Hanya waktu yang kusesali; mengapa ia berjalan begitu cepat untukku namun begitu lambat bagimu. Air matamu yang terkuras disiksa sang Kala, hatimu yang tercurah dihempaskan pula olehnya.
Sebaliknya aku berterima kasih pada detik jarum jam yang senantiasa berdetak pada saat aku memandang wajah sayumu di rumah; berterima kasih karena masih ada geraknya, menandakan akan ada hari esok yang menyenangkan.
Detik sang Kala juga menakutkanku, bagaimana jika semua terlambat, tidak ada lagi dirimu, tidakkan lagi aku bersua dengan kekasihku, kemudian kita menjadi abu dan debu ditelan sang Zaman.
-N kepada H-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari dan Bulan : Sebuah Kumpulan Sajak tentang NaruHina
Poetry[Highest Rank #204 in Poetry] Selain "Antologi Musim Semi", aku juga membuat karya berupa puisi dan prosa pendek bertema NaruHina.