3

16 1 0
                                    

"Kamu tau dari mana?" Suara Mama sedikit meninggi. "Mama ga perlu tau, Mama hanya perlu menjawab pertanyaan Dina, Apa Dina pernah hilang ingatan?" Aku bertanya sekali lagi pada mama

"Sudahlah Dina, jangan berpikir yang tidak-tidak. Mama lelah, mama ingin istirahat. Mama ke atas dulu" Mama membantah dan mengalihkan pembicaraan. "Ma! Jawab dulu pertanyaan Dina. Mama!" Mama tetap saja berjalan meningalkan ku dan mengabaikan panggilan ku

Ada sesuatu yang ditutupi oleh mana, aku harus cari tau itu!

Aku pergi menuju kamar ku dan melihat pantulan diriku di cermin, aku sedikit menyibakkan baju ku. Ada bekas luka jahitan di dada kiriku, Aku bahkan juga tidak tau mengapa itu bisa ada. Argh... kenapa aku tidak bisa mengingat satupun kenangan masa kecil ku. Aku memilih untuk tidur agar bisa melupakan perkataan Raihan tadi

***

Pagi yang indah, seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Kali ini aku menyetir sendiri, tidak di antar oleh mama ataupun supir. Mama dan Daddy(papa tiriku) sedang pergi ke luar negeri untuk beberapa bulan. Hanya ada aku, security, supir dan beberapa ART yang mengisi rumah itu. Aku memakirkan mobil ku, lalu turun dan segera menuju ke kelas.

Aku melihat teman-temanku sudah berkumpul, ada Dita,Yoga,Gading,Alin,Celin, dan Usy. Mereka juga membawa pacar mereka, Alin membawa Raihan dan Dita membawa Bimo.

"Hi guys. Apa ada berita bagus hari ini?" Aku duduk di samping Yoga sembari menghela napas dalam."Ada yang mau gue tanyain sama kalian berdua" Alin menatap sinis pada ku dan Raihan


"Kenapa lo natap gue gitu amat?" Ketus ku, pagi ini moodku sedang tidak baik. "Sebenarnya apa hubungan lo dengan Raihan??" Tanya Alin tak kalah ketus


"Maksud lo apaan?" Jawab ku sinis."Kemarin gue lihat insta story mamanya Raihan, dan disana ada lo sama Raihan dan captionnya "finally!! Akhirnya kamu ketemu lagi sama dia, jangan sedih lagi ya My Son" apaan coba kalau kalian ga punya hubungan apa-apa" Alin berteriak padaku sembari melayangkan jari telunjuknya tepat di depan mataku


"Heh! Lo tanya aja sama pacar lo!! Gue aja pulang sekolah tiba-tiba udah ada pacar lo di rumah gue!! Dan tante Natasha bilang kalau kami itu sahabatan dari kecil tapi gue ga ingat apa pun tentang masa kecil gue, termasuk pacar lo!" Kini amarahku tak bisa ku tahan, aku tau Alin adalah sahabat ku tapi dia tidak berhak menuduhku sembarangan.

"Alin! Kamu apa-apaan sih? Kenapa baru kamu tanya sekarang?? Harus ya tanyanya di depan teman-teman kamu? Aku dan Dina itu ga ada hubungan apa-apa. Dulu saat kami masih kecil, kami itu sahabatan dan kami baru ketemu sekarang itupun Dina udah lupa sama masa kecilnya karena sesuatu privasi yang ga bisa aku jelasin ke kamu. Mama aku bikin caption kek gitu karena dulu aku sempat down karena kehilangan sahabat aku. Sekarang kamu ngerti kan? Seharusnya kamu tanya dulu sama aku, kita bicarain baik-baik. Bukannya langsung tuduh Dina" Raihan menjelaskan panjang lebar

"Lain kali jangan lo ulang ya! kita tuh sahabat, seharusnya kita diskusikan baik-baik. Lo harus cari bukti yang kuat dulu trus lo tanya baik-baik sama Raihan setelah itu baru lo tanya sama Dina. Jangan sembarangan tuduh kalau lo belum pegang bukti yang kuat" Usy yang di kenal cukup dewasa dalam persahabatan kami pun akhirnya angkat suara.

"Bukannya kami mau nyudutin lo, tapi kasihan Dina nya juga kan? Baru datang udah di tuduh" Tambah Dita. "Ya... kita tau Dina ga terlalu terbuka dengan kita, apalagi masalah percintaan tapi bukan berarti lo bisa tuduh dia sebagai perusak hubungan lo" Kini Celin yang paling diaggap anak-anak berusaha untuk menjadi dewasa


"Hooh. Sedangkan kemarin aja waktu gue ngajak Dina buat lihat lo sama Raihan mojok aja Dina ga mau" Jawab Gading. "Gini ya lin, lo ga salah tanya tentang ini dengan Dina tapi cara lo salah. Lo harusnya tanya dulu sama pacar lo setelah itu baru lo tanya sama Dina. Atau, kalian bertiga aja yang bicara tanpa ada kami. Kalau iya pun Dina punya rencana ngerusak hubungan Lo, pasti gue tau karena Dina ga akan pernah bisa bohong dari gue" Yoga menghela napas kasar


Air mata mulai membanjiri pipi ku
"Puas lo kan?? Sama sahabat lo sendiri aja lo negative thinking!! Gue ga pernah cerita sama kalian tentang masalah percintaan bukan berarti gue jomblo dan bakalan ngerusak hubungan kalian dengan pacar kalian. Bahkan kalau gue mau, gue bisa langsung nikah setelah lulus ini. Gue udah punya tunangan!!" Aku menarik kalung ku hingga putus. Ada sebuah cincin yang menjadi liontin kalung itu. Yap, cincin pertunangan ku. Cincin itu sengaja aku sembunyikan dibalik seragam ku

"Apa?? Lo udah tunangan?? Ga mungkin! Kenapa lo ga kasih tau gue??!" Yoga menarik tangan ku. "Lepasin!! Itu bukan urusan lo!! Dan sekarang lo tau kan kenapa gue ninggalin Rendi!" Air mata ku semakin bercucuran.


"Halah, palingan lo bohongan kan, supaya lo ga dituduh!! Dasar wanita licik!!" Alin semakin membentak ku
"

Lo mau bukti??!! Oke gue buktiin!!" Aku mencari kontak Leon lalu menelponnya. Aku sengaja menekan loud speaker agar mereka semua bisa mendengar suara Leon.


"Hallo din?" Jawab Leon dari seberang sana.

"Leon, Aku ganggu kamu??" Tanya kau sembari terisak-isak. "Ga kok, kamu kenapa nangis?? Dina!! Sayang kamu kenapa nangis?? Siapa yang jahat sama kamu?" Leon terdengar sangat panik


"Ada seorang cewe yang nuduh aku tanpa bukti yang jelas dan dia ga percaya kalau kita udah tunangan. Jadi aku berusaha membuktikannya" jelas ku. "Siapa cewe itu? Berani sekali dia menuduh orang tanpa bukti yang kuat, huft.. dimana etikanya?? Kamu jangan nangis lagi ya sayang. Kalau gitu besok aku pulang dari Amerika, akan aku buktikan pada cewe itu. Kamu jangan khawatir" Leon berusaha untuk menenangkan ku


"Bagaimana dengan kuliah kamu?? Tidak mungkin kamu bisa pulang ke Indonesia tanpa izin dari universitas kamu"

"Tenang aja, aku libur untuk beberapa bulan jadi aku bisa pulang. Kamu jangan nangis lagi ya. Aku akan sampai di indonesia dalam beberapa hari lagi. Kalau gitu aku tutup dulu, aku ingin membeli tiket. Bye, I love you"

Telepon sudah ditutup, kini aku menatap tajam pada Alin yang bengong mendengar semua percakapan aku dan Leon tadi.

"Mau bukti apa lagi lo??? Beberapa hari lagi Leon pulang dan akan buktiin semuanya sama lo. Puas lo kan?? Bikin malu gue depan mereka tapi akhirnya lo yang malu" aku hendak pergi dari tempat itu tapi Alin menahan tangan ku


"Din... maafin gue, gue ga mak-" jawab Alin dengan terbata-bata. "Apa?? Lo ga bermaksud ngelakuin itu?? Haha basi tau ga!" Aku menarik tangan ku lalu pergi secepat mungkin


"Dina!! Dina dengarin gue please!!"
Aku mengabaikan panggilan dari Alin. Di sepanjang koridor, air mata masih membanjiri pipi ku. Aku masih tak menyangka Alin melakukan ini semua pada ku. Aku berhenti di depan washtafel lalu mencuci muka ku. Kepala ku terasa sangat pusing, aku memilih untuk beristirahat di UKS.


🌧⭐️

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang