13:27
28 Dec 2018
Di tulis di Lubuk Minturun : Aulia liberty
Untuk apa semua kejanggalan ini kamu pertahankan
Bila pada akirnya yang namanya batu akan tetap menjadi bisuBila pada akirnya yang namnya KITA tidak akan pernah bersatu
,
Perlahan kakiku melangkah menaiki satu persatu anak tangga. Seperti seorang putri aku menaiki perlahan, huff aku merasa sedikit lelah. Mungkin karena kondisiku belum terlalu pulih, atau tensiku begitu rendah. Aku selalu berpikir seperti itu setiap kali lelah melanda. Revi masih mngikuti langkahku menuju kamar. Kali ini aku membiarkannya. Aku terlalu malas untuk berdebat dengan segala ketidak cocokan antara kami.
Aku sudah berada di depan sebuah pintu kayu mahoni yang memiliki ukiran yang unik di pinggirannya. Ukiran seperti bunga yang merambat dan saling menyambung. Lalu di setiap pucuk bunga seperti ada gambar bulatan kecil sebanyak sepuluh bulatan. Bulatan yang melambangkan umurku saat itu. Pintu yang klasik yang dibuatkan kusus oleh kakek untuk ku saat berumur 10 tahun. Kakek seorang pengerajin kayu. Tidak hanya mebel yang ia ciptakan tetapi juga berbagai macam ukiran yang indah. Setiap detail ukirannya sepenuh hati dibuatnya. Saat itu aku merengek minta dibuatkan pintu kusus dimana hanya aku saja yang boleh memilikinya. Ah, aku jadi merindukan sosok pembuat pintu ini. Sayang sekali sosok pengerajin hebat yang aku kagumi sudah tenang di alam yang berbeda, di syurga sana.
Aku sedikit meraba detail ukiran pintu dan mengarahkan tanganku kegagang pintu klasik itu. KLEK sekali tekanan menuju pusat bumi dan sedikit gaya dorong kedepan menghasilkan usaha terbukanya pintu kamar tercinta. Seperti ada dunia lain di balik sana.
SUPRISEEEEEEEE !!!!!!!!!!
Suara sorak dari sosok-sosok yang kukenal jelas. Ryan, Aji, Mela, Silvia dan adikku, Ica. Terompet mini terus bersahutan seperti music fals yang didendangkan serta balon-balon yang menghiasi kamar.Aku terperongoh antara keget dan bahagia atau bisa jadi ada suatu kelegaan. Kelegaan akan kerinduan sosok teman. Aku tersenyum dan memeluk mereka satu persatu.
Cepat sembuh Ayunda, kita kawatir banget sama kamu. Sahut Silvia.
Iya kak Yunda, Ica juga, jangan sakit lagi. Rengek Ica.
Maafin Gue Yun, yang maksa lu naik wahana ekstrim. Sahut Arevi yang sedari tadi berada di belakangku.
Aku membalas perkataan mereka dengan senyuman dan keadaan yang lega. Tetapi mataku tertuju pada sosok yang sedari tadi hanya diam tanpa ekspresi. Tak biasanya dia seperti itu. Aku menuju tempat tidur yang sudah sangat lama kurindukan. Semuanya kembali kepada kebiasaat mereka masing-masing. Dan kegiatan itu berda dikamarku.
Yun, sapa Aji yang tiba-tiba duduk disampingku sambil menyodorkan sebuah buku yang bersampul putih dan abu-abu. Buku yang sempat aku kenal. Ya, buku yang saat itu dibawa nya kerumahku.
Maksudnya ? tanyaku mengheran.
Aku pikir kamu bakalan suka karya adi model. Jadi aku bawakan buku ini, barang kali bisa lepasin rasa bosan saat masa pemulihan. Jelas Aji
Eh, makasi banget ya. Aku suka banget, kapan aku balikin ?
Kapan kamu mau aja, jawab aji kemudian kembali kepada sikap dinginnya.
Perhatianku kembali tertuju pada sosok Ryan. Dia tidak bicara padaku, tidak melihatku, tidak menyapaku. Dia hanya sibuk dengan handphone ditangannya. "aku mencintaimu ayunda" lagi-lagi kalimat itu terlintas dikepalaku. Aku heran dengan semua ini, ada apa dengannya. Apakah dia menunggu jawaban dariku ? atau dia marah padaku karena aku tidak meresponnya.
Wakunya makan ! teriakan mama berhasil menghentikan semua kegiatan. Semua turun menuju tempat yang didambakan. Bau rendang dan sambalado terasi begiu tercium dengan lekat. Perutku langsung berbunyi karenanya. Mungkin cacing di perutku sudah berdendang ria.aku masih duduk diatas kasur saat yang lainnya mulai keluar dari kamaku. Aku masih menatap lekat punggung sosok yang dari tadi kuperhatikan. Selangkah lagi kakinya keluar dari kamarku namun tiba-tiba terhenti begitu saja. Ryan berbalik arah dan menatap lekat. Aku pun merasa tergugup, hawa dingin seperti apa ini? Pikirku.
Ryan perlahan menuju kearahku. Tatapannya begitu tajam dan jantan. Dada ku memanas dan cepat berdebar. Hal ini pernah aku rasakan sebelumnya. Seperti saat itu, saat ia mendaratkan kasih sayangnya dikeningku. Sat ini ryan kembali dengan pesonanya, ia mengulurkan tangannya kearahku dengan sedikit senyuman yang benar-benar keren. Dengan spontan aku juga meraih tangannya lalu berdiri. Mata kami saling beradu pandang dan sedikit termenung. Haruskah aku memberi jawabannya sekarang ? benarkah aku mencintainya ? . pertanyaan itu masih kerputar-putar dikepalaku.
Hhhmmm, suara dehaman seorang berdiri dari balik pintu.
Silvia memergoki kami sedang beradu pandang. Ia mengisaratkan bahwa semua telah menunggu dibawah dengan menggoyangkan jempol tangannya kerah belakang. Aku dan ryanpun menghentikan aksi saling tatap kami.aku mendahuluinya berjalan, Silvia merangkul pundakku dan Ryan mengikui kami dibelakang. Sedangkan debaran itu masih berkecamuk riang didalam hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerimis Milik Ayunda
Romance[SEGERA TERBIT] Aku tidak tahu kapan tepatnya semua akan terulang kembali. Jatuh dan pergi. Hilang dan meninggalkan semua kenangan tentangmu. Pernah suatu kali aku berpikir tak ingin jatuh cinta lagi, namun entah kenapa dia datang dan mencoba men...