"Kak? Ka Rizky!" Syifa mengarahkan badannya untuk memencet nurse call yang ada di atas sebelah kiri dari ranjang rawatnya. Belum sempat Syifa meraih dan menekan bel itu, seseorang sudah masuk ke dalam kamar rawat Syifa.
"Ka Rizky!" Syifa merasa lega saat ia melihat bahwa Rizky yang memasuki kamarnya.
Rizky pun panik karena melihat wajah Syifa yang panik dan juga sudah menangis. "Syif? Kamu kenapa?" Rizky menaruh bawaannya dari luar yang berisi makanan untuk dirinya dan Syifa lalu menangkup wajah Syifa. "Kamu kenapa sayang?" tangannya menelusuri seluruh wajah Syifa dengan khawatir.
Syifa menggelengkan kepalanya. "Aku takut Ka Rizky ninggalin aku..." Syifa memeluk Rizky erat.
"Syifa... hey, udah yaa. Kamu jangan kaya gini sayang. Aku paling ngga bisa liat kamu nangis terus kaya gini. Aku disini, aku tadi cuma ke depan mau beli sarapan buat kamu." jelas Rizky sembari menatap wajah Syifa. Syifa masih saja menangis sesenggukan.
"Sayang udah dong. Kalo kamu masih nangis aku tinggal beneran nih." ancam Rizky kepada Syifa.
"Kak!" Syifa memukul lengan Rizky.
"Makanya udahan dong nangisnya. Sekarang kita makan dulu yaa." Rizky membuka makanan yang tadi ia beli dan langsung menyuapi Syifa dengan telaten.
Mereka makan berdua lalu setelahnya dokter dan suster pun masuk ke dalam kamar rawat Syifa. Mereka mengecek kondisi Syifa sebentar lalu mengatakan bahwa Syifa besok sudah bisa pulang dari rumah sakit karena keadaannya yang semakin membaik. Rizky dan Syifa pun sangat senang mendengarnya.
Kini hanya ada Rizky di ruangan Syifa. Syifa menyuruh Rizky duduk di sebelahnya di ranjang rawat Syifa. Rizky menuruti kemauan Syifa. Rizky merangkul Syifa dan Syifa meletakkan kepalanya di dada bidang Rizky. Baru saja Rizky ingin terlelap, Syifa bertanya kepada Rizky.
"Kak, abang sama papa kok ngga kesini yaa?" tanya Syifa sembari memainkan bulu-bulu halus yang terdapat di lengan Rizky.
"Abang sama papa kamu nanti pulang kerja kesini kok. Tadi bang Randy sempet kesini pagi-pagi sebelum dia ke kantor, tapi kamunya belum bangun." Rizky mengelus sayang kepala Syifa.
"Ooh."
Tiba-tiba Rizky membenarkan posisi duduknya lalu menghadapkan dirinya pada Syifa agar ia dapat melihat wajah kekasihnya itu. "Syif, aku mau ngomong sama kamu."
"Kenapa kak?" Syifa memperhatikan ekspresi Rizky yang terlihat gelisah dan bingung.
"Tapi kamu dengerin aku dulu sampe selesai okay?"
Syifa mengangguk pelan. Kemudian Rizky menarik napas panjang lalu menghembuskannya pelan.
"Aku dua minggu lagi harus berangkat ke London untuk urus beasiswa aku dan kuliah disana. Beberapa hari yang lalu pihak universitasnya hubungin aku dan mereka bilang kalo beasiswa aku ternyata ngga bisa diambil dalam satu tahun atau dua tahun ke depan. Mereka ngasih aku waktu sampe akhir tahun untuk ambil beasiswa itu, kalo ngga itu bakalan angus gitu ajaa kalo sampe lewat dari akhir tahun." Rizky memperhatikan perubahan pada raut wajah Syifa.
Syifa bergeming menatap kekasihnya itu, lalu berkata "Dua minggu lagi?" tanya nya dengan suara yang serak.
Rizky mengangguk lemah. Ia masih memperhatikan ekspresi wajah gadisnya itu.
Syifa menghela napasnya sejenak lalu berkata sembari tersenyum "Yaudah, gapapa kak. Kakak baik-baik yaa disana." ucapnya yang membuat Rizky tidak sangka. Hanya itu yang terucap dari bibir Syifa.
Rizky mengernyitkan dahinya. "Kamu.... Kamu gapapa aku kuliah disana? Maksud aku... aku bakalan kuliah satu setengah tahun loh Syif disana dan artinya kita bakal...." Rizky belum menyelesaikan bicaranya tetapi Syifa sudah memotongnya.
YOU ARE READING
Another Side - Completed
FanfictionKejadian yang menimpa Syifa 7 tahun lalu sangat merubah kepribadiannya. Syifa yang manis, lembut, dan ramah berubah menjadi cuek, garang, dan liar. Kejadian apa yang menimpa Syifa hingga ia menjadi seperti ini? Dari awal masuk kuliah, Rizky sudah m...