Angso Duo

46 6 0
                                        

Jangan ragu,  bawa saja hatiku ini padamu

Aly_april
_

_________________________________

Kweeeeeeeeeeeeek, kweeeeeeeeeeeeeeeek.

“Yun, alarm kamu bunyi tuh”. Ucap silvia sambil menutup telinganya dengan kain.

“Aku gak masang alarm sil. Mela kali tu”. Menarik kain sarungku.

“Woi, woi mel, alarm kamu berisik”. Silvia menggoyang tubuh mela dengan kakinya.

“Apaan sih sil. Aku gak pasang alarm”.

Kweeeeeeeeek, kweeeeeeeeeeeeeeeeeek, kweeeeeeeeeeeek, kweeeeeeeeeeeeeeek

“Kalau bukan alarm, berarti.......... HUAAAAAAAAAAA ! ANGSA BENERAN !!!!”

Aku, Mela dan Silvia serentak terpekik kaget melihat angsa yang berada dalam tenda kami. Entah dari mana datangnya aku pun tak tahu. Aku mencoba mengusirnya keluar, tapi malah sial. Dua angsa itu malah terbang didalam tenda.

BBBBHHHHHHHHH GUEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE !

Kedua angsa itu membongkar barang-barang yang ada di dalam tenda. Sesekali terbang dan mamatok lenganku dan Silvia. Lalu mengacak acak rambut Mela. Aku mengambil penggaris besi yang ada dalam tasku. Berniat mengusir mereka keluar.

“Yun, kamu mau ngapain ?”

“Ngusir mereka”.

“Jangan dipukul, buka aja rosleting tendanya”. Tukas mela.

“Aku takut, mereka didepan pintunya’’.

“Yun jangan dipukul !”. Hardik silvia.

PLAK ! aku memukul kepala salah satu angsa tersebut.

Namun, kepalanya, lehernya makin panjang, makin panjang dan.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAMBBBBBBBBRUKKKKKKKKKKK !!!
Tendanya ambruk seketika.

***

Aku mengambil kain panjang menutupi celana hot pan yang kukenakan saat tidur. Duduk diluar sembari menyisir rambut. Masih jelas terlihat raut wajah ku yang masih kesal. Aji datang membawa secangkir teh hangat. Kurang kerjaan banget sih, masukin angsa ke tenda. Aku ngomel-ngomel macam-macam bahasa. Dari bahasa indonesia, korea dan minang. Sembari menyisir rambutku yang kusut karena aksi perang dengan kedua angsa tadi. Tidak pernah rambutku sekusut ini.

Aji hanya tertawa kecil melihat ekspresi kesalku. Dia menatapku panjang. Omelanku terhenti setika. Dia menatapku. Ada apa ini pikirku ?. Ada senyuman yang tersungging di bibirnya. Sebegitu lucukah rambutku yang berantakan sampai ia tersenyum. Atau apa sebenarnya yang sedang dipikirkannya. Aku tak ingin mati gr-kali ini. Aku pura-pura tidak memperhatikkannya. Aku lanjutkan omelanku yang tadi. Aji masih menatapku. Aku mulai risih.

“Ji ?” tegurku.

Aji memalingkan wajahnya. Dia tidak lagi menatapku. Senyuman itu mulai hilang. Aneh sekali pria ini. Sediki tersenyum, tiba-tiba menatap kemudian tertawa kecil sedetik kemudian kembali seperti semula. Dingin seperti ratu es kutub. Lebih tepatnya raja es kutub. Tapi bukan raja juga, karena raja atau ratu belum tentu memiliki hati sedingin ini. Dia esnya. Ya dia es nya.

Pikiranku mulai konyol kali ini.
Ssstttt. Aji melemparkan sebuah roti kekepalaku. Kemudian pergi menuju tenda kami yang rubuh tadi. Aku tertegun. Roti ?. Oh, barang kali dia menyuruhku memakannya. Kebetulan aku lapar juga, aku membuka roti tersebut kemudian memakannya. Untung ini hari kepulangan kami jadi tenda yang rubuh hanya perlu dibongkar.

Gerimis Milik AyundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang