Happy reading😊
"Jadi siapa yang akan mewakili kelas kita untuk acara pensi bulan depan?" pertanyaan tersebut membuat kelas menjadi ribut, mereka mulai saling menunjuk untuk mewakili kelas dalam acara pensi. Tidak ada yang mau mengajukan dirinya sendiri, mereka terlalu malas untuk berdiri di atas panggung dan menunjukkan aksi. Ada beberapa juga yang malu karena tidak percaya diri.
Mekaila hanya diam menundukkan kepalanya, dia memilih untuk tidak bersuara. Tangannya bergerak mencoret-coret buku tulis yang ada di hadapannya. Lagi pula tidak mungkin dia yang akan mewakili kelas kan?
"Saya mau bu!" Mekaila menoleh, Vriska sudah berdiri dengan percaya diri di sebelahnya.
"Baiklah, kamu akan menampilkan apa nanti?"
"Saya mau nyanyi bu" jawabnya sambil tersenyum
Mekaila menaikkan sebelah alisnya. Bernyanyi ya? Mekaila sedikit ragu, mengingat suara Vriska yang sangat cempreng bahkan saat berbicara, apa cewek ini bisa bernyanyi?
Beberapa siswa yang lain juga saling berpandangan, sepertinya mereka juga ragu dengan kemampuan Vriska.
Wali kelas mereka hanya mengangguk setuju saja dan menyuruh Vriska untuk rajin berlatih agar penampilannya nanti tidak mengecewakan. Vriska sepertinya sangat bahagia karena di beri izin untuk bernyanyi. Dia kembali duduk kemudian melirik kearah Mekaila, "Kenapa?" sinisnya. Mekaila hanya menggeleng dan mengabaikan Vriska.
"Gua bakal nyanyiin lagu paling romantis nanti, dan itu untuk Arga" Vriska mulai bergumam aneh, bahkan dia juga tersenyum sendirian. Mekaila hanya mengangkat bahunya tidak peduli, lagi pula cewek ini akan mempermalukan dirinya sendiri nanti.
************
Mekaila berjalan menuju perpustakaan dengan sebuah buku tentang ke bumian di tangannya, dia meminjam buku itu 2 hari yang lalu dan akan mengembalikannya hari ini. Dia akan meminjam beberapa buku lagi untuk di pelajari di rumah. Sebenarnya Mekaila bukanlah gadis yang hobi belajar, namun karena tidak ada kegiatan lain jadi dia mengisi waktu luangnya untuk membaca buku, hitung-hitung bisa menambah ilmu.
Suasana perpustakaan sangat sunyi, hanya ada suara lembaran kertas yang di buka secara bergantian. Penjaga perpustakaan memang tidak mengizinkan adanya keributan di sana, jika tidak mau di usir maka jangan membuat gaduh.
Mekaila mengembalikan bukunya kepada penjaga perpustakaan kemudian menelusuri rak-rak buku yang berjejer rapi di sana. Beberapa ada yang sudah berdebu dan juga lapuk karena tidak di ganti. Sepertinya para siswa di sini kurang minat untuk membaca, lihat saja buku di sini sangat rapi seperti jarang ada orang yang menjamahnya.
Mekaila berhenti salah satu rak buku, matanya mulai liar mencari buku yang dia ingin kan. Belakangan ini dia sangat tertarik dengan ilmu kejiwaan. Entah lah, mungkin karena dirinya sempat menonton film tentang seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan kemarin jadi dia mulai tertarik.
Matanya berhenti pada salah satu buku yang berjudul "Bipolar disorder". Tangannya menarik keluar buku itu dari rak tapi segera di hentikan karena telinganya mendengar sesuatu yang tidak asing. Dia mencoba mengintip dari sela-sela buku yang ada di rak. Di hadapannya kini berdiri Arga dan Diandra yang sedang memegang buku di tangan mereka, Arga seperti sedang menjelaskan sesuatu dan Diandra mendengar dengan seksama sesekali mereka saling bertatapan dan tertawa.
Lagi, Mekaila merasa ada yang mengganjal di hatinya, padahal dia sudah berusaha untuk menjauhi Arga dan Diandra. Langkahnya mundur perlahan dan tanpa sengaja menginjak kaki seseorang.
"Aduh, sakit" Mekaila membalikkan badannya, ada Dion di sana yang sedang berdiri sambil memegang kaki kirinya yang tidak sengaja di injak oleh Mekaila.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Fiksi Remaja"Kau hadir memberikan cahaya itu, namun pada akhirnya kau juga lah yang memadamkannya" -Mekaila "Aku hanyalah sebuah cahaya kecil di hidup mu. Tapi, cahaya kecil ini yang menyelamatkan mu di saat gelap itu datang" -Axel "Karena kau salah mengartikan...