1

33 1 0
                                    

Pagi yang tenang, seperti biasa aku berangkat ke sekolah di antar oleh mama. Aku hanya menatap kosong jalanan yang ramai, sembari menikmati musik dari radio. Tak lama setelah itu, kami berhenti di depan sebuah gerbang SMA swasta favorite di Pekanbaru, Skyrain High School. Aku menyalami mama lalu turun dari mobil, menyusuri koridor dan berhenti di depan kelas yang bertuliskan 'IPA 3'. Aku memasuki kelas, menuju bangku ku lalu menghempaskan tas di atas meja. Aku membenamkan wajah ku di tas, mata ku masih mengantuk karena malamnya aku begadang menonton Drama Korea 'EXO Next Door' . Tiba-tiba aku mendengar suara Gading yang berteriak histeris memanggil nama ku dari kejauhan. Ya, Gading memang terkenal dengan sifatnya yang seperti cewe', ya... you know lah what i mean

"Din!! Dina!!!." Gading mengguncang-guncang tubuhku.

"Apaan sih?," Ketus ku.

"Lo tau ga?? Alin jadian sama Raihan!." Gading berteriak kegirangan.

"Raihan mana? Raihan ga cuma satu di dunia!." Aku masih membenamkan wajah ku di tas.

"Raihan Renata!! Anak IPA 1." Gading kembali mengguncang tubuh ku. Sontak jawaban Gading membuat ku terkejut dan membuat mata ku terbelalak, rasa kantuk ku langsung hilang

"Oh, B aja. Lebay amat lo" Aku berusaha untuk cuek agar Gading tidak curiga. Sahabat-sahabat ku tidak ada yang mengetahui kalau aku pernah menyukai Raihan.

"Mereka lagi berduaan noh, lihat yuk!" Gading menarik tangan ku

"Ga! Gue ngantuk!! Lo aja yang pergi kesana, ngapain juga kita gangguin mereka" Aku kembali membenamkan wajah ku.

"Pokoknya lo harus ikut"

Kini Gading berhasil membawa ku. Dengan mata yang menyipit aku mengikutinya dari belakang. Sampai kami berhenti di koridor IPA 1. Dari jarak yang cukup jauh Aku melihat Raihan sedang berduaan dengan Alin. Woah, mereka serasi banget. Tampan dan cantik, Alin pantes dapetin Raihan, kan dia cantik, nah gue? Kebanting banget. Bantin ku.

"Hi guys!" Alin melambai ke arah kami

"Hi!" Jawab Gading, aku hanya tersenyum tipis.

"Kenalin, ini Raihan Renata" Alin memperkenalkan Raihan dengan kami, Raihan mengulurkan tangannya dan hanya di sambut oleh Gading, sedangkan aku hanya tersenyum tipis. Tiba-tiba Yoga datang dan menepuk bahu ku

"Oi! Ternyata kalian disini, dari tadi gue nyariin kalian. Oh ya ini buat lo" Yoga memberikan ku sebuah bucket mawar merah.

"Oh, makasih ya" Aku menghirup aroma bunga itu

"Dan satu lagi, kemarin gue ke super market, lihat ini trus ke ingat sama lo deh, jadi gue beli" Yoga mengeluarkan sekotak coklat dari dalam tas nya dan memberikannya kepadaku

"Makasih banyak. Aaaa makin sayang deh gue sama lo" aku memberikannya love sign

"Lah untuk gue?" Tanya Gading

"Untuk lo ga ada" Yoga terkekeh

"Ya udah nanti kita bagi ya" aku tertawa kecil

"Yeayy" Gading kegirangan

"Jangan din! Kan gue belinya untuk lo bukan untuk dia" Yoga menatap ku dengan tatapan jenakanya.

"Ga apa" Aku membuka kotak coklat itu dan memberikan satu pada Gading

"Nah, Dina baik. Lo pelit" Gading menjulurkan lidahnya

"Din, balik ke kelas yuk. Gue belum letak tas nih" Yoga menggandeng ku. Aku melambai pada mereka

Kami sampai di kelas, Yoga meletakkan tas nya dan menghampiri ku yang sedang duduk di atas meja.

"Berapa harga bunganya" Aku menarik dompet ku dalam tas

"kali ini gratis" Yoga duduk di samping ku.

Ya, bunga itu bukan diberikan Yoga tanpa alasan, setiap minggu aku selalu menitip bunga mawar untuk mengisi vas kosong di kamar ku. Kebetulan di dekat rumah Yoga ada toko bunga, jadi aku menitip mawar dan selalu mengganti uangnya.

Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajaran akan di mulai. Semua murid memasuki kelas nya masing-masing.

***

Bel sekolah kembali berbunyi untuk kesekian kalinya, kali ini menandakan jam sekolah telah selesai. Aku mengambil tas lalu keluar dari kelas, aku menghela napas, melihat ke sekeliling koridor dan menemukan Alin yang sedang berjalan bersama Raihan. Aku hanya menatap kosong kedua punggung itu yang semakin menjauh.

"Pulang yuk, Tadi pagi lo diantar kan?" Yoga Menarik tangan ku ke parkiran, disana sudah ada Alin dan Raihan

"Kami duluan ya!" Teriak Yoga pada mereka lalu masuk ke dalam mobilnya

"Hati-hati, ya" Alin melambai padaku yang hanya ku balas dengan senyum tipis lalu masuk ke dalam mobil Yoga.

Dalam perjalanan, aku hanya diam dan menatap kosong jalanan yang ramai. Sementara Yoga sibuk melihat kiri, depan dan kanan.

"Lo ada masalah?" Suara Yoga yang berat memecahkan keheningan

"Ga kok, gue ga ada masalah" aku menghela napas dengang kasar

"Lah bohong lo ketahuan. Ayolah Din, diantara kita-kita cuma gue yang paling tau tentang lo jadi lo ga bisa bohong sama gue. Atau Lo ada masalah dengan Rendi?" Yoga menatap ku dengan sinis

"Lah kok jadi bahas Rendi?? Ga ah, lo kan tau gue sama dia lagi ga baik, jadi gue udah ga peduli lagi sama dia" Ketus ku

"Lo kenaap sih ga mau maafin dia?? Gue cuma pingin kita bertiga kek dulu lagi. Lo,gue, dan dia" Nada bicara Yoga sangat rendah, mencerminkan kepedihan yang amat dalam pada dirinya.

"Maaf, tapi gue ga bisa. Gue ga butuh sahabat yang ga bisa menerima gue apa adanya dan gue ga butuh sahabat yang ga bisa ada untuk gue" nada ku sedikit meninggi

"Tapi kenapa lo ninggalin dia disaat dia lagi down-downnya, disaat dia lagi butuh teman. Mikir dong lo!! Punya otak ga sih!!" Suara Yoga tak kalah tinggi. Kini kami sudah berhenti di depan rumah ku, Aku menghela napas dan bersuara sebelum turun.
"Lo ga tau alasan sebenarnya kenapa gue ninggalin dia, dan kalau lo tau pasti lo marah besar sama gue"

Aku membuka gerbang besar itu dengan susah payah.

"Maaf non, bapak tadi lagi di dalam. Sini bapak bantuin" Pak eko, pria berumur 40-an yang bekerja menjadi security di rumah ku

"Ga apa pak" Aku memasuki halaman luas dan melihat sebuah mobil asing terpakir di halaman ku. Aku mengerutkan kening ku, mobil siapa ini? Apa ada tamu? Batin ku

Aku masuk ke dalam rumah, pintu depan sudah terbuka lebar dari tadi. Aku melihat mama dan papa tiri ku duduk di sofa sembari tertawa dengan tamu yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Ada seorang pria yang terlihat seumuran dengan ku, dia masih mengenakan seragam dan itu seragam sekolah ku. Aku mendekati mereka secara perlahan.

"Eh Dina, baru sampai?" Mama berdiri dan menyambut salaman ku

"Kenalin ini teman lama Daddy, Om Rei dan Tante Natasha. Dan itu anaknya, Raihan" Daddy memperkenalkan mereka dengan ku

Raihan?? Aku melihat ke arah pria itu. Mata ku langsung terbelalak, what?! Raihan ada dirumah gue?

"Kamu ingat kan? Dulu kamu sama Raihan itu sahabatan. Ternyata om Rei ini juga temannya daddy" tambah Mama

"Maaf, tapi Dina ga ingat. Dina ke kamar dulu ya ma, mau mandi" Aku kembali menyandang tas, menaiki anak tangga satu persatu

Aku berhenti di depan pintu bewarna putih yang dihiasi oleh lambang bintang dan hujan. Lucu ya? Ada bintang disaat hujan, ga akan pernah bisa. Aku mebuka pintu dan menemukan sebuah surat di atas ranjang. Sepertinya ini dikirimkan melalui fax. Aku membaca surat itu, seperti ada luka yang terkirim bersama surat itu.

⭐️🌧

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang