“Aku mencintaimu, Kupikir kau tidak.„
_________
Tanpa basa-basi lagi, Sancar diam-diam membawa Ayşu ini ke rumah kecil. Menggendong gadis itu sambil menangis dilanda penyesalan. Ya Tuhan, bagaimana bisa terjadi lagi padanya? Apa hanya karenanya dan dia baru saja bertemu setelah setahun lamanya berpisah membuatnya mulai terancam? Entahlah.
Sesampai di rumah, Sancar membaringkan Ayşu di atas ranjang. Mengambil obat luka dari kotak obat, dan mengobati gadis ini. Membuka pakaiannya yang robek-robek dan ...
TAR!
Sancar ingin berteriak histeris saat melihat ini! Anka memang orang yang amat kejam. Berani sekali dia melakukan hal ini Ayşu, bahkan lebih dari apa yang dilihat. Tega sekali dia! Usai melepas pakaiannya—hanya mengenakan tank top, seluruh tubuhnya dipenuhi luka goresan dan memar, termasuk di bagian leher dan pinggang. Apakah ia dilecehkan? Sancar harus menanyakan semuanya pada Ayşu nanti. Sebab, saat ini ia harus mengobatinya, lalu harus menemui Sema.
Sancar hendak pergi meninggalkan Ayşu sebentar, tapi tangannya menahan Sancar pergi. Sepertinya Ayşu tahu, sementara dirinya cepat-cepat mengusap air mata.
“Sancar ...”
Sancar menoleh, memandang gadis itu dengan matanya berkaca-kaca. “Ada apa, Ayşu? Aku harus pergi.”
“Ke mana? Segitu pentingnya sampai-sampai kau tidak memperhatikan keadaanku.” Ayşu melirih.
“Aku pergi menemui Sema, Ayşu.”
“Siapa Sema? Pacarmu, kan?” Ayşu bertanya lagi. Sancar pun tak mampu menjawabnya. Hal ini benar-benar membuatnya dilema. Sancar amat mencintai Ayşu, tapi tidak bisa menyakiti Sema. “Kenapa diam, Sancar? Apa dia memang pacarmu? Kalau iya, berarti kau sudah melupakanku? Seperti apa orangnya? Aku ingin lihat dan berkenalan.” Ayşu tersenyum, meskipun banyak luka di tubuhnya, mungkin ... perasaannya juga.
“Dia Sema, tunanganku.” Sancar memejamkan mata dan tanpa disadari air mata jatuh di pipi.
“Kenapa kau menangis? Harusnya bahagia! Tapi aku tahu, kau tidak akan mungkin bisa bahagia dengannya,” lirih Ayşu, menghela napas panjang, menangis bertawan-tawan. “Dan hal itu ... membuatku semakin bersemangat untuk mengejarmu, memilikimu seutuhnya, bahkan mencium bibirmu lembut nan lambat yang akan menjadi suatu hal paling luar biasa dalam hidupku. Jangan pandang pekerjaanku, tapi pandanglah cintaku sekali saja.” Nadanya terdengar berpinta yang membuat Sancar semakin luluh padanya. Ingin melupakannya melalui Sema. Namun, hal itu semakin dirinya terjerumus pada Ayşu. Ah, dia telah membuatnya semakin mencintai Ayşu
“Kau benar,” lirih Sancar, “tapi, itu tidak mungkin.”
“Lupakan dia, nikahilah aku.” Mendengar Ayşu bilang seperti itu yang membuat Sancar terkejut setengah mati.
“Apa katamu?” Sancar tidak percaya.
“Lupakan dia, nikahilah aku.”
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Tidak bisa.”
“Jika tidak bisa, aku akan mengganggumu juga Sema.”
“Sema adalah tunanganku! Jangan ganggu aku, Ayşu!”
“Bagaimana pun juga, aku mencintaimu, Sancar! Kalau perlu, aku bisa memisahkan kalian berdua. Itu mudah buatku, karena Sema juga orang yang bodoh seperti Anka!”
“Kau tahu apa tentang Sema?!”
“Tentu saja aku tahu karena aku ini kekasihmu!”
Mereka saling berdebat akan hal itu. Tiba-tiba saja Ayşu merintih kesatikan karena lukanya. “Ayşu ..., apa kau baik-baik saja?” Sancar merasa bersalah.
“Ini adalah lukaku! Jangan ganggu aku, Sancar!” Ayşu emosional, mengubah posisi tidurnya.
“Ayşu,” sahut Sancar memanggil Ayşu.
“Pergilah! Sebaiknya aku berhenti mencintaimu. Aku lelah, bosan! Pergilah!” Jangan seperti itu, Ayşu! Dirinya tidak bermaksud begitu.
“Ayşu ...”
“Pergilah ...!”
“Tidak!” Sancar langsung merebahkan diri di atas ranjang, tepatnya tidur di samping gadis itu. “Aku tidak mau!” Langsung memeluknya erat, mendekatkan kepalanya di baeagt tenguk sang, dan entah dorongan apa yang membuatku sesekali mencium leher sang gadis yang penuh luka itu dengan lembut.
“Pergi, Sancar ...! Hiks ... pergi ...!”
“Tidak. Kumohon berbaliklah, tatap aku,” pinta Sancar.
“Pergi ...!”
“Tidak. Ini rumahku, bukan rumahmu. Di mana aku akan tinggal nanti, hm?” Sancar mendehem, memberi napas hangat ke arah telinga Ayşu.
“Hiks ... Sancar!” Ayşu terdiam sejenak. “Kalau begitu, biar aku saja yang pergi!” Ayşu hendak menepis pelukan itu dan akan pergi, tapi tetap ditahan Sancar.
“Tidak. Kumohon berbalik, tatap aku.”
Akhirnya Ayşu berbalik, Sancar langsung menyenderkan kepala di dadanya. Nyaman.
“A-apa yang kaulakukan, Sancar?” Ayşu terkejut.
“Bersandar.”
“Hanya itu?”
“Iya. Tapi, ada lagi selain itu ... kau tidak perlu tahu.”
“Lepaskan aku, Sancar. Aku ingin pergi!”
“Tidak. Aku hanya ingin tidur di sini.”
“Jangan memelukku atau pun bersandar di dadaku saat kau tidur! Kau mengerti?!”
“Aku tidak melakukan hal itu, aku hanya ingin mendengar detak jantungmu. Sebab, hanya dengan mendengarnya saja pun aku sudah merasa aman.”
“Bohong,” gerutu Ayşu.
“Aku serius ....”
![](https://img.wattpad.com/cover/147828779-288-k515624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Resound (Reupload)
Fanfiction(Cerita sudah lengkap) Kisah cinta seorang gadis berprofesi model dewasa harus bertemu dengan penyanyi jalanan yang baru saja menerima tawaran bernyanyi di bar. Dia tampan, berwibawa, sexy. Gadis itu jatuh cinta. Namun, sang pria justru jijik dekat...