Senja Yang Masih Sama

87 14 1
                                    

Ada kenangan yang begitu buram untuk diingat
Sehingga aku membutuhkan waktu untuk memunculkannya kembali
Namun ada kenangan yang begitu tergores di memori
Sehingga aku tak dapat lupa sama sekali

Aly_Okto
Memori

Berdiri di samping pohon jati saat matahari tidak lagi tegak bersama. Aku menghembus nafas cukup lega, meminum satu botol mineral dengan cepat kemudian melihat kearah rel kereta. Senja masih sama, membuat air muara berwarna keemasan. Kali ini aku tidak lagi menanti gerimis turun. Aku singgah hanya untuk beristirahat sebentar dan juga mengingat beberapa hal penting. Namun tetes gerimis kala matahari muncul turun. Tampak sekali pembiasan aurora di rel kereta ditambah indahnya dengan air muara yang berwarna keemasan. Pantas saja dia begitu menyukai tempat ini.

Aku merapikan tali sepatuku dan kembali bersiap untuk jogging. Sambil sedikit meliukkan badan kekiri dan kekanan hingga baju miniku sedikit terangkat hingga tampak pusarku. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.
Plup,,, mau pamer pusar buk ?
Eh yan, joging juga ?
Ayunda tumben joging sore biasanya pagi.

Lagi kepingin sore aja yan, lagian udah lama ga joging disini. Aku masih melakukan beberapa gerakan olahraga.
Gimana kalau kita lari bareng yu ? Rian mengajakku untuk lari bersama.

Oke, siapa takut. Aku memberi sedikit nada menantang.
Oke, yang kalah harus makan mie neraka level jahanam +++ dan harus bayarin yang kalah. Gimana ? tanya Rian menantangku.

Oke siapa takut, mari star dari,,,,,,, YAN !!!!!! IYAN CURANG !!!! Riyan berlari mendahuluiku tanpa mendengarkan ucapanku. Aku hanya sedikit jengkel tapi merasa bahagia. Sudah lama aku tidak berlari sebebas ini. Ku pacu lariku secepat mungkin. Siapa yang akan kalah kalau hanya lari sprint sampai ujung batu. Aku adalah atlit lari yang pernah juara !!!! teriakku dengan keras.
Aku berlari melaju menyusul Rian di garis depan. Ya gak bisa dibilang garis depan juga hehehe. Makin kupacu Rian serasa begitu bisa kucapai. Makin cepat, makin cepat dan akirnya. PRAKKK !!! Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Langkahku tidak sengaja menginjak tali sepatu yang lepas. Padahal sudah kupastika ikatannya kuat, tapi mungkin aku terjatuh sudah menjadi takdir. Pergelangan kakiku mungkin terkilir. Ku coba bangkit untuk berdiri namun tak bisa, terasa sakit saat kupakasa. Rian yang menyadari keadaanku langsung lari berbalik kebelakang.

Yu ? kamu gak apa ? tanya Rian cemas.

Aku ga apa yan, Cuma kayaknya keseleo, tu bengkak. Aku menunjuk bagian pergelangan kaki ku yang bengkak.

Aku gendong ya yu ! Rian langsung memberikan punggungnya. Aku dengan cukup ragu meraih bahunya. Kemudian Rian berdiri menggendongku dipunggungnya. Bahunya padat terasa dan juga berotot. Seperti tubuh seorang atletis. aku hanya sedikit risih berada di punggungnya. Antara rasa yang tak enak juga rasa butuh saat ini.

Yan, berarti kita ga ada yang menang ya ? tanyaku memelas.

Siapa bilang ga ada yang menang ?

Rian langsung melaju langkahnya dan berlari. Aku sontak kaget dan sedikit meniriakkan namanya. Aku langsung mengeratkan peganganku dan menutup mata. Sambil menggendongku Rian berlari dengan cepat hingga ke ujung baju. Angin kala itu tampak menjadi lawan bagi rian.

Dengan arah angin yang menuju darat sedangkan tujuan lari kami adalah laut. Menahan berat badanku Rian berlari, sesekali aku melirik ke samping wajahnya. Rian tersenyum sangat bahagia. Entah apa yang ia pikirkan aku juga merasa bahagia.

Gerimis Milik AyundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang