9

12 1 0
                                    

Aku mendengar banyaknya langkah kaki dari luar kamar ku.

"Assalamualaikum!!!" Teriak Gading saat membuka kamar ku. "Waalaikumsallam. Shttt!!! Bisa diam ga lo??? Leon lagi tidur bego!" Bisik ku

"Ooo, mian. Masuknya pelan-pelan ya. Pacar gue lagi tidur" Bisik Gading pada yang lainnya

Mian= Maaf, dalam bahasa korea

Mereka masuk satu persatu tanpa suara. Kini kamar ku penuh dengan sahabat-sahabat ku, Raihan dan Bimo memilih duduk di balkon kamarku.
"Duhh, pas tidur aja ganteng. Enak banget hidup lo Din, bangun-bangun udah nemu cogan aja" Heboh Gading

"Kok dia bisa sakit sih?? Emang dia habis ngapain??" Tanya Dita heran."Hahaha tadi ada sedikit adegan di drama korea" aku tertawa kecil

"Trus kenapa dia bisa di rumah lo??" Tanya Yoga menyelidiki. "Ya biarin aja kali, kan dia calon istri gue. Jadi wajar kalau dia ngerawat gue" jawab Leon tanpa membuka matanya yang ternyata mendengar obrolan kami.

"Halah, bilang aja lo sengaja kan?? Pakai acara drama!" Ketus Raihan dari luar sana. "Bacot lo!! Bisa diam ga??? Iri lo ya??? Oi Alin! Lo urus noh si sempak tapir!! Kurang belaian dari lo kali!" Jawab Leon tak kalah ketus. Leon hendak beranjak dari tempat nya tapi aku menariknya kembali. "Udah biarin aja" bisik ku tepat di depan telinga Leon

"Ini, silakan diminum" Bi surti masuk dengan membawa nampan yang berisi minuman untuk kami. "Makasih ya, bi" aku mengambil nampan itu dan meletakkannya di atas meja belajar ku.

"Ihh bosen banget gue, liburan tapi ga kemana-mana" Keluh Celin. "Idihh kasian amat si Jomblo" Ejek Yoga."Idih si guguk, ga sadar diri" Celin tersenyum kecut.

"Emang tadi ada drama apa sih???" Usy menunjukkan senyuman iblis nya sembari menaik turunkan alisnya. "Bukan drama sih, kalau drama kan bohongan. Nah, yang ini asli" aku menjelaskan agar tak ada yang salah paham.

"Din, kening lo kenapa ada luka lebam gitu??" Tanya Dita sambil menatap tajam pada Leon. "Lah, kok gue?? Gue aja baru tau kalau ga lu tanya" Leon panik karena dia merasa dituduh

"Lo pukul ya?? Ya ampun, belum nikah udah KDRT lo" Sahut Bimo dari luar sana. "Idihh apaan sih??? Dina ga gue apa apain" Leon semakin panik. "Ini bukan salah Leon. tadi pas turun dari mobil, aku buru-buru, jadi kejedut atap. Hahaha, mian Leon" aku menyengir.


Tiba-tiba handphone ku berdering. Aku melihat layar itu dan nama Kai tertera disana.

"Kai??" Leon yang tak sengaja melihat handphone ku langsung menatapku curiga. Raihan yang mendengar Leon menyebut nama Kai, langsung menatap tajam pada ku. "Ahahaha, iya Kai. Abang-abang kurir yang biasa ngantar paket ke rumah" Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku menjawab telepon itu di depan Leon agar dia tidak curiga.


"Hallo, bang Kai?? Oh paketnya besok sampai ya??? Oh oke, makasih ya bang" aku segera mematikan percakapan itu. Diseberang sana, Kai terus menggerutu karena aku menyebutnya sebagai kurir.

"Hah??bangkai?? Idih, buat apa bangkai sama lo???" Usy tertawa jijik. "Bukan bangkai tapi bang Kai, Abang Kai" aku berdecak kesal.


"Din, gue sama Bimo pergi dulu ya. Gue mau ngantar Bimo ke airport" Dita beranjak dari duduknya. "Mau kemana lo??" Tanya ku pada Bimo. "Ada sedikit urusan di Korsel" jawab Bimo datar. "Ooo oke, take care" aku melambai pada mereka.


"Kalau gitu kami semua juga pulang ya din" Gading dan lainnya juga beranjak dari tempatnya dan satu persatu menyusul Dita di belakangnya."Oke. Makasih banyak ya" Leon melambai pada mereka. Setelah mereka semua pergi, aku menatap pada Leon.


"Kenapa kamu terus menatap ku??"Leon tertawa kecil. "Ga ada" aku tersenyum tipis.


Leon menatap ku dalam, kemudian ia menarik lembut dagu ku untuk mendekatkannya kewajah nya. Jantung ku berdetak tak karuan, aku menutup mata ku secara perlahan. Ketika aku membuka mataku, bibir Leon yang lembut itu sudah menempel di ujung bibir ku.

"Tenanglah, aku tidak akan mencium mu sampai kamu bersedia" Leon tersenyum lalu mengelus bibir ku. "Tapi tadi itu hampir saja" aku membulatkan mataku. "Tapi tadi itu sangat berarti untuk ku" Leon tersenyum manis.


"Kamu mau aku antar pulang???mobil kamu nanti biar supir aku yang antar" aku mengalihkan pembicaraan. "Boleh. Oh ya, pipi kamu merah tu, kek kepiting rebus" Leon terkekeh


***

Aku sudah mengantar Leon ke rumah nya dan sekarang aku berada di taman tepi sungai Siak, aku menekan kontak Kai untuk menanyakan alasannya menelpon ku tadi.

"Hallo. Maaf ini bukan kurir paket, mungkin anda salah sambung" Kai menggerutu diseberang sana. "Hahahahaha. Maaf, tadi ada Leon di samping gue dan dia ngelihat nama lo tertera waktu lo nelepon gue truss dia curiga gitu, makanya gue bilang lo itu abang-abang kurir paket" Tawa ku pecah


"Oh. Truss ngapain lo sekarang nelepon gue???" Ketus Kai. "Seharusnya gue yang nanya, kenapa tadi lo telepon gue??" Tanya ku yang masih tak berhenti tertawa


"Oh iya, gimana kalau besok kita kerumah orang yang ngaku jadi tukang kebun di rumah lama lo itu??" Usul Kai. "Pak Mamat??? Emang lo tau rumahnya dimana??"


"Iya, Pak Mamat. Seingat gue ya, rumahnya itu ga jauh dari rumah lo. Truss tadi waktu gue mau kerumah Raihan, gue lihat mama lo. Emang mama lo masih sering kerumah lama lo ya??" Tanya kai heran. "Gue juga heran soal itu. Jujur, gue ga tau kalau gue pernah tinggal disana dan mama bilang ke gue kalau dia keluar negeri sama papa gue tapi waktu gue ke rumah Raihan, gue juga lihat mobil mama keluar dari rumah itu"


"Oke, gimana kalau besok kita selidiki?? Gue juga penasaran dimana Dion, kenapa lo bisa lupa ingatan dan kenapa gak ada satu orang pun yang kasih tau lo tentang ini semua. Gimana kalau besok gue jemput lo?? Nanti share location aja rumah lo dimana"

"Oke, setelah aku membongkar semua rahasia mereka, aku akan menghilang selamanya dari sini" aku mengakhiri percakapan itu.

⭐️🌧

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang