12. Bimbang

3.6K 275 23
                                    

"Tiffany," panggil Rey karna Ia tak Juga berkutik

"Ah, Iya Paman"

"Tolong kamu persiapkan segalanya ya. Karna acaranya akan diadakan besok lusa"

"Iya, Paman" jawab Tiffany Seadanya

"Baiklah, kalau begitu Paman pergi dulu" Setelah Rey Keluar Tiffany hendak mengikuti akan tetapi Keano menahan tangannya dengan cepat

"Kita perlu bicara"

"Lepas!"

"Nggak, gue mohon dengerin gue dulu. Gue nggak mau tunangan sama cewek itu. Gue--"

"Emangnya itu urusan gue?" Keano terdiam mendapat pertanyaan dari Tiffany dengan tatapannya yang kembali datar seperti dulu.

"Lo mau atau nggak tunangan sama dia itu urusan lo, dan gue nggak ada sangkut pautnya dengan itu"

"Tapi gue cinta sama lo, Tiffany. Lo ngerti nggak sih?!" Geram Keano, Tiffany tak menjawab

"Apa lo nggak bisa ngerasain sedalam apa gue cinta sama lo?" Tanya Keano sendu, Tiffany masih memperhatikannya

"Apa lo... Nggak bisa ngerasain jantung gue yang selalu berdebar waktu lagi sama lo?"

Keano menarik sebelah tangan Tiffany dan meletakkannya di dadanya

"Sekarang rasain, rasain seberapa kencang jantung gue berdetak waktu gue lagi sama lo" Tiffany benar-benar dapat merasakan jantung Keano berdetak sangat kencang. Apa benar Keano mencintainya?. Tiffany menarik tangannya kembali dan membuang muka

"Apa ini nggak cukup untuk buktiin kalau gue benar-benar cinta sama lo?"

"Percuma" jawab Tiffany akhirnya bersuara sedetik kemudian ia menoleh, "Percuma lo buktiin itu ke gue karna itu nggak akan merubah apapun"

"Segalanya bisa berubah, Tiffany. Dan kuncinya ada sama lo. Sekarang tatap gue dan jawab pertanyaan gue" Keano menahan bahu Tiffany dan menatap matanya dalam

"Apa lo cinta sama gue?" Tanya Keano, Tiffany tak menjawab ia justru mengulum bibirnya

"Tiffany, gue tanya sekali lagi. Apa lo cinta sama gue?" Tiffany masih tetap diam

"Tiffany jawab gue!" Ucap Keano Frustasi

"Yang gue butuhin itu jawaban lo, Tiff. Bukan diamnya lo" Ucap Keano melembut

"Gue cinta lo atau nggak itu nggak akan merubah apapun, Ken. Karna bagaimanapun lo pasti akan tetap tunangan sama cewek itu. Jadi, jangan pikirin apapun lagi dan jaga kesehatan lo." ujar Tiffany dan berlalu pergi meninggalkan Keano yang menatap kosong kearah lantai setelah mendengar Tiffany akhirnya bersuara namun tidak memberikan jawaban seperti yang ia inginkan.

Tiffany menutup Pintu Ruangannya lalu menguncinya tanpa beranjak dari sana. Tatapannya terlihat kosong dan sedetik kemudian setetes cairan bening meluncur disudut matanya, Tiffany menyadari itu dan dengan tangan kirinya ia menghapusnya

"Untuk apa gue nangis?, Toh kalaupun gue bilang gue cinta dia itu nggak akan merubah apapun juga." gumamnya sambil menatap telapak tangannya yang basah karna air mata

"Gue nggak mau jadi wanita nggak tau diri yang udah ditampung untuk tinggal lalu macarin anaknya pula. Udah terlalu banyak mereka memberi dan gue udah nggak bisa lagi meminta." Tiffany terus bergumam, katakan saja ia berbicara pada angin toh memang itu yang ia lakukan.

"Biarlah untuk yang satu ini gue nggak akan berkutik" sambungnya. Lalu tangannya merogoh saku Blazer yang ia gunakan dan menatap benda berbandul itu sendu

"Haruskah gue terima?" Tiffany meremas kalung pemberian Billy padanya saat pemuda itu memintanya untuk menjadi kekasihnya namun masih belum ia jawab.

🍒🍒🍒

𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang