Melssa di sidang.
Maksudnya dia akan di beri hukuman yang berat karena telah membuat seorang Kakak kelasnya harus dilarikan ke rumah sakit. Dengan keadaan yang lumayan parah.
Ara, duduk di samping sang anak yang hanya diam dan terus saja mengalihkan pandangannya ke tempat lain saat Pak Regar ataupun dirinya sendiri berbicara pada anaknya.
Pintu terbuka, datanglah dua orang yang sejak tadi di tunggu. Shaden yang mengantar kedua orang itu melirik Melssa yang sama sekali tidak merubah posisinya sejak tadi, masih diam dan tidak ingin mengetahui apa yang terjadi.
Shaden tersenyum ke arah Ibu dari seorang Melssa, sebelum tersenyum dan pamit ke Pak Regar yang tenang di kursinya.
"Silakan." Pak Regar mempersilahkan sepasang suami istri itu untuk duduk di kursi yang ada di depan mejanya, sedangkan Melssa dan Ibunya duduk di sofa yang tidak jauh dari sana.
Dengan angkuh wanita dengan bibir super merah dan dandanan yang terlalu menor duduk di kursi. Lalu tidak lama sang suami mengikuti.
Pak Regar menatap kedua pasangan yang ada di depannya sebelum melirik Melssa yang tampak tidak tertarik.
"Jadi, maksud saya mengundang bapak dan ibu kemari karena suatu insiden yang membuat anak bapak dan ibu masuk rumah sakit, dan dari keterangan dokter harus di rawat beberpa hari di rumah sakit."
Wanita yang merupakan ibu dari seorang Edgar tersenyum sinis dengan bibir merah darahnya. "Saya tidak tau tau, intinya saya ingin siapapun yang melakukan ini harus bertanggung jawab. Bagaimana bisa anak kesayangan saya terbaring di rumah sakit dengan keadaan yang parah." Wanita itu berdecak beberapa kali dan menggelengkan kepalanya. "Saya ingin sekolah bertindak tegas untuk kasus ini."
Pak Regar mengangguk. "Tapi, biarkan kita dengar kenapa sampai bisa dia melakukan hal tidak terpuji itu pada anak ibu." Pak Regar menatap Melssa yang melirik dengan tajam. "Apa alasan kamu, Melssa?"
Melssa melirik tajam wanita yang menjadi ibu dari seorang Edgar yang terlalu sering melakukan hal semena-mena. Senyum sinis tersinggung pada bibir Melssa. "Saya punya banyak alasan, Pak. Salah satunya karena dia terlalu sering membully anak-anak yang dia anggap tidak akan melawan walau apapun yang dia lakukan pada anak tersebut. Saya salah kalau membela?"
"Tapi tidak perlu sampai melakukan kekerasan." Ucap Pak Regar yang di hadiahi dengusan oleh Melssa.
"Bagaimana kalau anak ibu yang ibu banggakan itu juga melakukan kekerasan pada orang lain?"
Wanita itu tertawa. "Mana mungkin anak saya seperti itu."
Melssa terkekeh, sarkas. Ara meremas tangan sang anak yang sejak tadi dia gengam.
"Memang ibu dua puluh empat jam bersama anak ibu? Apa ibu tau kalau anak ibu selalu membuat dirinya seakan berkuasa di sekolah ini? Apa ibu tau kalau anak ibu selalu membuat tindakan kriminalitas?"
"Anak saya tidak mungkin seperti itu. Dia baik, dia sela--"
"Omong kosong," Melssa memotong ucapan wanita itu. Membuat wanita itu mendelik tajam padanya. "Ibu tau kenapa saya membuat anak ibu sampai masuk rumah sakit? Satu, karena dia terlalu sok berkuasa, dua karena dia sering membully, tiga karena dia melakukan kekerasan pada anak yang dia bully."
Wanita itu menatap tajam Melssa. "Kamu anak tidak tau aturan atau tidak tau tata krama?"
Melssa tertawa, membuat remasan tangan Ara semakin kuat pada tangan Melssa. Tapi, Melssa menghiraukan itu. "Tata krama? Lalu anak ibu itu apa? Bebal?"
"Mulut kamu tidak sopan sekali pada orang tua."
Melssa terkekeh. "Bu, bagi saya ini masih sopan. Ibu mau saya tidak sopan?" Melssa berdiri. "Ma, lepas." Melssa menoleh pada sang Mama yang menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta
Teen FictionTahta. Tahta adalah Ketua Osis dengan segala kelebihan sedangkan Melssa mungkin hanya remahan rengginang jika di bandingkan dengan Tahta. Tahta © 2019 Dasyalily