Hitam

30 7 0
                                    

Happy reading ya...

__________________________________

Malam sangat dingin kali ini. Derasnya hujan membuat semua keributan menjadi hening. Tidak terdengar pembicaraan apa-apa. Aku mencoba mengetuk rumah Silvia berulang kali. Tapi tidak ada jawaban. Tampaknya dia memang sedang tidak ada dirumah. Hujan deras begini, aku harus berteduh dimana ? pikirku. Hanya rumah Silvia yang sekiranya dapat kutumpangi malam ini.

Seharusnya aku tak pulang selarut ini. Tapi tidak mengapa, berlama-lama ditoko buku memang adalah hal yang aku suka.

Sesekali petir menyambar dengan guntur yang keras. Aku sedikit ragu mengeluarkan poselku. Namun, aku bisa basah kuyup lama-lama di luar sini.

Aku menghubungi sebuah nomor yang ada diponselku. Nomor Silvia, namun ia tidak mengangkatnya. Sudah berulang kali kucoba, tapi hasilnya sama. Kemana perginya dia, pikirku.

Aku sangat membutuhkan bantuannya malam ini. Terbersit dikepalaku untuk meminta bantuan Rian. Namun aku mencoba urungkan.

BARRRRRR, bunyi sebuah tong sampah yang jatuh tergolek. Aku melirik kearah bunyi tersebut timbul, dari sebuah gang. Tampak ada dua orang disana dan salah satunya seorang wanita. Aku mencoba mendekati gang tersebut. Dengan langkah yang kaku dan ragu. Mencoba melihat apa yang sedang terjadi. Bagaimana bila yang terjadi adalah tindakan kriminal. Aku mencoba mendekati gang tersebut dengan mengendap-endap.

Aku tau kamu sayang sama dia ! semua itu terlihat jelas dimatamu ! (suara seorang  wanita menangis sambil marah)

Via, tolong aku, aku sayang sama kamu. Aku hanya merasa bersalah ! (suara seseorang lelaki)

Ah, tampaknya ini pertengkaran sepasang kekasih, pikirku. Aku tidak lagi berniat mengintip. Aku kembali mengeluarkan ponselku dan menghubungi Silvia. Tapi masih sama, dia tidak mengangkatnya. Aku mulai kawatir apa yang terjadi padanya. Dia juga anak gadis yang hanya tinggal sendirian dirumah tampaknya.

PLAK ! bunyi sebuah tamparan yang cukup keras. Aku terkaget mendengarnya. Bahkan tamparan itu mengalahkan hujan saat ini. Aku kembali mendekati gang tersebut. Barang kali terjadi tindak kekerasan. Aku menjadi sedikit lebih berani. Gang dengan kondisi yang sangat remang.

Yunda ?

Silvia, kamu sedang apa disini ?

Kamu ngapain Yun?

Aku nyariin kamu dari tadi. Kamu nangis Sil ?

Gak Yun, ini air hujan, kamu lama berada disini ? Mari kerumah !

Sil, tadi aku dengar suara aneh disini.

Udah ah, perasaanmu saja, ayo kita pulang. Kamu basah kuyup.
Silvia menarik lenganku menjauhi gang tersebut. Tidak terlihat siapa-siapa lagi disana.

***

Menggunakan piama berwarna cokelat pastel. Sembari menyeruput teh hangat yang sudah dihidangkan Silvia dikamar. Ternyata dia memang tinggal sendirian dirumah sebesar ini. Aku belum terlalu mengenal keluarganya. Dan alamat rumahnya juga aku ketahui dari Mela.

Kamu udah makan Yun ?

Belum Sil, jawabku

Yah, aku gak ada makanan, diluar hujan lagi, kita makan roti aja ya.

Di rumah ini cuma kamu sendiri Sil ?

Kenapa ? jawab Silvia heran.

Iya, rumahnya gede banget, gak takut ?

Ngapain takut Yun, udah biasa. Kadang-kadang temen-temen juga nginep disini.

Mama papa kemana ?

Ini rumah nenek Yun, mama dan papa di Bogor.

Oh, gitu.

Aku tak melanjutkan pertanyaanku. Tampaknya Silvia kurang senang bila ditanya soal keluarganya. Aku mengambil roti tawar dan melumurinya dengan selai kacang.  Aku mengecek ponselku. Delapan belas panggilan tak terjawab dari Rian. Dua kali dari mama dan sekali dari Mela. Mungkin mereka mengkhawatirkanku. Aku lupa meminta izin dengan mama. Aku segera mengirimkan pesan text agar mereka semua tidak kawatir. Kemudian lelap tertidur.

Gimana?  Masih betahkan bacanya.  Jangan lupa ya....  Scrol terus kebawah.  Jangan lupa votment nya....

Gerimis Milik AyundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang