"Boleh Gua gabung?" Tanya Ana pada Bian.
"Silahkan."
"Desi bisa Gua bicara sama dia berdua?" Tanya ana pada wanita yang sedang bergelayut manja di lengan Bian. Wanita itu menegakkan badannya sebelum bicara pada Ana.
"Kalau gua gak mau?"
"Ya itu hak loe. Kan loe duluan yang disini."
"Ok gua tinggal. Tapi..."
"Gua tahu.
Thanks ya...""Hmmm..."
Desi pun meninggalkan Ana dan Bian berdua.
"Sendirian aja kesini?" Tanya Ana.
"Iya."
"Mau turun bareng sama aku?"
"Gua gak suka."
"Terus ngapain kesini. Hanya ingin minum saja?"
"Iya."
"Serius hanya minum?" Tanya Ana tidak percaya.
"Kau mau tidur dengan ku?"
"Boleh. Tapi tidur seperti apa dulu nich?"tanya ana dengan nada bercanda.
"Kau tahu apa yang ku maksud."
Ana tersenyum,
"Kalau tidur yang kamu maksud dengan olahraga. Lakukan dengan wanita tadi saja.""Kenapa tidak dengan mu saja?"
Ana tersenyum,
"Dia sudah lebih dulu datang ke kamu.""Jika aku maunya dengan mu?"
"Kau akan membuat keributan nantinya."
"Tidak ada yang bisa menolak keinginan ku."
"Sayangnya aku bisa menolaknya. Aku kesini hanya ingin tahu, siapa laki-laki yang sudah membuat para wanita disini histeris melihatnya. Bukan untuk tidur bersama dengan mu."
"Kalau begitu saya permisi. Dan terimakasih sudah meluangkan waktu untuk bisa bicara dengan Anda."lanjut Ana.
Ana berdiri dan ingin pergi, tapi sayangnya tangannya sudah dicekal oleh Bian.
"Tidak ada yang bisa pergi dari sini. Kecuali aku mengizinkannya."
"Kenapa begitu. Dan punya hak apa kamu menahan orang yang ingin pergi?" Tanya Ana yang masih bersikap lembut.
"Karena apapun yang aku mau. Aku akan mendapatkannya."
"Percaya diri sekali Anda. Tapi maaf ya... saya tidak mau disini lagi. Jadi tolong lepaskan tangan saya."
Ana mencoba melepaskan cengkraman tangan Bian. Tapi sayangnya cengkraman tangan Bian lebih kuat. Semakin Ana mencoba lepas semakin kuat bian mencengkramnya. Ana meringis karena tangannya di cengkram kuat oleh Bian.
Bian yang kesal karena mendapat penolakan dari Ana pun langsung menarik Ana hingga Ana terjatuh di atas tubuhnya. Mata mereka saling beradu. Bian mulai mendekatkan wajahnya hingga sebentar lagi bibir mereka bertemu. Ana yang sadar pun memalingkan wajahnya. Sehingga Bian mencium pipinya.
Ana mencoba bangkit tapi sayangnya Bian malah memeluk pinggangnya erat. Ana menatap Bian dengan tatapan tajam.
"Sudah kukatakan tidak ada yang bisa pergi tanpa seizin ku."
Ana tersenyum lembut.
"Benarkah begitu?""Tentu saja."
"Pinggangku sakit jika posisi seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Playgirl Troublemaker and Arogant Bastard (Sebagian Part Di Hapus)
RomantikWARNING!!!!! Kata-kata kasar dan adegan yang tidak baik jangan dicontoh, di cerna dalam-dalam... cukup dibaca aja ya... JANGAN DI RESAPI ********************************************************************************************* Ana mahasiswa ya...