|11|. Akibat

8.1K 710 7
                                    

Melssa mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap mata salah satu dari tiga orang yang kini menatapnya tajam karena telah membuat salah satu teman mereka pingsan.

Dan ini sudah setengah jam, Tahta tidak kunjung bangun.

"Sayang!" Pintu UKS di dorong kuat, Gisell masuk dengan wajah khawatir dan langsung memeluk Tahta yang masih terbaring di atas brankar. "Tahta!" Gisell menggoyangkan tubuh Tahta, tapi tentu itu tidak berguna. Karena Tahta masih pingsan.

Gisell berbalik, matanya tajam menusuk ke arah Melssa yang bersandar di tembok. Kepala Melssa tertunduk, menatap ubin di yang ia pijak.

"Eh, ganjen!" Gisell mengangkat kasar dagu Melssa dengan tangannya. "Lo sok berkuasa? Atau lo memang sengaja buat pacar gue gini?"

Melssa melepaskan tangan Gisell yang memegang dagunya dengan kasar, menatap tajam gadis yang ada di depannya. "Gue nggak sengaja. Gue kira dia teman cowok tadi."

"Halah! Alasan!" Sentak Gisell kasar. "Lo sengaja, iya kan?!"

"Lo ngerti nggak sih kalo gue bilang nggak sengaja? Gue enggak sengaja!"

Shadian menarik Gisell menjauh dari Melssa sedangkan Melssa yang mulai habis kesabaran di tahan bahunya oleh Shaden.

Melssa menggerakan bahunya agar tangan Shaden tidak lagi berada di bahunya. Badannya merosot jatuh, Melssa menunduk. Kepalanya pening karena semua ini.

Shaden ikut berjongkok, mengusap bahu Melssa. "Jangan menyalahkan diri sendiri."

"Lo nggak di sana, lo nggak tau." Melssa menenggelamkan kepala di lipatan lututnya.

Suara erangan pelan membuat semua orang menoleh ke arah Tahta yang mulai membuka matanya. Gisell menghampiri Tahta, langsung menggeram tangan cowok itu erat.

"Ta," Gisell tersenyum. Tahta membuka matanya, menatap sekeliling. Tapi tidak mendapat apa yang ia cari. Hebat juga pukulan cewek itu.

"Minum dulu." River membuka sebotol air mineral, lalu memasukan sedotan ke dalam botol itu. Memudahkan Tahta untuk meminum.

Setelah selesai, Tahta menoleh ke pacarnya yang tampak akan menangis sebentar lagi. "Ta,"

"A-aku b-baik." Ucap Tahta terbata, rahangnya terasa sakit jika di gerakan. Rasa nyeri merambat begitu saja saat dia berbicara.

"Gara-gara lo nih!" Gisell menoleh ke arah Melssa yang masih setia duduk di atas lantai. Melssa mengangguk. Memang ini salahnya.

"H-hape g-gue m-mana?" Tahta meringis, rasanya benar-benar sakit jika dia terus berbicara. Shaden yang memegang ponsel Tahta berdiri, setelah memberikan ponsel itu dia kembali ke tempat sebelumnya. Hanya saja dia tidak kembali berjongkok di depan Melssa, tapi berdiri di samping cewek itu.

Tahta membuka ponselnya, langsung menuju ke aplikasi note yang ada di ponselnya.

'Melssa mana?'

Gisell yang membaca teks itu mendengus. "Ngapain kamu cari dia?"

'Ada perlu'

Gisell dengan kesal menarik tangan Melssa yang masih setia duduk di lantai. Membawa gadis dengan rambut panjang itu ke depan Tahta.

"Tuh!" Gisell mendengus kesal. Kenapa pula pacarnya mencari Melssa?

Tahta menggerakan jarinya dengan cepat di atas layar ponselnya.

'Lo harus tanggung jawab. Gue nggak bisa ngomong'

Melssa menyirngit. "Ya, maaf. Lo juga kenapa bisa ada di belakang gue. Nggak sengaja."

TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang