Aku menunggu Kai di depan teras rumah ku. Tak lama kemudian, sebuah mobil sport menghampiri ku. Kaca pintu mobil itu terbuka secara perlahan.
"Yaelah, cepetan masuk!" Ketus Kai dari balik kemudinya. "Iya,iya. Bawel amat lo" Aku memutar malas bola mata ku sembari masuk kedalam mobil Kai.
Kami mulai melaju menuju daerah rumah lama ku. "Lo bego atau gimana??? Rencananya kita juga mau mata-matain mama gue, tapi lo malah bawa mobil yang mencolok banget" Gerutu ku
"Gue cuma punya mobil ini, pintar" jawab Kai tanpa mengalihkan pandangannya. "Halah, palingan dibeliin orang tua lo" aku terkekeh
"Enak aja lo, gue beli sendiri lah! Hasil kerja keras sendiri ini" jawab Kai dengan bangganya. "Emangnya lo di korsel ngapain?? Jual ginjal??" Tanya ku yang masih tak berhenti tertawa
"Jual diri-_-. Ya enggaklah, gue jadi manager tertinggi di SM entertaiment" Kai tersenyum sinis. "Sering ketemu EXO dong???" Tanya ku dengan penuh antusias. "Hampir tiap hari" Kai terkekeh
"Bilangin sama Chanyeol ya, dia mau ga jadi suami gue?? Kalau Chen, mau ga dia jadi abang gue?? Oke??" Goda ku. "Ogah. Males gue. Ingat! Lo udah punya Leon!" Kai tertawa sembari menjitak kepalaku. "Ishh" decih ku
"Oh iya, kemarin waktu di akhir telepon, lo bilang setelah lo bongkar semua rahasia mereka, lo bakalan hilang dari sini untuk selamanya. Maksud lo apaan?? Mau pergi gitu?? Kemana??" Tanya Kai heran. "Yaaa yang jelas gue ga akan balik kesini lagi. Kemana?? Ya itu terserah gue" Jawab ku acauh tak acuh.
"Truss lo bakalan ninggalin mama sama papa lo sendiri gitu?? Ya, walaupun lo punya abang yang entah ada dimana dia sekarang" Kai menatap sendu padaku. "Papa dan mama gue itu udah cerai waktu gue kelas 1 SMA. Papa pergi ke Korsel dan kabarnya sekarang dia udah nikah. Begitupun dengan mama gue, dia udah nikah juga. Well, buat apa gue ada disini lagi kalau mereka udah punya kehidupan masing-masing?? Kenapa mereka ga mikir waktu membuat kesalahan yang bisa mengakibatkan perceraian?? Gue pingin hidup sendiri untuk tenangin diri gue, untuk nyembuhin luka dihati gue yang bahkan belum kering" Aku melemparkan pandangan ku keluar.
"Seharusnya lo itu besyukur, masih punya orang tua walaupun udah pisah. Setidaknya lo dapat orang tua tiri yang sayang sama lo. Nah gue?? Orang tua gue meninggal disaat yang bersamaan, mereka kecelakaan disaat sehari sebelum kelulusan SMP gue dan akhirnya gue dibawa tante gue ke Korsel dan melanjutkan hidup disana. Gue tinggal sama nenek gue dan tak lama kemudian nenek gue meninggal karena sakit. Setelah itu gue tinggal sendiri dengan uang asuransi jiwa peninggalan orang tua gue. Gue bekerja keras dan akhirnya gue bisa seperti ini" Kai menatap mata ku dengan dalam, mata nya mulai berkaca-kaca dan bewarna merah. Aku hanya diam mendengar cerita Kai. "Maaf kai, tapi semuanya udah terlambat" aku menghela napas dalam sembari memejamkan mata ku.
Tak lana kemudian, kami berhenti di bawah pohon yang sama saat aku berhenti kemarin. "Itu mama lo!" Sahut Kai sambil menunjuk ke arah rumah lama ku
Aku melihat mama ku ada disana dan ada Leon dan Raihan juga. Mereka masuk ke mobil mama dan mulai pergi dari sana.
"Nee*, tapi kok itu ada Raihan sama Leon?? itu mereka mau kemana?? Ikutin Kai! Jangan sampai ketahuan ya!"*Nee= iya (dalam bahasa korea)
Kami mengikuti mobil mama dari belakang yang jarak nya lumayan jauh agar mama tidak curiga. Mobil mama mulai memasuki TPU elite. Mereka turun satu persatu dan menuju sebuah kuburan. Kami mengikuti mereka dan bersembunyi dibawah pohon sembari tetap memperhatikan mereka dari jauh. Mama menaburkan bunga di atasnya, Raihan dan Leon juga meletakkan mawar putih di atas batu nisannya. Mereka sedikit berbincang yang terlihat sangat serius lalu pergi meninggalkan kuburan itu.
"Keluarga lo ada yang dikuburin disini??" Tanya Kai heran. "Gak ada. Kalau ada pun, kenapa mama bawa Raihan sama Leon?? Kenapa ga gue aja??" Jawab ku sembari menarik tangan Kai untuk mengajaknya ke kuburan yang tadi didatangi oleh mama.
Mata ku membulat ketika melihat nama yang tertera di batu nisan itu. Jantung ku serasa berhenti berdetak, kaki ku mulai lemas sehingga tak mampu menahan tubuh ku dan akhirnya membuatku jatuh ke tanah. Air mata mulai membanjiri pipi ku.
"Kai, tolong bilang sama gue kalau itu bukan Dion yang sama! Kai!! Gak mungkin!!! Gak mungkin abang gue udah meninggal!! Kenapa mereka ga kasih tau gue!!! Kai!!" isak tangis ku pecah. Aku memukul-mukul dada Kai, sementara Kai hanya terpaku sembari memeluk tubuh ku.
"Gue juga ga percaya, tapi nisan itu jadi buktinya. Disitu tertera nama abang lo, Dion Layandra" Kai semakin mempererat pelukannya. Aku merasakan setetes air jatuh diatas kepala ku. Aku melihat kesumber itu dan aku melihat Kai juga ikut menangis.
"Kenapa sih?? Kenapa orang yang gue sayang selalu ninggalin gue?? Orang tua gue, nenek gue, dan sekarang sahabat gue" Kai membenamkan wajahnya di atas kepalaku. Aku yang melihat Kai seperti itu, langsung memeluknya dengan erat. Ya, aku merasa saat aku berada di dekat Kai, aku seperti sedang bersama abang ku sendiri.
"Maafin gue, mungkin gue terlalu egois sampai ga mikirin perasaan lo. Disini gak gue aja yang sakit, tapi lo juga. Makasih karena udah bantuin gue sampai sini, makasih karena udah mau sahabatan dengan abang gue" Aku tersenyum pada Kai lalu menghapus air matanya.
"Sekarang ayo kita temuin mereka. Mereka punya hutang yang harus mereka jelasin ke kita. Dan gue boleh minta ijin sama lo?? disaat kita sampai disana, mungkin wajah tampan tunangan lo itu akan babak belur" Kini kesedihan Kai berubah menjadi amarah. Kai menarik tangan ku dan membawaku ke mobil.
🌧⭐️
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
Teen Fiction[Completed]✔️ Ketika dua pria merebutkan seorang gadis, namun gadis itu tak bisa mengingat masa lalunya termasuk kedua pria itu. Ya, begitulah kehidupan Dina Layandra, seorang gadis biasa yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Ia mencintai kekasih dari s...