CHAPTER 8. THE SECRETS

1.5K 142 24
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Terkadang bagi beberapa orang, tersenyum itu adalah hal yang sulit.

-- Clarabelle

Aku terpaku. Waktu terasa terhenti. Rasa apa ini? Sentuhan benda kenyal dan lembut secara tiba-tiba di bibirku membungkam kata-kata kebencian yang hampir terlontar, membuatku tak mampu berpikir normal, bahkan lupa bernapas. Aku hanya mampu mendengar suara degup jantung dari si pemilik tubuh yang wajahnya sangat dekat disertai embusan napas hangat menerpa kulit mukaku.

Aku gemetar disertai debaran yang menggila. Ada sensasi aneh di perut, menimbulkan rasa asing di tubuhku. Perasaan apa ini? Otakku kacau. Aku merasa sesak. Clarabelle, kau harus bernapas! Tersadar, aku mengepalkan kedua tanganku dan berusaha melepaskannya dari genggaman erat si Alvern Mesum.

"Mmm ...." Tak sengaja aku mengerang ketika kebutuhan menghirup udara membuatku terdesak.

Seketika sentuhan hangat di bibir dan juga genggaman erat di tanganku lenyap bersamaan dengan tatapan lebar dari sepasang netra biru. Ainnya mengerjap, menatap panik kedua mataku. Bibirku kelu. Namun, aku bisa menghirup aroma maskulin yang lebih kuat menguar dari tubuh lelaki itu.

Aku memandang nanar si pencuri ciuman pertama di hadapan. Mulutku membuka siap melemparkan makian kemarahan. Namun, suaraku seperti tertahan di tenggorokan.

"Le siente ... a-aku tidak bermaksud ...." Alvern Ellio tidak melanjutkan ucapannya. Ia malah berbalik dan melangkah cepat meninggalkanku yang terdiam dengan pikiran masih berusaha mencerna. Suara bantingan pintu membuatku tersadar. Minta maaf? Lelaki itu menyesal atas apa yang dia lakukan padaku? Apa maksudnya dengan perkataan itu?!

Aku marah. Namun, aku tak mengerti kenapa aku lebih berang saat mendengar kata maafnya daripada saat ia mencuri ciuman pertamaku. Ada apa denganmu, Clarabelle? Aku ingin sentuhan itu menjadi hak Terra! Si Alvern Mesum itu telah menghancurkannya!

Dengan geram aku berusaha mengejar Alvern Ellio. Kubuka pintu dan melangkah cepat setengah berlari menyusuri lorong hingga ke ruang tengah. Ruby, Ms. Lilian, Alvern Raven, dan Benjamin menyambut kemunculanku dengan pandangan intens. Entah sejak kapan mereka berada di ruangan itu. Ruby berjalan mendekat seraya menatap khawatir.

"Clarabelle ... kau tidak apa-apa, kan? Apa yang terjadi?"

Otakku berusaha berpikir cepat. Apakah mereka mendengar suara teriakan saat aku mencerca si Alvern Mesum?

"Dia memaki Ellio," gumam Benjamin. Ruby, Lilian, dan Raven menatap lebar ke arahku. Aku mengernyitkan alis memandangi Benjamin. Apakah dia sedang membaca pikiranku?

"Clarabelle, apa yang dia lakukan terhadapmu? Apa dia berbuat kurang ajar padamu?" tanya Ruby.

"Hei, kakakku tidak mungkin melakukan itu. Dia alvern baik-baik dan paling terpercaya dalam soal wanita!" sergah Benjamin. Ruby menoleh pada alvern itu dan memelototinya.

"Lalu, bisakah kau jelaskan kenapa dia tadi pamit pulang dengan terburu-buru dan wajah memerah?!" tanya Ruby lagi kali ini dengan nada marah.

"Ellio pasti punya alasan. Pokoknya kakakku itu bukan lelaki yang suka mengganggu wanita apalagi sampai menyakiti Ka- eh maksudku kaum perempuan," ujar Benjamin dengan nada lebih pelan.

"Sudah ... sudah. Clara, apa bisa kau jelaskan kenapa Alvern Ellio tiba-tiba pamit pulang? Apa yang terjadi di antara kalian tadi? Kami mendengar suara bantingan pintu, lalu dengan tergesa-gesa ia berpamitan dan langsung pergi begitu saja. Apa dia mengatakan sesuatu padamu?" tanya Ms. Lilian.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang