|3|. Sebuah Kisah Klasik

10.4K 831 9
                                    

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Melssa akan selalu jadi langganan terlambat. Kali ini dia datang sangat pagi. Bahkan masih pukul enam pagi dan Melssa sudah berada di sekolah.

Salahkan Mamanya yang membangunkannya pada pukul empat pagi, dan menyuruhnya mandi agar lebih segar. Padahal biasanya Melssa akan bangun pukul tujuh pagi dan akan sampai di sekolah pada pukul delapan lewat, hampir setengah sembilan.

Beginilah jika ada Mamanya di rumah, Melssa tidak akan bisa tidur dengan jam yang biasanya dia bangun. Karena Mamanya itu terlalu on-time.

Setelah berpamitan Melssa berjalan masuk ke sekolah, sebelumya melirik parkiran yang masih kosong. Hanya beberapa motor yang telah ada di sana.

Melssa lupa sarapan, Mamanya memberikan bekal. Dan sepertinya Melssa akan memakannya di kantin.

Melssa mengeluarkan bekal dari tasnya, membuka kotak makan itu. Setelah berdoa, menyantap nasi goreng buatan Mamanya yang jarang bisa ia makan karena Mamanya jarang berada di rumah.

Melssa hampir memakan habis nasi gorengnya saat empat orang yang paling dia benci datang dan lambang duduk di kursi yang kosong. Dengan tatapan sinis Melssa melirik satu persatu wajah tengil yang selalu membuat kehidupan SMA-nya kelabu.

"Enak tuh." River berceletuk asal, melirik nasi goreng Melssa yang hanya tersisa satu suap. "Suap dong."

Melssa tersenyum manis, menyendok suapan terakhir nasi gorengnya. River yang telah membuka lebar mulutnya mendekatkan diri ke arah Melssa. Saat nasi goreng itu telah berada di dalam mulut River, wajah cowok itu berubah. Memerah.

Dengan kasar menarik air mineral milik Melssa  yang masih di pegang oleh sang pemilik, meminum air mineral yang tersisa setengah hingga tandas.

Setelah meminum hingga habis dan mengatur nafasnya karena rasa terbakar pada tenggorokannya, River beralih menatap Melssa yang santai merapikan tempat makan dan barang-barang lain.

"Lo emang, ya." River menatap tajam Melssa. "Nggak bisa sepenuh hati sedikit."

Melssa pura-pura kaget. "Memang kenapa?"

"Memang kenapa, memang kenapa! Nasi goreng lo pedis setan!"

Melssa tertawa. "Gue lupa, tadi sendoknya bekas sambel."

River berdecak kesal. "Memang sialan lo ya."

Melssa mengendikan bahu. Membawa tasnya untuk dia letakan di kedua bahunya.

"Lo mau kemana?" Shadian melirik Melssa yang beranjak.

Melssa menatap Shadian dengan tatapan seperti Shadian sedang bertanya apakah Melssa adalah seorang perempuan, aneh.

Dengan decakan dan putaran bola mata Melssa menjawab. "Menurut L? Ke kelas lah, sudah jam tujuh." Melssa melangkahkan kakinya.

Tahta yang sejak tadi diam, menatap punggung Melssa yang perlahan menghilang saat berbelok.

"Dia nyebelin banget sih." Kesal River, dia masih kesal karena Melssa yang tentunya sengaja memberikan dirinya nasi goreng yang pedas. "Gue balas, lihat aja."

Shaden yang berada di samping River mendorong kepala belakang River, membuat cowok itu hampir tersungkur ke depan.

"Kayak anak kecil aja."

River menatap tajam Shaden. "Bodo amat, gue yang kayak anak kecil juga." River memajukan bibirnya.

Tahta berdecak. "Diam deh." Kesal. Karena teman-temannya membuat keributan. "Balik ke kelas deh."

***

Setelah bel istirahat berbunyi, tiba-tiba suara pengeras suara yang ada di masing-masing kelas berbunyi.

TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang