Happy reading😊
Suasana kantin sangat penuh dan panas, para siswa berdempetan di antrian untuk menunggu gilirannya memesan makanan. Meja di kantin juga banyak yang sudah terisi penuh. Kebanyakan dari mereka duduk bersama teman-temannya, bercanda gurau bersama. Ada beberapa juga yang saling mengeluh karena soal ulangan yang sangat sulit.
Namun, tidak dengan Mekaila. Gadis itu duduk sendirian di dekat penjual jus. Beberapa siswa yang berlalu lalang di depannya pun sempat berbisik bisik, tidak sedikit dari mereka yang mengatakan jika Mekaila adalah gadis aneh yang lebih suka menyendiri. Mekaila tidak mengubrisnya, dia tetap fokus dengan makanannya dan memilih untuk tidak mendengar perkataan mereka.
Itu cewek yang deket sama Axel dan Arga kan?
Denger-denger sih dia sepupu Axel.
Oh ini yang tadi di gendong Arga.
Anak baru doang centil banget sih.
Sok cantik ih!
Dan masih banyak lagi yang di dengarnya. Mekaila menghela napasnya, dia mencoba untuk bersabar walau telinganya sudah sangat panas sekarang.
"Misi dong! Cogan mau lewat, permisi ya cantik," Suara Dion menggema di seluruh kantin, dia berjalan dengan gaya songongnya dan sesekali menggoda adik kelas yang lewat di hadapannya. Tentu saja adik kelas itu hanya tersipu malu lalu pergi meninggalkan Dion.
"Halo Mekaila, sendiri aja?" Tanya Dion yang kini sudah berdiri di hadapan Mekaila. Gadis itu mengangkat wajahya yang datar tanpa ekspresi. "emang lu liat gua bawa keluarga gua? Engga kan, berarti sendirian!" ketus Mekaila kemudian kembalu fokus kepada makanannya.
"Selow dong selow, babang kan nanya baik-baik," ucap Dion sembari duduk di kursi yang ada di depan Mekaila. "Kok lu gak sama temen-temen lu sih?"
Lagi-lagi Mekaila memandang Dion dengan jengah, apa cowok ini tidak bisa diam? Mood Mekaila benar-benar buruk hari ini.
"Sejak kapan gua punya temen disini?" jawab Mekaila sambil menaikkan alisnya. Baru saja Dion akan menjawab, Arga, Axel dan Diandra datang menghampiri Mekaila dan Dion sambil membawa makanan di masing-masing tangan mereka.
"Loh, makanan gua mana Xel?" tanya Dion melihat Axel yang hanya membawa sepiring somay saja.
"Lu kira gua babu lu? Pesan sendiri lah!" ketus Axel kemudian pandangannya beralih kepada Mekaila yang tengah mengunyah bakso nya dengan wajah merengut. "Kenapa muka lu? Masih marah gara-gara gak gua gendong ke uks?" tanya Axel.
Mekaila tidak menjawab, dia malah buru-buru menghabiskan bakso dan jusnya, kemudian mengambil baju olah raga yang di bawanya tadi. Mekaila menyodorkan baju itu di hadapan Diandra, "Makasih ya bajunya" ucapnya sembari tersenyum tipis.
Diandra membalas senyum Mekaila kemudian menerima bajunya, "Iya sama-sama. Kalau perlu apa-apa bilang aja ke gua ya La, kita kan temen." Mekaila memperhatikan wajah Diandra yang tersenyum ramah kepadanya, kemudian teringat dengan ucapan Vriska di kamar mandi tadi. Apa benar kalau Diandra suka kepada Arga? Tapi, kenapa cewek itu bersikap seolah tidak ada apa-apa yang terjadi di antara mereka.
Mata Mekaila beraih menatap Arga yang tengah sibuk menghabiskan sepiring nasi goreng. Jujur, Arga memang lah tampan, dengan mata biru lautnya yang tenang dan juga sikap cowok itu yang baik. Wajar saja kalau Arga menjadi cowok idaman di sekolah ini. Walau terkadang sering berbuat ulah di sekolah namun dia tidak pernah kelewatan batas. Mekaila juga merasakan ada yang aneh pada dirinya belakangan ini apalagi saat bersama Arga, jantungnya bisa berdetak tidak normal dari biasanya. Apa dia menyukai Arga?
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Teen Fiction"Kau hadir memberikan cahaya itu, namun pada akhirnya kau juga lah yang memadamkannya" -Mekaila "Aku hanyalah sebuah cahaya kecil di hidup mu. Tapi, cahaya kecil ini yang menyelamatkan mu di saat gelap itu datang" -Axel "Karena kau salah mengartikan...