The Way

23 3 0
                                    

Dia terlihat berbeda

Dia tampak bahagia

Dia senang tertawa

Saat bersama dengannya

----------

Silvia memandangi layar handphone Troy dengan wajah Reina sebagai wallpapernya. Dia mengamati wajah Reina tanpa senyum. Dia tidak dapat mengerti kenapa Troy dapat menyukai perempuan itu. Menurutnya, Reina itu tidak cantik. Bahkan tidak menarik sama sekali.

Dibukanya pesan-pesan yang dikirimkan Troy kepada Reina. Sangat banyak, berisi pesan singkat pemberitahuan Troy tentang apa yang dilakukannya. Namun, tidak ada pesan romantis dan juga tidak ada balasan dari Reina. Hanya ada beberapa pesan dari seseorang bernama David yang mengabarkan keadaan Reina.

Silvia membuka album foto yang banyak berisi foto Reina. Tetapi semuanya tetap tanpa senyum dan sepertinya diambil tanpa sengaja. Dari sekian banyak foto yang tampil, ada satu video yang menarik perhatian Silvia.

"Rei, smile please!" suara Troy terdengar dibalik kamera.

"Troy, turn it off," suara ketus Reina sambil berusaha mengambil kamera dari tangan Troy. Tetapi Troy lebih tinggi dan dapat menghindar dari jangkauan tangan Reina.

"Okey, I will... as long as you promise to smile. Just, in this one picture." Silvia melihat tangan Troy membelai rambut Reina.

"One picture and no more pictures," sahut Reina ragu-ragu.

"Smile," ujar Troy. Entah apa yang dilakukan Troy di balik layar, tetapi beberapa saat kemudian Reina tersenyum bahkan tertawa. Tawanya riang dan terpancar kebahagiaan di matanya. Saat itu yang tidak diketahui Silvia, Troy menirukan berbagai pose binatang untuk membuat Reina tersenyum di videonya. Mulai dari simpanse, gorila, kelinci, orangutan, anjing, hingga terakhir kucing. Reina tertawa mengingat ketakutan Troy akan binatang kecil itu.

Silvia tersenyum, melihat Troy mengecup pipi Reina di dalam video. Dan Reina serta merta memukuli lengan Troy yang masih memegang kamera sehingga gambarnya bergerak. Ada sesuatu menyelusup di dalam hatinya, melihat wajah Troy yang seolah berbeda dari Troy yang dikenalnya sejak kecil. Lebih ceria, lebih dewasa dan punya sesuatu yang dituju.

-----

"Ini bukan barcode kayu kami, Pak," ujar Bayu, pemilik perusahaan kayu yang menjadi rekanan perusahaan ayah Troy.

"Jadi maksudnya, kayu-kayu yang kami terima tidak berasal dari sini?" Troy berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Perusahaan Pak Tirta sudah lama tidak mengambil kayu dari kami. Mungkin sekitar dua atau tiga tahun lalu," jelas Bayu, pria setengah baya yang masih terlihat segar.

"Tapi semua bukti pengiriman dan penerima pembayaran berasal dari perusahaan bapak," Arif bersuara sambil menjejerkan kertas-kertas sebagai bukti di hadapan pimpinan perusahaan tersebut. Bayu mengambil dan mengamati kertas-kertas yang diterimanya. Tanda tangan dan stempel adalah milik perusahaannya. Terlihat wajahnya berubah menjadi geram.

"Ta, panggil Leo kesini!" perintah Bayu pada sekretarisnya yang duduk tidak jauh dari mereka. Wanita tersebut keluar ruangan untuk melaksanakan perintah atasannya.

Troy dan Arif berada di dalam ruangan yang tidak terlalu besar. Di sekeliling ruangan tersebut terdapat lemari besar yang terbuat dari kayu yang terlihat sangat kokoh. Meja kerja Pak Bayu dan sekretarisnya juga berasal dari kayu perusahaan mereka. Bahkan pintu ruangan ini, yang juga merupakan pintu masuk dari perusahaan kecil ini terbuat dari kayu yang sangat kokoh dan terdapat detil ukiran yang menarik.

Mereka duduk di atas kursi kayu yang dibuat oleh perusahaan ini. Troy mengamati dan meraba setiap detilnya. Pengerjaannya sangat halus dan seolah bersinar. Troy yakin, kayu-kayu yang dihasilkan perusahaan ini memiliki kualitas yang baik. Berbeda dengan kayu yang dikirimkan ke Jakarta. Memang hanya orang-orang yang bermata jeli yang dapat melihat perbedaannya.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki berkemeja biru lengan pendek masuk. Wajahnya terlihat waspada tingkat tinggi.

"Iya, Pak," sapanya, "Bapak panggil saya?"

"Leo, kemarilah," ujar Bayu pada laki-laki yang bernama Leo tersebut. "Ini Pak Troy dan Pak Arif dari Jakarta. Mereka yang membeli kayu-kayu kita. Dan saya mau kamu menjelaskan ini." Bayu menyerahkan kertas-kertas di tangannya kepada Leo.

Seketika wajah Leo menciut. "Bisa kamu jelaskan?" lanjut Bayu. "Kenapa stempel perusahaan kita ada di bukti pengiriman dan pembayaran tersebut? Sementara kayu-kayu yang mereka terima tidak berasal dari sini."

"Maaf, Pak. Saya ..." ujar Leo mencoba menjelaskan. Namun kata-katanya dipotong oleh kemarahan Bayu. Beberapa menit lamanya Troy dan Arif duduk terdiam menyaksikan seorang atasan memarahi bawahan yang melakukan kesalahan. Sementara Leo hanya menunduk tidak berani mengatakan apapun. Bahkan untuk menatap Bayu, tidak dapat dilakukannya.

Kemarahan Bayu berhenti dengan peringatan keras terhadap Leo. "Dengan siapa kau melakukan transaksi ini?" tanya Bayu.

Leo masih duduk membisu.

"Kau jawab, dan kau masih bisa bekerja di sini," tegas Bayu.

"Bapak Tony, Pak," jawabnya ragu-ragu.

Troy dan Arif saling berpandangan. Mereka sudah tentu mengenal nama orang yang disebutkan oleh Leo.

"Kau keluarlah!" Bayu memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan kami. Leo berjalan keluar masih dengan wajah menunduk.

"Maaf untuk keributan tadi," ujar Bayu kembali menatap kedua tamunya. "Saya rasa, sudah bisa diselesaikan masalah kita. Dan saya harap setelah kejadian ini, kita bisa bekerja sama kembali."

Troy mengangguk, "Hasil olah kayu-kayu di sini bagus. Saya suka. Mari kita tetap bekerja sama."

"Bagaimana dengan perizinannya?" tanya Arif. Setiap kayu yang keluar memiliki barcode sendiri. Dan itu harus melalui perizinan yang panjang untuk menjadikan kayu-kayu tersebut dapat diolah dan didistribusikan.

"Saya akan pertemukan kalian dengan Pak Surya. Dia yang akan mengurus semua perizinan. Izin perusahaan kami dan semua kayu yang dihasilkan di sini juga karena dia," sahut Bayu. "Bagaimana kalau kalian melihat-lihat proses kerja di sini? Kami sangat menjaga kualitas kayu kami. Banyak memang yang lebih murah, tetapi soal kualitas sudah dipastikan kami yang terbaik."

Troy mengangguk. Keduanya mengikuti Bayu keluar ruangan. Mereka berjalan melalui tumpukan-tumpukan batang kayu mentah yang akan di proses menjadi papan-papan berbagai ukuran yang siap untuk diolah menjadi berbagai macam furniture. Mengelilingi sawmill yang luas itu membuat pikiran Troy menemukan banyak ide-ide baru untuk perusahaan.

----------

Troy dan Arif duduk menikmati kopi di salah satu restoran di Mall Balikpapan Baru. Pusat perbelanjaan tersebut ramai di siang hari. Mereka menunggu Pak Surya yang dapat membantu mereka menangani perizinan.

Seorang lelaki berkacamata, berkulit gelap dan senyum menawan menghampiri mereka. "Pak Troy? Pak Arif?" tanyanya ramah.

Troy dan Arif serta merta berdiri dan mengangguk. Mereka bersalaman dan saling mempersilakan untuk duduk.

"Pak Surya," ujar Troy, "Kita langsung saja yah."

Lelaki yang dipanggil Surya mengangguk. Troy menceritakan maksud dan tujuan mereka bertemu. Dikisahkan secara detil apa saja keinginan perusahaan mereka. Dan Pak Surya menyanggupi untuk membantu mereka dengan biaya yang sewajarnya, tentu saja.

"Saya bisa melakukan perizinan apa saja. Bukan hanya masalah kayu. Mudah-mudahan dengan izin Tuhan, urusan kalian akan dipermudah," promosi Pak Surya.

"Yang pasti semua legal kan, Pak," sahut Arif.

"Yang legal gampang aja pak, Ilegal juga bisa kok," canda Pak Surya.

"Bisa memasukkan orang dari negara lain, Pak?" tanya Troy serius.

"Bisa, Pak. Ada apa? Ada orang yang mau diselundupkan?" Pak Surya tertawa menggoda.

"Iya, Pak," sahut Troy dengan wajah sangat serius. 

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang