Bolehkah jatuh cinta lagi ? Bagian 2

43 5 0
                                    

Hai readers. Maaf atas ketidak nyamanannya ya... Admin baru sehat dari sakit jadi baru sempat nulis lagi. Maafin admin ya...

Ngemeng2 ini lanjutan dari cerita sebelumnya. Jadi masih lanjutan. Ditunggu ya cerita
selanjutnya....

------------------------------------------------------

“Dia baik-baik saja” Ujar seseorang dari balik tirai kepada dua orang yang bercakap bersamanya. Pembicaraan mereka samar-samar kudengarkan. Kemudian suara itu menghening dan tidak lagi muncul. Hanya derap langkah yang terdengar. Jelas sekali langkah itu langkah mama dan papa. Aku menarik nafas dalam. Satu sisi aku penasaran. Namun sisi lainnya aku tidak ingin memikirkan apa-apa. Aku merasa baik-baik saja.

“Yun, besok kamu sudah boleh pulang” Ujar papa sembari duduk di pinggir dipanku.

“Yunda sakit apa sih pah ? kok kayaknya serius banget” tanyaku mengesal.

“Kamu itu sakit jantung stadium akir” ujar Arevie yang tiba-tiba muncul.

“What’s ? jantung ? kok pake stadium akir sih?” Ekspresiku kaget sekaligus heran.

“Nih, bunga buat kamu” Arevi menyodorkan sebuah buket bunga Daisy kearahku.

“Daisy? Tanyaku membatin. Aku masih terdiam dan tidak meraih bunga tersebut.

“ Kamu suka Daisy kan ? lanjut Arevie.

“ Emang aku kuburan dikasi bunga” jawabku ketus.

“Sudah-sudah, jangan berantem terus, sini bunganya tante pojokin dulu” ucap mama.

“Si ganteng ini siapa sih Yun?” Tiba-tiba papa angkat bicara.

“Au ah , orang gila kali” jawabku ketus.

“Idih, si bunglon lagi sakit masih bisa ketus gitu” ledek Arevie

“Jangan gitu dong Yun” tegur mama.

“Iya mah, maaf, ini Arevie temen Yunda” jawabku memelas.

“Salam tante”Arevie menegur ramah.

“Mama sama papa kamu aja ramah, kok kamu kayak cabe rawit sih pedesnya?” ledek Arevie kembali

“ biarin cabe rawit, kamu ulet bulu, bikin gatel orang terus” jawabku.

“sudah, jangan berantem, Arevie tante sama om titip Ayunda sebentar ya, mau ke apotik dulu”

“ mamahkan gitu, suka nitipin anak”  ujarku cemberut.

“Siap om,tante, titip kepelaminan juga gak papa” gurau Arevie.

“kamu nyebelin banget sih” ucapku sembari memukul Arevi pelan dengan bantal rumah sakit.

Mama dan papa berlalu meninggalkan ruangan. Sekejap hanya tinggal kami berdua. Arevie hanya memperhatikan bunga Daisy yang terletak disudut jendela kamarku. Lalu meraih buket bunga yang tadi dibawanya. Kemudian meletakkan buket tersebut didepan bunga Daisy dari si bisu. entah apa maksudnya aku belum tahu.

“Maksud kamu apa narok bunga dari kamu disana” tanyaku

“Biar bisa selalu kamu pandang” ujar Arevie.

“what’s ? kamu bisa gak sih berhenti kirimin aku bunga ?

“Maksud lo?’ tanya Arevie dengan gaya gaulnya.

“Iya, semua bunga Daisy yang kamu kirim tiap saat”

“Apah? Gue? Ngirim bunga? Setiap saat?’

“Iya, kamu kan yang ngirim” Ujarku heran.

“Bunglonku sayang, kita baru kenal beberapa hari. PD bener lo ngira gue yang kirim” Arevie tertawa sejadinya.

“Trus, kalo bukan kamu siapa? Darimana kamu tahu aku suka Daisy”
“Idih, gue? Bunga beginian banya ditoko aku Ayunda” Arevie mengusap kepalaku ringan. Aku menyingkirkan tangannya kesal.

“Tapi Ryan pernah beli Daisy ditoko gue lo Yun” lanjut arevi sembari meneguk segelas air yang berada disampingku.

“air yang kamu minum ada obatnya” bicaraku lurus sepolosnya.

Byyuurrrr Arevie menyemburkan air yang tadi diminumnya kewajahku.

“ANJIRRRRRRR AREVIEEEEE !!!” Aku berteriak marah sejadinya.

“Sory sory, gue gak sengaja Yun” sembari mengelap wajahku dengan sapu tangannya.

“KELUAR !!!!!”

“Ada apa yun? Kok teriak-teriak di rumah sakit” mama tiba-tiba mucul  dihadapanku.

“makanya Yun, becandanya janga kelewatan, kan jadi basah” tegur mama padaku setelah aku jelaskan prihal kejadiannya.

“ Kan Arevie yang salah mah” jawabku mengetus.

“ Maaf ya tante” Ucapa Arevie menyela.

“ mah, bener aku sakit jantung?”
“ apa? Kata siapa? Kamu Cuma pobia wahana ekstrim”

“ucap ulet bulu itu no”

“ gak sayang, kalian berantem mulu, mending sekarang kamu ganti baju”

“ aku keluar dulu ya tan” Ujar Arevie.

“oh ya jelas, kan mau ganti baju” ledek mamaku.

 

Gerimis Milik AyundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang