5. Minggu Pagi

37 6 0
                                        

Happy Reading😊



"Papa, ayo kita beli es krim!" kata seorang anak perempuan dan laki-laki  yang merengek sambil mengerucutkan bibir kecilnya. Lucu dan menggemaskan.

Laki-laki yang di panggilnya papa tadi tersenyum gemas melihat tingkah putra dan putrinya itu, dia berjongkok kemudian mencubit pelan pipi putrinya. Gadis kecil itu langsung menepis tangan papanya karena merasa kesal.

"Mekaila kan tadi udah makan es krim, masa mau makan lagi. Nanti kalau sakit gimana?" tanya laki-laki itu kepada Mekaila kecil yang masih memasang wajah cemberutnya.

"Yaudah-yaudah, kita beli es krim"

Mendengar hal itu membuat Mekaila dan Rendy menoleh dengan mata yang berbinar senang.

"Benar ya pa?" tanya Rendy memastikan.

"Iya benar. Tapi, kalian jangan bilang sama mama ya, nanti papa di marahin"

"Iya siap pa" jawab Mekaila dan Rendy dengan kompak kemudian tersenyum lebar.

Angga -papa Mekaila- tersenyum lembut melihat senyuman anaknya. Bagi Angga tidak ada yang lebih berharga di hidupnya selain melihat Mekaila dan Rendy tersenyum bahagia.

"Kalian harus selamanya senyum bahagia kaya gini ya, gak boleh cemberut lagi. Papa senang lihat senyum kalian, karena senyum kalian indah"

************

Matahari sudah bersinar terang memaksakan sinar-sinarnya untuk masuk melalui jendela kamar yang sudah terbuka lebar sejak subuh tadi.

Gadis itu terbangun pukul 5 pagi dan tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi, akhirnya dia memutuskan untuk sholat subuh, setelah itu bersiap untuk berolahraga di sekitar taman dekat rumahnya.

Hari ini adalah hari minggu, tidak seperti biasanya Mekaila bangun pagi-pagi sekali di hari minggu seperti ini. Tidurnya mulai tidak nyaman karena mimpi itu muncul lagi sebagai bunga tidurnya. Sebenarnya mimpi itu bisa di bilang adalah sebuah mimpi yang indah, tapi entah mengapa untuk saat ini rasanya Mekaila tidak mau lagi mendapatkan mimpi-mimpi yang berasal dari masa lalunya.

Tidak terasa hampir seminggu ini Mekaila tinggal di rumah tantenya itu, dan Mekaila mulai untuk membiasakan diri dengan kebiasaan tantenya yang suka berteriak di dalam rumah karena Axel yang suka menimbulkan kegaduhan. Sampai saat ini pun Mekaila belum mendapatkan teman, padahal dia sudah beberapa kali mengajak beberapa temannya untuk bicara tapi hanya di jawab seadanya saja. Kehidupam Mekaila juga tidak setenang dulu karena ada Axel yang sering mengganggunya.

Kemarin malam Axel tiba-tiba saja nongol di depan balkon kamar Mekaila menggunakan kain putih yang menutup seluruh badannnya kecuali muka, persis seperti pocong.

Mekaila yang parno dengan hal-hal semacam itupun terkejut bukan main, dia nyaris saja memecahkan kaca jendela balkon karena refleks melempar hp nya kesana. Axel yang melihat wajah ketakutan Mekaila pun tertawa puas karena berhasil dengan rencananya menakuti Mekaila.

Belum sempat Mekaila memaki Axel, laki-laki itu sudah melompat ke balkon kamarnya melalui balkon kamar Mekaila. Ya, karena kamar mereka yang bersebelahan membuat Axel dengan leluasa menjahili Mekaila.

Semenjak kejadian itu Mekaila selalu menutup Kaca balkonnya dengan tirai panjang yang tebal agar Axel tidak mudah menjahilinya lagi.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang