Seperti biasa, aku tidak dapat menahan kekalutanku. Maka waktu itu, aku memilih untuk bersembunyi di balik dinding ruang tamu, di mana hanya ada ayahku dan kamu.
Jantungku berdegup, seperti dihantam maut, namun aku tidak mati; dengan harap aku masih mendoakanmu, agar lidahmu tidak kelu, dan melangkah tanpa ragu.
Helaan napas lega darimu, kepulan tawa secerah jingga yang kunanti darimu. Akhirnya muncul juga, dan itu membuatku tersenyum, menguarkan tawa ungu lembut memenuhi relung.
-H kepada N-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari dan Bulan : Sebuah Kumpulan Sajak tentang NaruHina
Poetry[Highest Rank #204 in Poetry] Selain "Antologi Musim Semi", aku juga membuat karya berupa puisi dan prosa pendek bertema NaruHina.