Hai pembaca, karena ini novel pertama, maklumi kalau ceritanya kurang bagus ya. Karena hidup adalah proses belajar. Kalau suka jangan lupa votment nya....
--------------------------------------------------
Langit memang tidak punya tiang untuk berdiri
Dan kau juga bukan alasan kenapa aku tetap disini
Namun apabila langit telah menaungi hati
Tidak ada alasan bagiku untuk tidak mencintaiAly_Des
Bila Hati Telah DinaungiAku masih duduk ditempat yang sama. Dengan bangku yang sama, pohon yang sama dan moment yang sama. Ketika gerimis, di pinggiran rel kereta ini. Aku masih duduk menunggu surat kaleng darimu yang telah tiba dibalik akar pohon Jati itu. Entah kenapa gusarku, aku sangat ingin melihatmu saat ini. Seperti dulu saat kita berjumpa, aku ingin merasakan getaran itu lagi.
Sudah dua belas kali gerimis turun dalam bulan ini. Tapi surat yang kutunggu tak kunjung jua datang. Sering ku sibak-sibak rumput yang tumbuh dekat akar jati itu. Melihat apakah surat-surat mu tercecer atau mungkin kau salah tempat untuk meletakkannya. Namun hasilnya nihil, tak ada apa-apa disana. Terkadang aku juga seperti pemulung yang membongkar tumpukan kaleng-kaleng didekat jati itu. Kali-kali ada yang membuang kaleng-kaleng surat kita. Namun hasilnya juga sama, aku tak menemukan apa-apa.
Ini sekiranya sudah pertengahan november. Namun tak ada satupun surat yang kudapat. Aku hanya menunduk lesu dan terduduk menyandar di kursi ban bekas yang kau buatkan dulu untukku. Sambil memainkan kaleng lusuh yang basah, aku meneguk sebotol mineral dengan cepat. Ini tak lebih dari rasa frustasi yang kudapat setelah hampir sebulan menanti suratmu. Sudah kuputuskan, mulai besok aku akan datang setiap hari ke tempat ini.Ini mungkin hari pertama dan mungkin akan sia-sia. Tapi aku tidak pedulikan itu semua. Dengan dua buah payung aku berjalan. Satu payung ku buka dan satunya lagi ku tutup. Ini jaga-jaga barang kali kau tidak membawa payung, maka aku yang membawakannya. Dengan langkah yang cekatan, aku sampai pukul empat sore di pohon jati. Tapi tak kutemui siapapun. Dan kaleng suratku masih dalam keadaan yang sama. Aku duduk diam disana hingga matahari mulai berganti dengan bulan. Dan baru saat itu aku akan pulang.
Setiap sore aku berjalan menuju tempat yang sama. Dan terkadang, apabila gerimis datang tiba-tiba. Aku akan pergi saat itu juga. Meski pagi, siang, sore ataupun malam hari. Berharap aku dapat melihat sosok yang pernah kulihat sebelumnya. Sosok yang berhasil membuatku bertanya apa yang terjadi padanya. Sosok yang berhasil membuatku berhujan-hujan untuk menunggu surat-surat darinya. Sosok yang begitu kurindukan keberadaannya.
Ini sudah hari keempat, kali ini aku melangkah dengan pelan. Sore ini gerimis tak datang. Mentari tersenyum menyinari wajah putihku yang memerah karena sinarnya. Aku masih juga membawa dua buah payung meski ku tahu hari ini cerah. Melangkah tak berirama. Aku meilihat ada sosok yang berdiri disana. Dibawah pohon jati dan duduk diatas kursi milik Ray. Apakah itu Ray ?. Kupasang kacamata minusku dengan segera. Aku melangkah begitu cepat dan hampir berlari dengan senangnya.Sosok itu tinggi, memakai jas hitam dan berkulit putih. Ah, itu bukan Ray. Aku kecewa melihat kenyataan yang ada. Bahwa sosok yang kulihat adalah sosok asing yang tidak kukenali, bukan sosok yang kutunggu kedatangannya. Aku menghampiri sosok itu dengan perlahan. Penasaran sedang apa dia disana. Apakah dia seorang yang disuruh Ray untuk menemuiku ?. Ah, aku tak ingin berkhayal kali ini.
“Eeehhmm, boleh saya duduk ?”. Aku meminta izin untuk duduk dikursi ban disamping pria itu.
“Silahkan, bukankah hari cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerimis Milik Ayunda
Romance[SEGERA TERBIT] Aku tidak tahu kapan tepatnya semua akan terulang kembali. Jatuh dan pergi. Hilang dan meninggalkan semua kenangan tentangmu. Pernah suatu kali aku berpikir tak ingin jatuh cinta lagi, namun entah kenapa dia datang dan mencoba men...