TENTANG RASA

382 31 6
                                    

"Kamu mau ngajak aku kemana sih Za?"

"Nanti kamu juga tau."

Sepanjang perjalanan Bia dibuat penasaran oleh Rizza, sebenarnya ia akan dibawa oleh Rizza kemana.

Dan sampailah mereka di Tempat Pemakaman Umum yang ada di kota Bandung. Bia semakin dibuat bingung apa sebenarnya maksud dan tujuan Rizza mengajaknya kesini. Apa Rizza mengajaknya untuk berziarah ke makam keluarganya yang ada di TPU tersebut?

Sebelumnya Bia berpikir bahwa ia akan diajak ke suatu tempat yang spesial, tapi Rizza malah mengajaknya ke TPU.

Sudahlah jangan ke PDan, mana mungkin seorang Rizza Agra Febian lelaki yang hidup dengan pergaulan dan bisa dibilang bebas di Amerika menyukai Sabiha Aisha Qanita seorang muslimah berhijab dan alim.

Seketika Bia memulai percakapan.

"Za, kamu ngapain ngajak aku ke sini?" Ucap Bia sambil berdiri di dekat mobil dan memandangi Rizza.

"Aku mau nunjukin sesuatu ke kamu." Jawab Rizza sambil berdiri tegap dan memasukan kedua tangannya ke dalam saku depan celana jeansnya dan memandang gundukan hijau rumput berbentuk menyerupai persegi panjang.

"Ayo ikut aku Bi."

Bia mengangguk dan mengikuti langkah Rizza dari belakang.

Mereka sampai di sebuah lahan kosong TPU tersebut. Bia terus bertanya-tanya dalam hatinya, teka-teki apa yang sebenarnya di berikan Rizza padanya, ia hanya terdiam dan tidak menanyakan rasa penasarannya itu pada Rizza. Biarlah, Rizza yang memberitahukannya sendiri.

"Kamu tau apa tujuan aku ngajak kamu kesini?"
Tanya Rizza.

"Enggak."
Dengan polosnya Bia menjawab seperti itu.

"Aku ngajak kamu kesini biar kamu tau kalo aku nanti mati, kamu bilangin sama keluarga aku, aku pengen, peristirahatan terakhirku disini. Aku tau Bi, umurku gak akan lama lagi."

"Za kamu jangan bilang gitu, aku yakin kamu pasti sembuh. Kamu harus berdoa sambil berusaha Za. Aku gak suka kamu ngomong kayak gitu, udah gini aja mulai sekarang kamu ikutin kata-kata aku, kamu harus kemoterapi ya."
Dengan tegasnya Bia berbicara seperti itu, karena dia peduli dengan Rizza.

"Percuma aku hidup Bi. Toh pacar aku orang yang aku sayang juga ninggalin aku gitu aja, gara-gara dia tahu punya pacar yang penyakitan kayak aku."
Dengan Rizza berkata seperti itu, sepertinya saat ini sangat berputus asa.

Benar kata Azam, sepertinya sekarang ini Rizza butuh sesosok wanita yang mampu membuatnya kembali bersemangat untuk bangkit melawan penyakitnya. Jujur saja, sekarang ini Rizza seperti kehilangan arah dan tidak ada semangat hidup. Mulai sekarang, Bia mempunyai tekad yang kuat untuk selalu mendukung dan mendapingi Rizza, agar Rizza merasa ada semangat hidup kembali, seperti dulu. Ya seperti Rizza yang dulu pernah Azam ceritakan, Rizza yang energik dan penuh dengan semangat.

"Za, aku janji bakal terus nemenin kamu, aku bakal support kamu, asalkan kamu bisa sembuh lagi."
Ucap gadis cantik itu dengan nada yang penuh kelembutan dan ketulusan dalam tutur katanya.

"Kamu beneran Bi? Aku nyesel dulu pernah jutek banget sama kamu, pernah kasar, tapi sekarang sebegitu perhatinnya kamu sama aku."

"Aku yakin kamu sembuh, kamu harus semangat ya. Udah yang dulu-dulu gak usah di bahas lagi. Sekarang kamu harus berjuang untuk kehidupan kamu yang baru."
Ujar Bia sambil mengangkat kedua garis bibirnya.

"Ya udah sekarang gimana kalo aku ajak kamu makan?"
Dengan penuh harap Rizza menawarkan itu pada Bia.

"Boleh."
Bia menjawab ajakan Rizza itu dengan penuh semangat. Entah kenapa hatinya begitu iba ketika melihat sesosok Rizza yang kesepian.

Mengapa Cinta Harus Memilih? (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang