Without You

31 4 0
                                    

Kau menjagaku tanpa berada di sisi

Kau menghadapi kerumitan sendiri

Seandainya ku dapat membantumu

Namun ku tak punya daya bersamamu

-----

"Troy, ibu sudah beli tiket pulang untukmu," ujar Ibu di ujung telepon. "Kamu ikut penerbangan pertama, besok pagi."

"Troy tidak pulang, Bu," suara Troy meninggi. Berulang kali dia memberi penjelasan pada ibunya bahwa dia tidak mau pulang. Reina menggenggam tangannya lembut. Dia ikut mendengarkan pembicaraan Troy dengan ibunya melalui speaker handphone. Troy hanya tersenyum dalam kekesalannya.

"Pokoknya kamu pulang, Ibu tidak mau kamu tinggal dengar pelacur itu."

"Ibu," sergah Troy. Tangannya semakin kuat menggenggam tangan Reina.

"Gara-gara perempuan itu, ayah kamu hampir bangkrut," lanjut Ibu.

"Ibu," kali ini Troy bangkit dari duduknya dan menjauh dari Reina. Dimatikan speaker handphone. "Ibu, aku tidak mau Ibu menjelekkan Reina. Dia tidak ada urusannya dengan kebangkrutan ayah."

"Karena itu, kamu pulang! Tinggalkan perempuan itu, menikah dengan Silvia. Maka perusahaan ayahmu akan selamat."

"Aku akan pulang untuk membantu ayah dan perusahaan. Tapi tidak dengan cara menikahi Silvia."

Troy merasakan tangan Reina menyelinap di pinggang dan memeluknya. Reina meletakkan kepala di punggung Troy yang tegap. Dapat dirasakan kegusaran lelaki itu.
"Sudah, Bu. Nanti kita bicarakan lagi." Troy menutup sambungan teleponnya. Dia berbalik menghadapi wajah Reina. Dikecup lembut kening Reina.

"Aku tidak suka mendengarmu bertengkar dengan ibumu," ujar Reina. "Lebih baik kamu pulang, dan urus dulu masalah perusahaan ayahmu itu."

Troy mengangguk. "Aku akan kembali. Lalu aku akan membawamu ke Jakarta."

Kali ini Reina yang mengangguk.

Troy mendekatkan bibirnya ke bibir Reina yang menyambutnya. Reina memejamkan mata merasakan kuluman lembut pria itu. Dekapan Troy semakin erat, dan pelukan Reina di lehernya pun semakin kencang. Pagutan bibir mereka seakan tak mau melepas. Malam ini, mereka ingin bersama sebelum Troy kembali ke negaranya. Menghadapi semua kerumitan untuk memperbaiki kesalahan yang bukan dia perbuat.

Troy melepaskan ciumannya. Mulutnya mendekat pada telinga Reina. Troy mengucapkan kata yang tidak pernah disampaikan sebelumnya. "Aku mencintaimu, Rei."
-----

Reina kembali melihat handphonenya. Tidak ada pesan dari Troy di sana. Dia kembali menyibukkan diri dengan berada di antara buku-buku perpustakaan. Reina mengembalikan mereka ke rak masing-masing sesuai dengan tempatnya.

"Aku ke Kalimantan. Take care, Rei!" Pesan terakhir dari Troy yang mampir di handphone Reina.

Baru kali ini Reina merasakan kekhawatiran terhadap orang lain. Sudah hampir dua bulan Troy pergi meninggalkan kuliah dan dirinya. Bahkan Reina sudah hampir menyelesaikan tugas akhirnya, dan Troy masih belum memberikan kabar. Bulan pertama, Troy masih mengirimkan pesan-pesan singkat. Dia menceritakan tentang kegiatan sehari-harinya di Jakarta. Tentang kesulitan yang dihadapi untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan ayahnya. Tentang kekecewaan terhadap pemaksaan orang tua untuk segera menikah dengan Silvia.

Reina menghela napas pelan. Hatinya hanya berharap lelaki yang menjadi sandaran cintanya akan baik-baik saja. Selama ini Reina selalu sendiri, kehilangan Troy tidak akan memberikan banyak pengaruh dalam kehidupannya. Dia akan tetap dapat melanjutkan kesehariannya. Itu yang ada dalam pikiran Reina.

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang