Setiap murid di sekolahnya, di haruskan mengikuti sekurang-kurangnya satu eskul. Dan Melssa mengikuti satu eskul dari banyak eskul yang ada.
Musik.
Dia suka musik sejak kecil, jadi dia masuk ke dalam eskul musik saat tau sekolahnya memiliki eskul itu.
Melssa adalah ketua eskul musik, tanggung jawabnya besar. Bukan hanya untuk mengajari tetapi juga membimbing para anggotanya. Walau, anggotanya hanya sepuluh orang. Termasuk dirinya.
Memang sedikit. Eskul musik adalah eskul yang paling di anggap sebelah mata, alasannya karena semua orang bisa mempelajarinya sendiri. Tapi, mereka tidak tau jika bermain bersama orang lain itu lebih indah di banding bermain sendiri.
Apalagi, Melssa adalah angkatan pertama dari eskul musik. Eskul itu memang baru saja di bentuk saat Melssa mengajukannya. Atas nama Ayahnya, Melssa mengajukan permohonan untuk membentuk satu eskul lagi. Dan tentu diperbolehkan, masa iya mereka menolak. Mau aliran dana berhenti?
Melssa membuka pintu, ruangan itu masih sepi. Hanya ada instrumen musik yang di letakan rapi pada tempatnya.
Melssa meletakan tasnya di rak khusus yang sengaja ada untuk tempat tas. Melssa mengeluarkan ponselnya, lalu menyambungkannya dengan speaker menggunakan bluetooth.
Setelah tersambung dia memilih sebuah lagu, berhubung belum tepat jam untuk memulai latihan.Kau yang terbaik yang pernah aku dapatkan
Dan terbaik yang slalu kudengar
Aku tau kini takkan mudah
Tuk bisa terus bersamamuKarna malam ini
Saat yang terindah bagi hidupku
Oh tuhan jangan hilangkan dia
Dari hidupku selamanyaSungguh ku tak ingin
Hatiku jadi milik yang lainnya
Ku bersumpah kau sosok yang tak mungkin
Kutemukan lagiApa jadinya jika tanpamu di sini
Lebih baik aku mati saja
Bila harus melihatmu
Bersanding tapi bukan dengan akuKarna malam ini
Saat yang terindah bagi hidupku
Oh tuhan jangan hilangkan dia
Dari hidupku selamanyaSungguh ku tak ingin
Hatiku jadi milik yang lainnya
Ku bersumpah kau sosok yang tak mungkin
Kutemukan lagiKarna malam ini malam ini malam ini
Sungguh-sungguh aku tak ingin
Hatiku jadi milik yang lainnya
Ku bersumpah kau sosok yang tak mungkin
Kutemukan lagi"Sedih amat lagunya." Pintu terbuka, Aliani masuk dengan kantong plastik pada tangannya. "Pasti lapar." Isi kantong plastik yang di bawa Aliani adalah dua bungkus roti cokelat. Dia sengaja membelinya, karena dia tau temannya itu tidak ke kantin karena langsung ke kelas, sedangkan ia dan Ragen sempat makan di kantin, walau bel sudah berbunyi.
Sekotak susu rasa cokelat tidak lupa di belikan oleh Aliani, untuk dirinya juga.
Melssa mengunyah pelan roti rasa cokelat itu, sesekali meminum susu kotak rasa coklatnya.
Bertepatan dengan habisnya roti dan susu kotak Melssa para anggota lain datang.
Melssa tidak lupa membicarakan tentang kelasnya dan dia yang di berikan kesempatan untuk memberikan masukan untuk acara menjelang hari ulang tahun sekolah.
"Gimana kalo kita buat lomba nyanyi. Ada lima babak, di babak pertama, kedua dan ketiga, para peserta harus memilih kertas yang ada di dalam sebuah kotak. Di dalam kotak minimal ada lima puluh lagu dengan kategori dan bahasa yang bercampur. Ada indonesia dan ada inggris. Kalo nggak bisa menyanyikan karena nggak tau gugur. Jika lolos dari tiga babak itu, mereka pantas lolos ke babak selanjutnya. Dan dua babak itu bebas memilih lagu. Yang menang akan menyanyi di hari ulang tahun sekolah, sebagai lagu penutup. Bagaimana?" Melssa menjelaskan panjang lebar.
Aliani mengangguk. "Ide bagus. Supaya mereka tau kalau musik itu nggak sembarangan. Lo harus bilang ide lo ini ke Tahta."
Anggota lainnya ikut mengangguk.
"Oke." Melssa mengangguk. "Sekarang kita latihan dulu."
***
Setiba di rumah Melssa bergegas mandi, setelah selesai dia berjalan ke rumah Tahta yang berada di sebelah kanan rumahnya.
Dengan kaos hitam berlambang Mashmellow dan celana jins pendek, dia berjalan dengan beberapa kertas di tangannya. Hasil diskusinya dengan Aliani.
Melssa membuka pagar dan mengetuk pintu rumah Tahta. Saat pintu terbuka wajah bahagia yang berasal dari Mama seorang Tahta Arbadiandi menyambutnya dengan hangat.
"Melssa!" Wanita yang memiliki umur sama dengan Mamanya sendiri, memeluk erat Melssa. "Lama kamu nggak main ke rumah." Yulia, Ibu dari Tahta itu menatap hangat Melssa yang hanya tersenyum.
"Sibuk, Tante." Jawab Melssa seadanya.
"Sibuk? Rumah kamu hanya beberapa langkah dari sini." Yunus mencubit gemas pipi Melssa. "Cari Tahta, kan? Tahta bilang kalau kamu datang suruh ke kamarnya aja." Yulia membimbing Melssa masuk.
Melssa menatap sekeliling, banyak yang berubah dari rumah ini. Tata letak perabotan dan warna cat yang telah berubah. Ternyata sudah lama Melssa tidak kemari.
Yulia berhenti di depan tangga, begitu juga Melssa. "Kamu masih ingat kamar Tahta, kan? Kamarnya masih di tempat yang sama. Yang beda cuma semakin banyak poster." Yulia tertawa. Melssa hanya mengangguk, lalu berjalan menaiki tangga.
Kalau tidak salah, dan jika ingatkan Melssa masih baik. Kamar Tahta berada di paling ujung. Tepat ke arah yang berhadapan dengan kamarnya sendiri yang berada di ujung.
Melssa tersenyum geli melihat tulisan yang ada di depan pintu kamar Tahta.
'Kalau bukan seorang Ratu, di larang masuk. Karena hanya Ratu yang dapat memiliki Tahta'
Terkekeh, Melssa mengetuk sekali pintu kamar Tahta. Takut jika Tahta sedang melakukan hal tidak senonoh dan dia melihatnya. Kan, jadi enak. Eh? Tidak enak maksudnya.
Kamar Tahta kosong, hanya ada suara lagu dari DJ yang sedang Melssa gunakan menjadi gambar di bajunya.
Melssa meletakan kertas yang ia bawa di atas kasur Tahta, lalu berjalan menuju balkon kamar Tahta yang berhadapan langsung dengan kamarnya yang berada di seberang.
Benar-benar berhadapan, kamar keduanya. Bahkan Melssa bisa melihat tempat tidurnya yang berada di seberang, Melssa memang sengaja membuka gorden kamarnya. Ingin tau juga apakah akan terlihat apa yang dia lakukan jika dari kamar Tahta.
Melssa curiga, kalau Tahta pernah mengintipnya. Bukan fitnah, tapi spot tempat Tahta sangat strategis. Apalagi kamar Melssa hanya di tutupi gorden tipis. Itupun berwarna putih.
Ingatkan Melssa untuk mengganti warna gorden kamarnya menjadi hitam atau warna yang bisa menutupi kamarnya.
Ceklek!
Suara pintu yang terbuka membuat Melssa berbalik, berjalan masuk. Dengan langkah terkejutnya melihat Tahta tanpa busana.
Maksudnya bertelanjang dada, tidak memakai baju. Hanya selembar handuk yang melingkar di pinggang cowok itu.
Melssa hampir berteriak, jika saja Tahta tidak membekap mulutnya dengan telapak tangan.
Mata Melssa hampir keluar karena jarak yang begitu dekat dengan Melssa, bahkan air yang berasal dari rambut Tahta mengenai dirinya karena gerakan super cepat yang di lakukan Tahta."Tutup mata lo!" Melssa segera menutup matanya saat Tahta memberikan perintah, kenapa? Karena Melssa tau jika handuk yang digunakan Tahta akan jatuh ke lantai.
. . .
Yo ho
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta
Teen FictionTahta. Tahta adalah Ketua Osis dengan segala kelebihan sedangkan Melssa mungkin hanya remahan rengginang jika di bandingkan dengan Tahta. Tahta © 2019 Dasyalily