The Sound of Your Breathe

46 3 0
                                    

Ketika kau tidak bersamaku

Ketika ragamu menjauh dariku

Kutitipkan hati untuk menemanimu

Kala kau rindu, dengarkan sanubarimu

----------

Troy memasuki ruangan yang menjadi tempat resepsi pernikahan anak-anak dari dua pengusaha top di Jakarta. Megah laksana istana dengan nuansa emas. Bunga mawar aneka warna menghiasi sudut-sudut ruangan dan juga sepanjang jalan menuju pelaminan. Foto-foto pre-wedding pasangan yang sedang berbahagia seakan memperlihatkan indahnya cinta mereka.

"Troy..." sapa Silvia. Gadis dihadapannya ini lebih cantik dari biasanya. Dengan kebaya soft pink yang membalut tubuh dan dandanan yang lebih dari biasanya. "Aaahhh, Silvia memang cantik." Troy tersenyum dan dibalas Silvia dengan menggandeng tangannya. Troy menatapnya heran, "Jangan khawatir, hanya malam ini. Beraktinglah seolah-olah kita masih pasangan." Troy mengangguk. Mungkin memang seharusnya seperti ini, berakting, selama acara berlangsung. Kalau ayahnya tahu, apalagi ibunya. Kalau orangtua Silvia tahu pun. Ah, masalah besar yang sudah Troy buat pasti akan meledak disini.

Mungkin untuk keluarga lain, memutuskan untuk tidak menikahi anaknya, akan tidak apa-apa. Tapi pernikahan ini sudah diatur sejak mereka masih remaja. Pernikahan untuk melanggengkan usaha ayah-ayah mereka.

"Troy! Sebelah sini," beberapa wajah yang dikenal Troy memanggilnya. Troy menghampiri mereka.

"Hai, apa kabar kalian?" Troy menyalami mereka satu persatu.

"Ah, cocoklah kalian berdua," kata Arif menggoda Troy dan Silvia, "Setelah ini pasti pernikahan kalian, yah."

Silvia tersenyum tidak mengucapkan apa-apa.

"Lah, lo sendiri mana?" balas Troy menghindar, "Jangan-jangan masih dibuat yah." Teman-teman yang mendengar lelucon Troy pun tertawa, termasuk Arif. Silvia berjalan menjauh meninggalkan Troy yang sudah menjadi pusat perhatian teman-temannya. Mata Troy masih mengikuti langkah Silvia, hatinya merasa bersalah pada gadis itu. Karena Troy mengetahui seberapa besar cinta Silvia padanya.

Acara resepsi berlangsung dengan meriah dan megah. Berlimpah tamu yang datang tanpa henti sehingga kedua pengantin tidak berhenti menyalami mereka. Troy dan kedua orangtuanya duduk di meja VIP dan menikmati makanan mereka. Troy menyantap makanan sambil mendengarkan kedua orangtuanya berbicara dengan teman-teman sesama pengusaha. Silvia masih mendampingi Troy dan sesekali memberitahu Troy siapa saja tamu-tamu yang mengobrol dengan kedua orangtuanya. Troy hanya mengangguk tanpa sekalipun tertarik. Memang Silvia cocok jadi penerus perusahaan orangtuanya, sementara Troy sama sekali tidak tertarik. Dia kuliah bisnis manajemen yang sekarang sedang dia jalani pun hanya karena keinginan ayahnya.

"Nah, jadi kira-kira bulan apa nih pernikahan kalian?" tanya ayah Troy tiba-tiba, sehingga Troy nyaris tersedak.

"Nanti saja dibicarakan, Om," jawab Silvia sopan dengan ceria.

"Kalian harus ada rencana donk. Kita gunakan WO Mutia aja, bagus kan?" balas ibu Troy.

"Troy harus selesai kuliahnya dulu kan Tante," lagi-lagi Silvia yang menjawab.

"Ah, itu kan gampang saja," sahut ayah Troy, "Bagaimana pun kamu yang akan membantu ayah menjalankan perusahaan."

"Troy ambil makanan lagi, pudingnya enak," kata Troy sambil bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Silvia dan kedua orangtuanya." Aaahhh kapan waktu yang tepat untuk memberitahu mereka kalau tidak akan ada pernikahan?" Troy menghela napas dan menikmati puding yang diambilnya.

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang