Bertemu

58 9 3
                                    


Dan apabila rindu itu belum dapat bersatu
Kubiarkan dia dahulu membeku
Setidaknya dia tidak tumbuh membatu
Karena beku bisa cair dilain waktu

Aly_Nov

--------------------------------------------------

Hari demi hari berganti menjadi demi bulan. Demi tuhan, aku harus bangkit. Kenalpot mobil bemo Riyan sudah menunggu ku di depan rumah. Aku segera berlari dari kamar menuju ruang keluarga. Sudah terlihat keluarga sedang berkumpul untuk sarapan pagi. Mama, papa dan juga Ica melihatku lekat.

Pagi-pagi mau kemana kak ? tanya Ica penasaran.

Kaki kamu udah baikan ? tanya papa melanjutkan.

Jalan ama Riyan mah, pah aku brangkat ya. Sembari menghabiskan susu dan mengambil roti tawar dimeja.

Aku berlari keluar dengan cepat. tanpa memikirkan rasa ngilu pergelangan kaki ku yang semalam terkilir. Entah kenapa aku begitu semangat hari ini. Ya walau sedikit bertanya-tanya kenapa Riyan mengajakku pergi secara tiba-tiba.

Kaki mu udah baikan yu ? tanya Riyan basa-basi.

Kita mau kemana nih ? tanya ku balik

Riyan tidak menjawab pertanyaanku. Aku begitu penasaran dengan hari yang akan kulalui hari ini. Pertama Riyan membangunkanku subuh hari untuk solat dan segera mandi dan siap-siap. Yang kedua Riyan menyuruhku membawa perlengkapan ala kemah.
Pakaian ganti, jaket, kacamata, obat-obatan dan baju renang. Aku hanya diperbolehkan membawa pakaian santai, tidak panjang. Riyan juga menganjurkanku memakai sepatu dan tidak boleh memakai dres atau segala yang berhubungan dengan yang merepotkan. Dan juga bawa sunblock.

Riyan menggas mobilnya tanpa aba-aba. Aku yang belum memakai sabuk pengaman tersentak kebelakang. Sambil sedikit tertawa melihat ekspresi pucat bercampur kesalnya Riyan melaju ketempat tujuan yang tidak aku ketahui. Sembari mendengarkan sebuah kembang dari Celine dion yang berjudul hello aku sedikit termenung dan membuka bibir untuk bernyanyi. Yah, lagu ini begitu ku suka. Apalagi menemani perjalanan seperti ini. Namun belum sempat lagu itu menjumpai reff Riyan menukar chanel radio tersebut.

Apaan sih yan ! sambil menyergitkan kening kesal.

Lagu kamu bikin aku ngantuk, lagu apaan sih bahasa planet gitu. Sambil memutar chanel radio.

Aku menepis tangan Riyan dan menukar chanel lagu tadi kembali. Lalu Riyan juga menepis tanganku dan mencari chanel lain. Dan bila saat nya tlah tiba... tangan Riyan berhenti menekan tombol saerch. Sebuah kembang dari payung teduh Akad. Ini baru yang namanya lagu. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya Rian mengikuti lirik lagu tersebut. Aku hanya merungut kesal karna tak dapat mendengar lagu kesukaanku. Aku kembali pada ekspresi wajah jutekku. Riyan hanya tersenyum melihat ekspreesi wajahku yang manyun yang menurutnya lucu.
 
Sesekali melirik jam tangan alexander cristhie yang sangat kucintai. Hari masih menujukkan pukul delapan pagi. Riyan menepikan mobil bemonya pada sebuah bangunan megah berwarna putih yang disampingnya ada sebuah rumah sakit dan sekaligus universitas. Ya, semua orang tau tempat ini tak terkecuali aku. Universitas Baiturahmah. Riyan melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Rasa penasaranku menjadi-jadi apa yang dilakukannya disini,  kemana Riyan akan membawaku hari ini dan kenapa ia berhenti ditempat ini.

Aku hanya memperhatikan dari balik kaca mobil. Riyan menemui seorang tiga orang disana. Satu memakai jas dokternya dan dua lagi tidak. Mereka tidak berbincang cukup lama, riyan langsung kembali kemobil usai berjabat tangan dengan tiga orang tersebut.

Iyan lama ya ?

Ga juga, kita sebenernya mau kemana sih yan ?

Sssstttt, jangan banyak tanya.

Rian kembali melaju mobilnya, ya hanya lurus dan lurus tanpa berbelok. Namanya juga jalan by pass, ya jalannya lurus. Mungkin lebih lurus lagi dari pada tiang listrik. Bahakan jalan ini seperti tanpa ujung.

Yu, kamu ga mau kuliah ? tiba-tiba tanya Riyan padaku.

Ya mau lah yan, tapi ntar.
Mau balik ke Korea lagi ?

