CHAPTER 30. THE DECISION

1.6K 89 14
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tidak ada kemenangan atau kebaikan dalam sebuah perang, kecuali kehancuran.

Ellio

Aku tercenung setelah kepergian elvir, Raven, Lilian, dan Terra. Teman-teman kami kini mendapat misi, meminta bantuan dari para madron utama. Meskipun sejujurnya, aku tak ingin melibatkan mereka.

"Kau masih memikirkan kata-kata Elvir Alvino?" tanya Clara dengan nada hati-hati.

Aku menoleh ke arahnya yang melangkah pelan mendekatiku.

"Mereka sudah pulang semua?" tanyaku mengabaikan pertanyaannya.

Clara mengangguk. "Elvir akan mengadakan rapat khusus casimira. Lilian bilang, ia harus menemui orang tuanya. Terra dan Dominic diminta pergi bersama Nataya, mencoba meminta bantuan pada Alazne Samara dan Anela Raina."

Dia menatapku ragu sebelum mendudukkan diri di hadapanku. "Gregory, Benjamin, dan Raven ... pergi menemui para madron hitam utama ...."

Aku menghela napas. "Kita seharusnya tak perlu melibatkan mereka ...," gumamku.

"Aku pun berpikir begitu .... Namun, kita perlu bantuan bukan hanya untuk menghadapi para altern, tapi juga demi melindungi Aleronn dari diri kita sendiri. Kau dan aku belum tahu kekuatan apa yang kita miliki, bukan?"

Ia menghela napas. "Lagi pula, negosiasi dari para alvern madron utama dan altern akan sangat diperlukan untuk menghindari hal yang tak diinginkan."

Clara terdiam sejenak. "Mungkin kita perlu mencoba kekuatan kita ... agar bisa belajar mengendalikannya .... Bagaimana menurutmu?"

"Kau benar," sahutku. "Kita butuh tempat yang aman untuk berlatih. Kita juga membutuhkan Amelia."

Mata kanayaku berbinar sebelum mengangguk cepat. "Tentu saja! Kita bisa meminta Bibi membantu kita! Aku akan memanggilnya!"

Aku mengangguk sambil tersenyum, menatapnya bangkit dan bergerak cepat meninggalkan ruangan.

***

Aku, Clara, dan Amelia berjalan ke arah taman belakang kastel setelah mendapat izin dari papa dan mama. Tempat itu cukup sepi dan aman untuk melatih kekuatan baru yang kami punya.

Angin sore berembus lembut, terasa sejuk menyentuh kulit. Kami melangkah dalam diam, masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri.

Amelia menghentikan langkah, lalu mengedarkan pandangan. "Sepertinya tempat ini cukup aman," ujarnya membuka suara.

Aku ikut berhenti melangkah, mengawasi sekeliling sebelum menyahut, "Baiklah. Kita berlatih di sini saja."

Clara mengangguk setuju.

"Kekuatan medealma sebenarnya hanya bisa dikeluarkan dengan mantra. Namun, aku belum tahu apakah hal ini pun berlaku pada kalian juga. Ada tiga mantra utama yang wajib dihapal," ucap Amelia, lalu menoleh pada istriku. "Aku pernah memberitahumu sebelumnya, Clarabelle. Kau masih ingat?"

"El dish no ti tec por, mantra perisai pelindung. El dish e lub, cahaya biru untuk menyerang, dan el thran fes warf por, untuk membagi kekuatan," jawabnya.

Amelia mengangguk. "Baguslah, kau masih ingat. Kini tambah satu lagi, ve e mor, ketika kau ingin menghilangkan perisai pelindung."

Aku mencoba menghapalkan mantra-mantra itu. Mengingat alvern tidak pernah memakai mantra untuk menggunakan bakat, hal ini sungguh sesuatu yang baru bagiku.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang