CHAPTER 10. THE HIDDEN MADRON

1.4K 137 21
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Kehormatan lelaki ada pada harga dirinya. Untuk mempertahankan sesuatu atau seseorang yang ia anggap berharga, nyawa pun akan menjadi taruhannya.

--Ellio

Aku melangkah pelan menuju ruang escolastico. Ucapan terakhir Clara di ruang senjata masih terngiang di benakku.

Apakah aku sungguh telah menyakitinya? Kenapa gadis itu terlihat marah sekali padaku? Sebenarnya apa yang salah dari kata-kataku?

Langkahku berhenti tepat di depan pintu ruangan pengajar pria ketika aku mendengar alunan callia dan vella dari arah kelas Ms. Laura yg berada di sebelah kiri ruang escolastico. Aku pun memutuskan ingin melihat latihan musik Impure White Wings.

Berjalan beberapa langkah, aku berhenti dan memandangi para alvern putih campuran yang tengah memainkan callia dan vella dari depan pintu yang dibiarkan terbuka. Kulihat Ms. Laura memberi tanda pada tim lelaki di posisi alca.

Pandanganku pun tertuju pada Terra. Ia tampak memukul alca besar dengan dua tongkat di tangannya, disusul kemudian oleh suara pukulan dan tepukan dari alca sedang dan kecil, serta dentingan dari alca logam.

Setelah melodi terdengar semakin naik dan ketukan alca makin cepat, suara vuta mulai terdengar mendayu. Aku pun mulai masuk ke dalam ruangan. Di saat itulah, tatapanku beralih pada Clara dan juga beberapa temannya tengah berdiri sedikit di belakang Ms. Laura.

Kenapa mereka berdiri di sana? Netraku mengamati bibir Clara yang tampak sedikit bergerak. Apa ia sedang bernyanyi? Keningku berkerut saat melihat satu per satu alvern campuran di dekat gadis itu terlihat menguap dan ada yang memejamkan mata.

Ainku melebar tatkala beberapa teman yang berdiri di samping kanan dan kiri kanaya-ku mulai terjatuh lunglai ke lantai. Seruan dari tim musik membuat suasana pun menjadi gaduh.

Aku mendengar teriakan dari Ms. Laura sebelum mereka semua berkerumun di sekitar kanaya-ku. Sempat kulihat Clara tengah berusaha menahan tubuh seorang gadis di sebelahnya sebelum ia memposisikan diri duduk di lantai sambil memangku alvern campuran itu.

Aku pun bergegas mendekat dan mencoba menyeruak kerumunan. Suara jeritan terdengar riuh rendah.

Netraku menangkap punggung kanaya-ku yang mulai terkulai hendak terjatuh ke belakang bersamaan dengan suara seseorang meneriakkan namanya. Sontak aku langsung bergerak cepat dan menahan tubuh Clara dari membentur lantai.

Napasku terasa tertahan seraya menatap panik wajah si Gadis Kecilku. Apa yang terjadi? Terra tampak membungkuk dan memandangku sejenak dengan dua tangan terulur ke arah Clara sebelum akhirnya beralih mengangkat tubuh gadis yang ada di pangkuan kanaya-ku. Sepertinya aku mendahului lelaki itu.

Tanpa buang waktu, aku langsung membopong Clara dan membawanya keluar dari ruangan begitu Terra mengangkat tubuh yang ada di pangkuan kanaya-ku.

"Gadis Kecil! Hei, kau kenapa?!" teriakku cemas seraya menatapnya saat kulihat ia mencoba membuka mata. Aku semakin mengeratkan dekapanku.

Netra hijaunya mengerjap lemah sebelum akhirnya terpejam kembali. Aku semakin cemas. Tak kupedulikan tatapan kebingungan para Impure Black Wings dan juga beberapa escolastico dari alvern hitam yang bermunculan, mungkin merasa penasaran karena mendengar suara keributan dari ruang musik.

"Vivian!" teriakku begitu melihat bibiku muncul dari balik pintu escolastica alvern putih disusul oleh Lilian.

Mereka langsung melebarkan pintu, lalu bergerak cepat dan sigap menyiapkan tempat di sofa. Dengan hati-hati aku membaringkan tubuh kanaya-ku di kursi panjang empuk itu. Lilian berusaha memeriksa keadaan gadis itu. Aku berdiri di sampingnya memandangi Clara dengan penuh khawatir.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang