Happy Reading😁 jangan lupa bintang nya yaaaaa
Pagi itu tidak ada insiden Mekaila bangun kesiangan dan Axel yang melompat ke kamar Mekaila, semuanya aman.
Mereka semua sudah duduk di meja makan, Mekaila dan Axel sudah rapi dengan seragam mereka, Rian sudah rapi dengan jas nya, Diana yang sibuk mengolesi selai di roti dan Siska sedang menuangkan nasi goreng ke piring-piring.
"Axel, kamar kamu sudah di bereskan?" tanya Rian membuka percakapan. Axel yang tengah sibuk memasang dasinya menoleh dan mengangguk, "Aman pa, udah Axel semprotin parfume malah"
Siska berhenti menuangkan nasi kemudian menoleh mendengar jawaban Axel, tiba-tiba saja dia melempar sendok yang dipegangangnya dan sukses mendarat di kepala Axel. Cowok itu mengaduh kesakitan sedangkan Mekaila yang disebelahnya sudah tertawa kencang.
"Kebiasaan banget kamu Axel! kamu tau kan kalau parfume itu di semprot ke badan, ke baju, bukan keruangan. Mama gak mau ngasih uang buat beli parfume kamu lagi" Omel Siska panjang lebar.
"Yah, kok gitu sih ma? Ntar kalau Axel bau ketek gimana? Yang ada pacar Axel lari" wajah Axel memelas kepada Siska, tapi Siska tidak memperdulikannya.
"Jomblo aja sok punya pacar lu" seru Mekaila masih dengan tawanya, "lagian ya, mau lu pake parfume atau engga tetap bau ketek!" kalau yang satu ini Mekalai sudah jelas berbohong, bahkan dia mengakui sebenarnya tanpa menggunakam parfume juga Axel tetap wangi, itu memang benar.
Axel mencibir Mekaila kemudian menjitak kepalanya, Mekaila yang tidak terima menginjak kaki Axel, membuat cowok itu meringis. Tenaga Mekaila benar-benar seperti kuli.
Diana dan Siska hanya tertawa melihat kedua anaknya yang sudah mulai akrab, padahal sebelumnya mereka tidak pernah bergurau seperti saat ini. Siska juga sempat bertanya pada Mekaila apa Axel bersikap tidak baik padanya sehingga Mekaila sering marah kepada Axel. Mekaila bilang kalau Axel sangat menyebalkan, tapi dia tahu kalau Axel hanya bercanda. Diana juga pernah menegur Mekaila saat gadis itu berteriak kepada Axel yang berniat baik membanguninya.
"Sudah, cepat selesaikan sarapan kalian nanti malah terlambat" kata Rian menghentikan pertengkaran kecil Mekaila dan Axel. Mereka hanya beradu pandang lebih memilih untuk menurut saja.
***********
Mekaila dan Axel sudah sampai disekolah, mereka turun dari mobil dan berjalan meninggalkan parkiran. Saat di koridor, mata Mekaila tidak sengaja bertemu dengan Inka. Dia menatap Inka dengan datar sedangkan Inka menatapnya dengan tajam. Mekaila menaikkan sebelah alisnya seperti bertanya "apa?" kepada Inka. Dia tahu Inka pasti marah karena saat ini dia sedang berjalan bersama Axel.
Sebuah ide gila muncul di kepala Mekaila, dia tersenyum miring kemudian melihat Axel yang sedang berjalan dengan tenang di sebelahnya.
Tiba-tiba Mekaila terjatuh membuat Axel menoleh dan langsung berjongkok disebelahnya, "Lu kenapa? Masih ngantuk?" tanya Axel dengan nada mengejek.
"Jahat banget sih, gua jatoh bukannya di tolongin malah di ejek!" kesal Mekaila. Lututnya terasa nyeri, padahal niat awalnya hanya terjatuh pelan-pelan. Tapi, mungkin karena terlalu bersemangat mengerjai Inka dia malah jatuh terlalu keras.
Inka melihatnya dari ujung koridor, wajah gadis itu bahkan terlihat sedang menahan amarah. Mekaila tersenyum puas melihatnya.
"Aduh! Sakit banget tau Xel, kayanya gua gak bisa jalan deh hm" suara Mekaila sengaja dibuat semanja mungkin, wajahnya juga terlihat sangat menyedihkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Teen Fiction"Kau hadir memberikan cahaya itu, namun pada akhirnya kau juga lah yang memadamkannya" -Mekaila "Aku hanyalah sebuah cahaya kecil di hidup mu. Tapi, cahaya kecil ini yang menyelamatkan mu di saat gelap itu datang" -Axel "Karena kau salah mengartikan...