Melssa memiringkan kepalanya saat cowok yang ada di depannya menatap dirinya. "Kenapa? Ada yang salah?"

Cepat-cepat kepala cowok itu menggeleng. Melssa tertawa pelan.

"Gue Melssa." Melssa mengulurkan tangannya, masih dengan senyum manisnya.

Perlahan, tangan cowok itu membalas uluran tangan Melssa. "Alano."

"Alano?" Melssa menahan tangan cowok itu saat ingin melepaskan tangannya, membuat Alano kaget. "Maaf. Lo, Alano yang waktu itu tolong gue di kafe, bukan?"

Alano tampak terkejut, menarik tangannya tapi Melssa menahan dengan kuat.

"Lo Alano yang itu, kan?" Melssa menatap Alano yang berada di depannya dengan seksama, mencoba mengingat. Lalu, dia menemukan hal sama yang digunakan oleh Alano yang bertemu dengannya di kafe dan Alano yang ada di depannya. "Jaket lo sama seperti waktu itu, jaket yang basah karena siraman air dari Gisell."

Alano tampak mulai panik. "B-bukan, g-gue bukan Alano yang itu."

Melssa meremas tangan Alano, tatapannya menajam. "Kenapa lo kayak takut gitu sih?"

Alano tidak menjawab, dia mengalihkan pandangannya. "Jangan dekat-dekat gue. Lo bisa kena masalah." Ujarnya pelan, mulai menatap Melssa yang membalas tatapannya. "Jangan dekat gue kalo kita di sekolah."

Melssa mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Pokoknya jangan."

"Kalo nggak ada alasannya gue bakal dekat-dekat ke elo." Melssa meremas tangan Alano yang sejak tadi belum ia lepaskan.

Alano tampak bingung untuk membalas ucapan Melssa, untuk melarang cewek nakal ini dekat dengan dirinya.

"Lo kelas berapa?" Melssa menatap Alano yang menunduk. "Jawab."

"12 IPA 2."

Melssa mengangguk, perlahan melepaskan tangan Alano. "Istirahat gue jemput ke kelas lo, awas kalo lo menghindar. Gue panggil lewat toa."

TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang