Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Hidupku mungkin akan berakhir di sini. Tapi, tidak dengan anakku. Mereka takkan pernah tahu, bagaimana kekuatan seorang ibu.
--Aurora Azure Valencia (Medealma)
Seribu tujuh ratus tahun yang lalu, di Lembah Solstice.
Suara tangisan bayi menggema di ruangan kamarku yang dipenuhi dengan hiasan bunga. Lelahku terselimuti oleh rasa bahagia. Tersenyum, Amelia—adik perempuanku yang baru memasuki usia dewasanya—menaruh bayi ke dalam dekapanku. Gadis bertubuh ramping dengan kulit putih dan rambut panjang ikal cokelat itu membungkuk, mengambil rangkaian kecil bunga alma yang ia petik—dari sekitar lembah—dan rangkai tadi pagi dari keranjang, lalu berdiri dan menyelipkannya ke kepala bayiku. Rangkaian berbentuk mahkota bunga berwarna biru itu mengeluarkan aroma harum yang menenangkan.
"Perempuan ... dia sangat cantik, seperti dirimu," Amelia berkata pelan. Mata cokelatnya memandang takjub pada bayi kecilku.
Aku tersenyum mendengarnya, sambil memandangi buah cintaku dengan Michael, Czar Alvern Putih yang aku cintai. Tanganku mengusap, menyentuh pipinya dengan lembut. Suara tangisnya reda. Mata hijau jade-nya menatapku.
"Apakah kalian sudah menyiapkan nama untuknya?" tanya Amelia. Aku mengangguk.
"Ya ... Michael dan aku sudah menyiapkan nama untuknya ... Clarabelle Eliza Valencia ...."
Tiba-tiba terdengar suara seperti kepakan sayap di luar rumah. Aku menoleh ke arah pintu. Entah kenapa, perasaanku tiba-tiba tidak enak. Amelia melangkah mendekati pintu, berkata pelan sambil menoleh padaku melalui bahu.
"Aku akan melihat keluar sebentar. Mungkin itu Michael," kata Amelia. Aku mengangguk lemah.
Suara kepakan sayap itu berhenti. Aku menunggu dengan cemas, siapa pemilik kepakan sayap itu. Mataku melebar, ketika kulihat Amelia kembali masuk ke kamar dengan tergopoh, mengambil Clarabelle dari dekapanku. Wajahnya terlihat pucat dan panik.
"Itu Ardian!" jeritnya tertahan. Aku sontak bangkit berdiri, tak peduli dengan rasa sakit yang masih aku alami setelah melahirkan. Bila Ardian berada di sini, itu berarti Michael telah tewas. Air mataku menetes. Namun, segera aku hapus. Aku harus menyelamatkan putriku dari Ardian. Apa pun risikonya.
"Amelia ... tenanglah. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan? Aku akan memasang perisai pelindung untukmu dan Clarabelle. Kau harus berusaha menahannya dengan kekuatanmu. Kau dengar aku?" Dengan bibir bergetar dan sambil menahan sakit, aku berusaha menenangkan dan memberi instruksi pada Amelia. Matanya terbelalak.
"Tapi jika kau lakukan itu ... kau akan mati, Aurora!" Amelia menatapku sambil menahan tangis. "Kita bisa berlindung dalam perisai pelindung bersama. Ayolah ... aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk kita bertiga." Aku menggeleng sambil menatapnya tajam.
"Tidak ada waktu lagi. Kau tak akan bisa menahan perisai itu untuk kita bertiga. Kau lakukan dari dalam ... dan aku akan melakukannya dari luar. Kau mengerti? Setelah keadaan aman, kau harus secepatnya menemui ayah di Desa Paxton. Tolong, lakukan ini untukku. Aku mencintaimu. Katakan pada Clarabelle betapa aku dan Michael sangat mencintainya, di saat yang tepat. Di usia ke delapan belas. Sebelum itu, jangan biarkan siapapun tahu. Bahkan, kau dan ayah harus merahasiakan semua tentang aku dan Michael. Clarabelle tidak boleh tahu, sampai ia menunjukkan sendiri jati dirinya. Ingat itu."
