"KENAPA LO BERSIKAP KAYA GITU SAMA DIA?" teriak Adipati di hadapan Jefri.
"Dia ibu yang ngelahirin lo bang! Sampe kapan lo nyuruh gue sama Bang Ali buat benci sama dia?!" Jefri berteriak kepada Adipati.
Plak!
Adipati menampar Jefri.
"Lo inget ngga dulu kita kaya gimana?! Diejek dikata-katain karena kita dibilang ibunya kabur?! Lo inget ngga, dulu dia itu tega ninggalin kita dan lebih milih laki-laki brengsek itu?! Dan lo pasti juga masih inget kan Jeff, dia pernah pura-pura ngga ngeliat kita waktu kita ketemu di jalan sama dia? INGET NGGAK?!" Adipati emosi. Ia tidak bisa lagi menahan amarahnya kepada Jefri yang tadi terlihat sangat menyambut kedatangan wanita itu.
Jefri menunduk. Ia ingat semua apa yang baru saja dikatakan abangnya. Tetapi sampai kapan ia harus bersikap dingin dengan ibu kandungnya sendiri. Ia juga rindu akan sosok seorang ibu. Ia juga ingin merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Jefri menggelengkan kepalanya kemudian ia menatap Adipati.
"Gue inget itu semua bang! Tapi sampe kapan kita mau bersikap kaya gini ke mami? Gue pengen kaya anak-anak lain bang! Yang tenang, damai damai aja, punya ayah dan ibu yang sayang sama mereka. Gue kangen sama mami bang, gue butuh sosok dia di hidup gue! Udah cukup kita sakitin mami bang..." ucap Jefri yang tadinya emosi menjadi lemah dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya.
Adipati membelalakkan matanya keluar saat ia melihat Jefri menangis. Ia terdiam lalu ia mulai berkata lagi kepada Jefri.
"Laki apaan lo? Hah? Laki-laki apaan lo, macem kaya gini?!" Adipati memegang bahu Jefri keras dengan kedua tangannya lalu ia memukuli pelan sebelah pipi Jefri.
"Bang udah bang, CUKUP!" Ali yang sejak tadi terdiam karena melihat Jefri diperlakukan kasar oleh abangnya akhirnya berteriak kepada Adipati.
"Apa? Lo mau belain dia juga? Dan nerima perempuan itu? Oh, pantes sih.... Lo kan satu-satunya anak yang diurusin sama dia, jadi wajar kalo lo belain dia haha" ucap Adipati sambil tertawa sinis.
"Dari kecil gue ngga pernah tau kejadian itu bang! Gue baru tau sejak gue lulus sekolah! Dan apa salahnya kita sekarang nerima mami? Mami sama sakitnya kaya kita bang!" ucap Ali gemetar.
"LO BERDUA GATAU RASANYA KAYA GIMANA! LO BERDUA GAADA DI POSISI GUE WAKTU ITU! NGELIAT PEREMPUAN ITU SELINGKUH DI DEPAN MATA GUE, DAN NGELIAT AYAH MATI-MATIAN SENDIRI BERJUANG BUAT HIDUPIN DAN KASIH MAKAN KITA, JEFF?! TERUS DENGAN ENAKNYA, DIA BALIK LAGI DATENG KESINI DAN KALIAN SURUH GUE UNTUK LUPAIN KEJADIAN YANG DULU? LO BERDUA MASIH PUNYA OTAK KAN?!" Adipati berteriak dengan suara yang gemetar, matanya memerah dan berkaca-kaca, napasnya kini tersengal-sengal.
Dor Dor Dor.
Terdengar suara pintu kamar Adipati digedor-gedor oleh Ayahnya karena suara anak lelakinya itu terdengar hingga seisi rumahnya.
"Adi! Sudah jam berapa ini kalian masih ribut-ribut! Apa kalian ngga malu sama tetangga?!" teriak pria paruh baya itu yang sudah hilang kesabarannya dengan anak pertamanya.
Adipati terdiam sejenak lalu ia melirik Ali dan Jefri secara bergantian.
"Gue keluar dari rumah ini!" ucap Adipati yang sedetik kemudian mengambil tas dan memasukkan beberapa baju asal ke dalam tasnya.
"Saya pergi yah." ucap Adipati yang telah membuka pintu kamarnya dan kini tengah di hadapan ayahnya dan sedetik kemudian ia berlalu dari hadapan ayahnya.
"Mau kemana kamu?!" teriak pria itu.
Ibu mereka kini menangis sesenggukan di sebelah ayahnya. Matanya sembab karena sedari tadi ia terus mengeluarkan airmatanya.
YOU ARE READING
Another Side - Completed
FanfictionKejadian yang menimpa Syifa 7 tahun lalu sangat merubah kepribadiannya. Syifa yang manis, lembut, dan ramah berubah menjadi cuek, garang, dan liar. Kejadian apa yang menimpa Syifa hingga ia menjadi seperti ini? Dari awal masuk kuliah, Rizky sudah m...