"Gue pengin kita berakhir sampai disini aja."
Rais membeku.
Cowok itu sekarang merasa seperti ada beribu-ribu pisau menghujamnya. Hati nya yang awalnya berseri mendadak mendung dengan segumpal awan hitam disana. Iris mata Rais mendadak menatap Nayla seakan tak percaya dengan pengakuan gadis itu. Dirinya merasa jatuh ke jurang dalam yang tak berujung.
Sangat mengejutkan.
Nayla menunduk. Dirasakannya sekarang perutnya yang mendadak melilit. Berusaha mencegah butiran air mata yang siap jatuh. Gadis itu meremas bajunya.
Rais meletakkan laptop Nayla.
Lalu meraih tangan kanan Nayla yang meremas bajunya.
"Lo bercanda kan?" Ucap Rais dengan lirih. Berusaha tersenyum walaupun hati nya menangis didalam sana.
Nayla menarik napas. Dirinya harus tegas kali ini.
"Gue gak pernah main-main sama ucapan gue." Gadis itu menengadah,memberanikan diri untuk bertatapan langsung dengan iris matas Rais.
Disana.
Nayla melihat sorot rapuh dari sosok Rais.
Disana.
Nayla seakan kehilangan pertahanannya.
Gadis itu juga dapat melihat bahwa ada sebuah kaca yang siap pecah.
Tanpa Nayla sadari,air matanya jatuh.
Dan Rais menyeka nya dengan pelan.
"Gue gak suka liat lo nangis kayak gini." Rais menatap lekat mata Nayla.
Nayla tersadar,lalu membuang wajah dengan kasar ke samping.
Dirinya tidak ingin terlihat rapuh.
"Lupain gue," tukas Nayla.
Rais menengadah menatap langit rumah Nayla,lalu menyugar rambutnya dengan kasar.
Masih tak percaya.
Sebegitu mudah nya kah gadis itu ingin putus? Apa gadis itu tak peduli dengan semua pengorbanan Rais selama ini?
"Hati gue yang keras kepala pengin lo tetep disana," lirih Rais.
Nayla tidak tahan.
Seperti hujan yang turun mendadak,pelupuk mata Nayla sekarang sudah basah diikuti seenggukan dari gadis itu.
"Gue gak bisa,Rais." Nayla terisak.
Rais merasa gagal membuat Nayla bahagia.
"Siapa yang bikin lo mau mutusin gue?"
Nayla menggeleng.
"Kasih gue alasan yang kuat buat gue nerima keputusan lo untuk putus." Genggaman Rais semakin erat. Berusaha menyalurkan energi positif pada Nayla.
Nayla terdiam.
"Nayla,jawab gue," lirih Rais.
Gadis itu semakin terisak.
"Nayla."
Tidak ada respon.
"Nayla." Rais memegang dagu gadis itu lalu mengangkat kepalanya.
Sembap.
"Maafin gue." Rais tak tahan. Dengan perlahan Rais menarik Nayla kedalam pelukannya. Berharap bisa menenangkan gadis itu. Berharap Nayla bisa merasakan kehangatan didalam dekapannya. Berharap gadis itu bisa merasakan bagaimana rasa sayang Rais padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treacherous [Re-Write Setelah Tamat]
Teen FictionDulunya » "Him Or Her?" --- | "Don't make another fire, Darling. It will be Treachrous for us." | Did you start this story? Then you also have to end it. Meski itu melukaimu. Meski itu membunuhmu. Karena semuanya kamu yang memulai. You never got it...