Cling!
Cling!
Cling!
Suara ponsel yang lebih dari sekali berbunyi terpaksa membuat tangan Melssa menjelajah di atas narkas. Matanya masih terpejam, tapi tangannya belum berhenti menelusuri narkas. Setelah menemukan benda pipih yang menjadi asal suara.
Melssa sedikit membuka matanya. Ada sepuluh pesan semua dari orang yang sama. Melssa menguap lebar, tidak merubah posisinya.
Lalu ponsel itu berdering, kali ini bukan pesan memainkan telfon. Penelfon yang sama dengan orang yang menurunkan sepuluh pesan pada pukul setengah lima pagi.
"Halo?" Melssa mengusap matanya yang masih ingin tertutup.
"B-bangun."
Mata Melssa yang sempat tertutup terbuka kembali, dia kenal suara itu. Dan seharusnya orang yang berada di seberang sana tidak mengeluarkan suaranya untuk sekarang.
"Ngapain lo telfon gue? Ada yang penting? Gue masih ngantuk."
"B-baca p-pesan g-gue."
Dan sambungan itu terputus. Melssa berdecak, dengan terpaksa membuka aplikasi pesan dan membaca sepuluh pesan masuk yang semua berasal dari Osis Tengil.
'Bangun'
'Bangun'
'Atau gue siram lo'
'Anjay, lo kebo banget'
'Lo jangan sampe telat'
'Gue ada rapat hari ini'
'Lo yang jadi mulut gue ingat itu'
'Lo berangkat bareng gue'
'Gue berangkat setengah tujuh'
'Telat semenit, gue lapor ke Tante Ara'
Melssa mendengus kesal. Dasar tukang pemberi perintah, hanya tau suruh saja. Tahta tidak tau bagaimana perjuangan Melssa untuk bisa bangun saat ponselnya berdering. Biasanya jika ponselnya berdering dia akan mengabaikan. Merasa dering ponsel hanya sebagian dari mimpi indahnya.
Melssa mengangkat tubuhnya untuk duduk dengan susah payah. Bagai ada lem yang menempelkan tubuhnya dengan tempat tidur.
Melssa mengusap rambutnya dengan kasar, rasanya dia ingin kembali jatuh di atas tempat tidurnya, tapi saat badannya hampir saja jatuh ke atas kasur ponselnya berbunyi.
'Awas kalo lo tidur lagi'
"Dasar vampire," Melssa mendesis pelan. Bisa-bisanya Tahta tau apa yang ada di pikiran Melssa. Yaitu kembali tidur.
Melssa mendengus kasar, lalu menyibakkan gorden, dia bisa melihat jelas jika Tahta sedang berdiri di sana. Di balkon kamar dengan tangan melambai ke arah Melssa yang segera menutup kembali gorden saat melihat Tahta. Lalu bergindik ngeri bagai melihat hantu.
***
Melssa mendengus pelan, tau begini lebih baik dia berjalan kaki menuju sekolah. Ya, iyalah siapa yang mau jadi anti nyamuk. Yang duduk di sebelahnya seperti patung, di belakangnya orang pacaran. Di paling belakang ada dua bestie yang terus saja tertawa karena sebuah video konyol yang mereka tonton.
Melssa merasa menjadi supir, tapi memang begitu kenyataanya. Dia memang di jadikan supir oleh Tahta. Melssa memaki dalam hati. Kalau bukan karena rasa bersalah Melssa pasti akan menolak semua ini. Akan memukul Tahta sekali lagi, bahkan kali ini sampai cowok itu tidak bisa berbicara untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahta
Teen FictionTahta. Tahta adalah Ketua Osis dengan segala kelebihan sedangkan Melssa mungkin hanya remahan rengginang jika di bandingkan dengan Tahta. Tahta © 2019 Dasyalily