Memories

28 3 0
                                    

Ketika kenangan itu hadir

Terdapat bahagia yang mampir

Membuat senyuman abadi

Akhirnya khawatir pun terhalangi

Di depan mata ku terima takdir

Dan kau memberikan mengerti

----------

"Do you get any news from Troy?" tanya Reina pada David yang duduk di depannya.

David menggeleng namun tersenyum. "He'll be back," David menenangkan Reina.

Mereka berdua sedang berada di cafe kampus. Reina membaca tetapi pikirannya melayang hingga ke langit hitam yang menggantung di luar.

"Rei," panggil David pelan. "I can't take you home today. I have something to do. Is it okay with you?"

"Yes, no problem. I'll be fine. I still have one more class this afternoon."

David membereskan tasnya dan berlalu dari hadapan Reina. Gadis itu menyeruput minumannya dan kembali pada bacaannya.

Tak lama, ada seseorang berbisik di telinga kanan Reina. "You have a new book," suara Troy menyelinap di pendengarannya. Reina menoleh ke arah kanan. Dan didapatkan ciuman Troy mendarat di pipinya.

"Troy," seru Reina riang. Troy tertawa dan duduk di samping gadis yang dirindukannya.
Di pandangi wajah Reina lekat sambil tersenyum. Lama... mereka terdiam dengan hanya saling memandang dalam hening. Kebahagiaan terpancar di wajah mereka.

"Kamu dapat pesanku?" tanya pada akhirnya Reina, merasa salah tingkah dengan tatapan mata Troy.

"Pesan yang mengatakan kalau kamu mencintaiku?" goda Troy.

"Bukan." Reina menggeleng.

"Ehm... pesan yang bilang kalau kamu rindu?"

"Bukan ... Aku tidak pernah mengirimkan pesan-pesan seperti itu," Reina mulai jengkel.

Troy tertawa. "Iya, aku tahu. Hal penting apa yang akan kamu sampaikan?"

"Selesai kelas sore ini, mampir ke rumahku. Ada yang ingin aku tunjukkan padamu."

Troy mengangguk sambil mengelus pipi Reina.
----------

Sebelum memasuki imigrasi, Silvia menarik ransel Troy. Pria yang sudah berjalan itu berhenti dan berbalik.

"Ada apa lagi?" tanya Troy tanpa menyembunyikan kekesalannya.

"Dia ingin menyampaikan sesuatu," jawab Arif yang berdiri di samping Silvia.

"Ada apa, Via?" tanya Troy pelan.

"Waktu handphone Troy di Via, ada pesan dari perempuan itu," kata Silvia pelan.

"Apa?" tanya Troy tidak sabar. "Ayo, bicara! Apa pesannya?"

Arif menepuk bahu Troy untuk memintanya bersabar.

"Pesannya," ujar Silvia meragu, "Ada suatu hal penting yang ingin disampaikan. Dia ingin Troy menghubunginya."

Troy menghela napas panjang untuk meredakan kemarahannya.

"Itu saja?" tanya Troy.

Silvia mengangguk.

"Rif, lo jaga dia baik-baik. Biar tidak seenaknya." Pesan Troy pada Arif yang cuma meringis di samping Silvia. Lalu Troy berbalik memasuki ruang imigrasi. Pikirannya penasaran dengan hal penting yang ingin dikatakan oleh Reina.

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang