Duapuluh lima

11 2 1
                                    

Mata saling bertemu, namun mulut sama-sama bisu.
Diam, senyap, namun rindu selalu berhasil merayap.
Jika rasa takkan terungkap, bolehkah rindu berhenti hinggap?

Rasa bisa saja pudar namun rindu tak pernah habis beredar.
Mulut bisa saja mengingkari, namun kau tahu, mata tak bisa menghianati.
Akan berbinar jika bahagia, akan sendu jika duka membelenggu.

Otak mengatakan "pergi saja, karena percuma".
Namun hati kian berontak "tetaplah menanti, suatu saat rasa akan terbalas pasti".
Mana yang harus dituruti?
Apa harus menunggu rasa mati?

Bisa kau berhenti sejenak dan menoleh kemari?
Lihatlah, ada hati yang menanti meski selalu terbesit ingin pergi.
Takkah kau mengerti?

Dia terlalu malu mengungkapkan tapi ketahuilah hati selalu meneriakkan.
Dia bisa bungkam tapi ketahuilah ia ingin kau genggam.
Dia cinta, namun kau terlalu banyak yang mencinta.

Lantas, bisa apa?
Menari dengan duka?
Tersenyum dengan lara?
Percayalah, ini sudah terlalu lama

❤❤❤

Alooo 👋
Aku up lagi
FYI, yang baca cerita pertamaku
"Tak lagi sama" itu masih di revisi, lagi ngumpulin mood buat nulis lagi hehe 😂

TBC.

A Pen of Heart (Quotes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang