Happy reading. Typo bertebaran.
Hari ini adalah hari senin. Ya, hari dimana seluruh murid selalu ingin tiba tiba sakit saja atau berdoa akan turun hujan deras dari pagi hingga malam. Bagi para pelajar, hari senin adalah hari kutukan. Mereka harus pergi pagi-pagi sekali agar tidak terlambat untuk melaksanakan upacara bendera. Berdiri di tengah lapangan sambil di sorot oleh sinar matahari yang panas, belum lagi jika pembina upacaranya harus berkhotbah sepanjang pidato pemilihan calon presiden. Huh! Menyebalkan!
Biasanya Mekaila juga termasuk di dalam daftar pelajar yang mengutuk hari senin, tapi tidak untuk hari ini.
Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, namun Mekaila sudah mengenakan sepatu putihnya dan bersiap untuk berangkat kesekolah. Bahkan dia tidak pamit kepada mamanya.
Hari ini adalah hari terakhir Mekaila sekolah di SMAN 5 karena besok dia sudah pindah dari sana. Sedih? Tentu saja. Siapa yang tidak sedih harus meninggalkan tanah kelahirannya? Terutama harus meninggalkan semua kenangan dan teman teman akrabnya. Sudah hampir seminggu ini Mekaila selalu menangis setiap malam sebelum tidur hanya karena memikirkan teman temannya. Terlalu banyak kenangan bersama teman-temannya sehingga Mekaila merasa berat hati untuk pindah. Bahkan Mekaila belum cerita kepada teman-temannya kalau besok dia akan pindah dari sana. Dia takut kalau semua temannya akan menahan Mekaila dan memohon agar dia tidak jadi pindah yang akhirnya membuat Mekaila semakin sedih. Hari ini dia akan mengucapkan salam perpisahan kepada semua temannya, bahkan dia sudah membawa kue buatannya sendiri untuk di bagikan.
Sesampainya di kelas Mekaila langsung meletakkan tasnya di meja, lalu mulai membersihkan kelasnya sendirian. Walau hari itu bukan jadwal piketnya, namun tidak ada salahnya kan membersihkan kelas kesayangannya itu untuk terakhir kali bukan?
"Widih buk, tumben cepet banget datang? Mau bantu ob bersih bersih ya?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelas.
Karena terkejut Mekaila menjatuhkan sapu yang tadi dia pegang, kemudian dia mengelus dadanya pelan. Untung saja dia tidak memiliki penyakit jantung.
Mekaila menoleh dan menemukan Desta si ketua kelas tengah duduk di meja guru sambil nyengir-nyegir kuda kearah Mekaila dan memasang tampang tanpa dosa.
"Bisa ngucap salam dulu kali kalau masuk, ngangetin aja lu" Kesal Mekaila sambil mengambil sapu yang jatuh tadi lalu meletakkannya di belakang kelas. Sedangkan Deska yang di tegur hanya bisa tertawa pelan melihat tingkah temannya.
Deska adalah ketua kelas yang banyak di puja karena terkenal memiliki wajah yang tampan. Selain itu dia juga ramah kepada orang-orang dan juga memiliki tingkah yang lucu. Namun, dibalik semua itu, dia termasuk ketua kelas yang tidak bertanggung jawab. Jika biasanya ketua kelas yang akan bolak balik ke kantor untuk mengambil buku, beda dengan Deska. Dia lebih memilih untuk bersantai di dalam kelas sambil bermain uno atau hp, lalu dia akan menyuruh orang lain untuk pergi ke kantor. Ya, bisa di bilang anak di kelas memilihnya sebagai ketua kelas hanya karena wajahnya yang tampan saja.
"Des, ntar waktu jam pulang sekolah lu bisa nyuruh anak-anak buat jangan pulang dulu kan?" Tanya Mekaila yang duduk di bangkunya. Deska menoleh sambil menunjukkan raut yang bingung. "Emangnya ada apa la?"
"Udah turutin aja ya" Walau Deska sendiri bingung tapi dia hanya mengangguk saja mengiyakan permintaan Mekaila.
Kelas pun mulai rame karena sebentar lagi upacara akan di mulai. Mekaila menghembuskan nafasnya kasar sambil menatap keluar jendela memperhatikan daun di pohon yang tertiup oleh angin. Ya, dia harus bisa. Dia harus ikhlas meninggalkan teman-temannya.
**********
Bel sudah berbunyi, tanda pelajaran untuk hari ini sudah selesai. Semua murid yang ada di kelas XI IPS 3 mulai merapikan buku mereka kedalam tas. Ada beberapa yang merencanakan untuk pergi hanya sekedar main sebelum pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Teen Fiction"Kau hadir memberikan cahaya itu, namun pada akhirnya kau juga lah yang memadamkannya" -Mekaila "Aku hanyalah sebuah cahaya kecil di hidup mu. Tapi, cahaya kecil ini yang menyelamatkan mu di saat gelap itu datang" -Axel "Karena kau salah mengartikan...