Aku langsung terdiam, sejenak pikiranku kosong. Ya Negara itu memang sangat kurindukan. Tapi berada dikota kelahiranku lebih menyenangkan. Sekilas aku teringat teman-temanku saat sma disana. Namun seketika ingatan itu lenyap. Bukan karena apa-apa, tapi aku hanya tak ingin mengingat hal yang membuatku ingin kembali kesana. Aku ingin disini. Setidaknya aku bisa menebus rasa bersalahku pada Ray. Bahwa aku tak pergi lagi.
Sekilas juga terbersit diingatanku, beberapa orang teman yang berharap aku melanjutkan perkuliahan disana. Hah, aku menarik nafas dalam. Aku akan kuliah disini. Aku tekankan dalam hati. Aku tak ingin pergi dari sini lagi. Kotaku juga tak jauh lebih indah. Dengan adat-istiadat yang berbeda , dengan keragaman bahasa, lingkungan yang asri dan banyaknya wisata alam. Ya kotaku tak kalah main cantiknya. Meski disini tidak ada salju yang turun tapi hujan yang turun disini juga jauh lebih indah.

***

Sudah hampir setengah jam di perjalanan. Aku masih terus bertanya-tanya kemana rimbanya bemo ini bertujuan. Kesurga kah atau nerakakah. Gunungkah, lembah atau pantai. Ah aku bingung juga. Susana ini begitu membosankan. Membuat aku ngantuk sejadi-jadinya. Ku lihat Rian hany fokus menyetir kali ini tidak mengajakku untuk bicara. Rian menepikan mobilnya. Ada tiga orang menunggu disana. Aku terus melihat lekat. Orang-orang itu serasa kukenal. Ya mereka tidak asing lagi. Yang berkulit hitam manis itu Mela teman smp ku. Yang borbody montok itu silvia dan lelaki berkulit putih itu, ah aku tak mengenalnya.

Masuk ! rian membuka kaca mobilnya seraya menyuruh mereka masuk.

Lho kamu kenal mereka Yan ? tanyaku.

Eh, kamu kan Ayunda, tanya Mela kaget.

Iya mel.

Kamu masih inget aku.

Yunda, kangen banget sama kamu. Silvia memelukku lewat jendela mobil.

Eh iya sil, kngen juga . kok dia SKSD ya ? ucapku dalam hati.
Kenalin aku,,,

Udah ah, masuk aja. Di dalam aja kengenannya.

Semua masuk kedalam. Untung hanya berempat. Kalau tidak bisa hancur mobil bemo Rian kepadatan penumpang. Aku hanya tersenyum sedikit. Aku memang tidak begitu dekat dengan mela dan silvia waktu smp. Tapi entah kenapa mereka melihatku seolah-olah melihat teman lama yang sangat akrab. Aku berdecak kaget Rian mengenal mereka. Padahal Rian dahulunya adalah seorang yang buta, tapi kenapa dia dia begitu mahir membawa mobil. Sangat banyak mengetahui soal kota Padang. Dan juga mela dan silvia. Rian tampak begitu akrab dengan mereka. Ah, sudahlah aku tak ingin berpikir macam-macam.

Yan, temen mu yang dari tadi diam namanya siapa ?

Oh sipucet itu, tanya aja gih.

Cieee nanya, mela ngeledekku.
Ya kan gak enak la, semobil tapi ga kenal.

Fajri. Siputih pucat membuka mulutnya.

Wahaha bisa bicara juga kamu ji. Ledek silvia pada fajri.

Ngomong-ngomong kalian deket banget. Kenal dimana sih ?
tanyaku dadakan.

Maksudmu ? tukas Rian.

Iya kalau aku kan temen smp mela dan isil. Nah kamu ?

Oh, kami udah kenal dari dalam perut yun. Mulai emak nya rian bikin kue ama bapaknya. Ledek silvia

Maksudmu ? jawabku heran.
Wah, anak kecil ni dibawah umur. tukas silvia.

Udah yu jangan dengerin. Itu orang sarap. Rian memotong
Maksud lho....! mela memanas.

Udah ah, kalian apan sih. Kita dah kenal dari kecil yu. Silvia menjawab tanyaku.

Aku hanya sedikit tertawa melihat tingkah mereka. Sudah lama aku tidak tertawa lepas. Beban di pundakku serasa berkurang. Nelangsaku seakan singgah di tempat lain. Dan saat ii aku hanya merasa lepas tertawa. Dan juga lepas untuk berekspresi. Namun, aku masih penasaran dengan sosok Aji. Dia hanya diam tanpa ekspresi dan juga tidak tersungging senyum di bibirnya sedikitpun.

Acieee.  Bersambung...  Jangan lupa scrol kebawah setiap hari ya.  Kisah ayunda akan update setiap hari.  Jangan lupa ya...  Votmentnya... 

Gerimis Milik AyundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang