Hope

27 3 0
                                    

Aku ingin mewujudkan mimpimu

Berbagai cara akan ku tempuh

Halangan akan ku hadapi untukmu

Akan ku cari cara yang ampuh

Berharap padaNya agar tercipta

Sebuah asa berada di atas cinta

----------

"Jadi, lo akan bawa Reina ke Jakarta?" Arif meyakinkan pendengarannya. Mereka berdua sedang berada di dalam pesawat yang akan membawa pulang ke Ibukota.

"Gue harap Pak Surya bisa membantu untuk urusan surat-suratnya."

"Walaupun ilegal?"

Troy terdiam sesaat.

"Lo tahu kan kalau ketahuan surat-surat itu palsu, dia bisa di desportasi?"

"Gue urus setelah sampai di sini. Pak Surya bisa membuat semua jadi legal."

"Akan ada urusan dengan pengadilan dan lo yakin bisa menghadapi semua itu?"

"Gue yakin, pasti bisa."

"Lo mungkin bisa. Reina mungkin bisa. Bagaimana dengan keluarga lo? Semua menolak kehadiran gadis itu."

Troy kembali terdiam. Semua kemungkinan terbayang di kepalanya. Semua jalan keluar bermain dalam pikirannya.

"Lo tahu kan, keluarga lo akan mencari cara agar lo dan Silvia menikah," lanjut Arif. "Dan kalau mereka tahu Reina ke sini dengan surat-surat palsu... "

"Gue tahu," potong Troy segera. "Mereka akan mendapatkan cara untuk memisahkan gue dari Reina. Gue hanya ingin memiliki satu harapan. Walaupun celahnya sangat kecil."

Arif terdiam. Dia menyadari kalau Troy sudah banyak berubah. Troy yang dulu tidak akan banyak berusaha mendapatkan yang dia mau. Karena sudah yakin akan mendapatkan tanpa susah payah. Sementara Troy yang sekarang, terlihat bersikukuh dengan keinginannya. Dan akan melakukan apa saja agar dapat terwujud.

----------

Suara ketukan di pintu membuat Reina bergegas menuruni anak tangga untuk membukanya. Hatinya berharap akan menemui wajah yang dirindukan di balik pintu itu.

"Farah!" seru Reina ketika membuka pintu. "Come!"

"Troy hasn't come back, yet?" tanya Farah geli melihat kilatan kecewa di wajah temannya itu.

"Not yet."

"Not even a news from him."

Reina menggeleng.

"Sit down! I'll make you a tea," ujar Reina. Farah duduk dan mengamati sekelilingnya. Tidak ada yang berubah di dalam kamar kecil ini. Namun, gadis yang menempatinya sudah banyak perubahan. Diamati Reina yang sedang sibuk membuat teh hangat. Gadis yang sudah lama dikenalnya semakin ceria dan percaya diri. Wajahnya sudah tidak lagi murung dan muram. Ada harapan di dalamnya.

"Why do you look at me like that?" tanya Reina menyodorkan secangkir teh hangat.

Farah tersenyum. "You look different," katanya.

"Different, how?"

"More happy."

Reina tersenyum.

"I guess, love can change someone."

Keduanya tertawa pelan.

"Rei, I have bad news," Farah mulai menyatakan tujuannya menemui Reina. Gadis itu mendongak memandang Farah heran. "But, I also found it." Farah memberikan sebuah amplop coklat besar kepada Reina. Reina membuka dan mengeluarkan isinya. Matanya berkaca-kaca melihat foto-foto diri bersama ibunya.

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang