Axel dan Mekaila masuk kerumah sambil mengucapkan salam dan langsung di sambut hangat oleh Siska dan juga Rian -papa Axel- yang sedang bersantai di ruang tamu.
"Loh, papa gak kerja hari ini?" tanya Axel sambil berjalan kearah mereka di ikuti oleh Mekaila di belakangnya.
"Papa libur hari ini, besok baru mulai kerja lagi" jawab papanya sambil tersenyum kemudia melihat kearah Mekaila. "Eh Mekaila, udah besar ya kamu sekarang. Masih ingat sama om kan?"
Rian memandang Mekaila dengan pandangan kagum karena Mekaila benar-benar berubah. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik sekarang, berbeda saat dia masih kecil yang terkenal suka memanjat pohon dan bermain lumpur di depan rumah. Bukan berarti dulu Mekaila tidak cantik, hanya saja kebiasaannya dulu membuat Mekaila terlihat lusuh, berbeda dengan sekarang yang lebih terlihat bersih dan enak di pandang.
Mekaila tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak ada yang tahu kalau dia sedang tersenyum.
"Masih kok om, kan dulu om Rian sering ajak Mekaila manjat pohon jambu di belakang rumah" jawabnya membuat Rian dan Siska tertawa.
"Iya om ingat. Dulu kamu suka sekali manjat pohon sampai-sampai kamu pernah patah kaki karena manjat pohon mangga di depan komplek"
"Dulu kamu itu tomboy banget la, beda sama Axel yang malah kalem-kalem aja duduk di rumah eh sekarang malah kebalik" kata Siska ikut menambahkan.
"Kok jadi bawa-bawa Axel ma?" protes Axel yang tidak terima dengan ucapan mamanya barusan.
"Loh, kan mama bener. Kamu itu sekarang malah bandelnya minta ampun, mama sampai bingung gimana caranya ngurus kamu lagi"
"Padahal Axel kan anak yang baik, berbakti kepada orang tua dan sholeh. Iya kan pa?" Axel mulai meminta pembelaan kepada papanya yang hanya di tanggapi dengan anggukan saja.
Mekaila memandang keluarga itu dengan tatapan yang sulit diartikan, seandainya saja keluarganya seperti ini. Mekaila juga ingin bercanda tawa bersama keluarganya namun, hal itu tidak mungkin terjadi.
Rian yang sepertinya mengerti dengan perubahan wajah Mekaila pun menghantikan anak dan istrinya yang asyik berdebat, kemudian dia menyuruh Axel dan Mekaila untuk berganti pakaian setelah itu makan.
Mekaila menurut saja dan langsung naik ke kamarnya untuk berganti pakaian sedangkan Axel memilih untuk pergi ke dapur mengambil minum terlebih dahulu.
Saat masuk ke kamar Mekaila menemukan mamanya yang sedang duduk di kasurnya sambil memegang sebuah buku diary. Mamanya terlalu fokus membaca sehingga tidak sadar kalau Mekaila sudah ada di dalam sana.
Itu adalah buku diary milik Mekaila yang sudah sejak lama dia simpan dan seharusnya hanya dia yang tahu apa isi buku itu. Namun, kini mamanya malah membaca diary itu tanpa meminta izin dahulu kepada Mekaila.
Mekaila berjalan dengan cepat kearah mamanya kemudian menarik buku itu dengan kasar. Diana terkejut karena Mekaila yang muncul tiba-tiba dan memergokinya membaca buku diary itu.
Mekaila buru-buru menyimpan buku diarynya di dalam lemari kemudian berbalik menghadap mamanya dengan wajah yang menahan amarah.
"Kenapa mama seenaknya baca buku diary aku? Itu privasi aku ma!" seru Mekaila dengan suara yang dibuat sehalus mungkin karena dia tidak mau menyakiti mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Teen Fiction"Kau hadir memberikan cahaya itu, namun pada akhirnya kau juga lah yang memadamkannya" -Mekaila "Aku hanyalah sebuah cahaya kecil di hidup mu. Tapi, cahaya kecil ini yang menyelamatkan mu di saat gelap itu datang" -Axel "Karena kau salah mengartikan...