Sehabis berkata itu, aku langsung memusatkan pikiranku, berkonsentrasi pada semua kekuatan yang aku miliki, membuat perisai pelindung untuk Amelia dan putri mungilku. Hidupku mungkin akan berakhir di sini. Tapi, tidak dengan anakku. Mereka takkan pernah tahu, bagaimana kekuatan seorang ibu. Kutatap mata Amelia yang penuh linangan air mata.
"Sekarang saatnya!" teriakku pada Amelia. Berdua, kami merapal mantra.
"El dish no ti tec por!"
Seketika aku melihat perisai cahaya tak kasatmata yang menyelimuti Amelia dan Clarabelle. Mata Amelia berubah menjadi putih perak. Aku mengerahkan kembali kekuatanku, sampai benar-benar yakin perisai itu akan bertahan selama mungkin. Aku melihat Amelia menahan perisai itu dengan kekuatannya dari dalam, sambil mendekap Clarabelle dengan tangan kirinya. Sempat kulihat ia memandangku dengan air mata yang terus bercucuran. Aku merasakan sesuatu yang mengalir dari hidung dan mulutku. Darah. Aku tak peduli. Tugasku masih menanti. Aku harus menghadapi Ardian, walau aku harus mati.
Kudengar suara langkah di belakangku. Aku mengumpulkan sisa kekuatan terakhirku, sebelum berbalik dan mengarahkan serangan pada Ardian.
"El dish e lub!"
Cahaya biru dingin yang tidak begitu terang—karena kekuatanku yang melemah—mengarah pada Ardian, yang dengan mudah berhasil ia kibas dengan sayap hitamnya, sehingga cahaya itu mengarah kembali pada tubuhku.
Rasa dingin menghinggapiku. Tubuhku perlahan mulai membeku. Namun, masih sempat mataku menatap tanpa rasa takut ke arah sang Czar Alvern Hitam. Menatap dingin, ia berjalan mendekatiku. Mengayunkan pedang hitamnya, menghujam tubuhku. Kupejamkan mata, wajah Michael, suamiku, terbayang. Aku tersenyum tenang. Sayang ... aku datang ...
CATATAN PENTING
Alma : sejenis bunga yang menyerupai mawar, berwarna biru, beraroma sangat harum dan menenangkan. Bila mencelupkan kelopak bunga Alma dalam secangkir air hangat, akan menjadi minuman teh berwarna biru yang harum dan memiliki efek menyembuhkan dan menenangkan pikiran. Bunga ini juga menetralkan aroma harum tubuh Medealma.
Alvern : seperti manusia yang memiliki sayap.
Czar : Pemimpin/Ketua
El dish no ti tec por : mantra perisai cahaya putih hangat yang tak kasatmata, berfungsi sebagai Perisai Pelindung, yang membuat siapapun di dalamnya menjadi tak terlihat, kecuali oleh Medealma.
El dish e lub : mantra perisai cahaya biru dingin, berfungsi sebagai Perisai Penyerang yang bisa membekukan lawan.
Lembah Solstice : di tempat ini terdapat air terjun yang dikelilingi dengan pepohonan yang memiliki daun dan bunga berwarna-warni, salah satunya bunga Alma.
Medealma : manusia tidak murni berparas cantik keturunan penyihir, memiliki aroma tubuh sangat harum yang bisa memabukkan malaikat dan mata yang bisa berubah warna sesuai kekuatannya.
Halo ... ini adalah cerita pertamaku. Mohon berikan kritik dan saran bila ada kesalahan ataupun kekurangan. Jangan lupa vote dan komentarnya, ya. Terima kasih. Selamat membaca ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/147525067-288-k684976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKAN
Fantasía18+ Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Selamat datang di Nubia, sekolah khusus untuk keturunan ras Alvern, hitam dan putih, murni...