Dilan
Baiklah, aku akan mengenalkan Dilan pada kalian.
Namanya Vildan Abdullah, tapi semua orang justru memanggilnya dengan sebutan Dilan. Dilan Abdullah. Dan kini ia bekerja dalam satu studio photoshoot bersama Sema, yakni menjadi penata rias.
Oke, saat itu aku menjelaskan tentang Dilan pada gadisku, di mana ia sedang sakit saat itu.
Aku dan dia berteman di mana saat dia datang ke rumahku untuk menenangkan diri sebelum ia dioperasi pengangkatan Tumor. Sebenarnya saat itu juga, aku ingin menolaknya tinggal di sini. Tapi karena aku jarang di rumah dan sibuk dengan urusan bernyanyi di beberapa bar, jadi kuizinkan dia tinggal di sini hanya untuk beberapa hari.
Menurutku, Dilan orangnya baik. Dia perhatian juga. Aku senang bisa dekat dengan dia dalam bersahabat. Tapi, yang sangat kubenci dalam sikap Dilan, yaitu sikap femininnya melebihi sosok gadisku.
Gara-gara Dilan juga, hubunganku dan Sema hampir renggang. Tapi, untunglah Dilan menjelaskan semuanya.
"Hey, kita ini berteman, bukan bermusuhan. Aku dan Ilgas tidak memiliki apa pun tentang hal yang spesial. Kami hanya berteman. Jangan khawatir, Sema sayangku. Sanskar-mu tidak akan hilang."
Dilan orang yang periang, sama seperti Sema. Karena periangnya dia, sampai-sampai sikapnya konyol seperti anak-anak. Ah, aku jadi ingin tertawa saat mengingatnya.
Lagi-lagi saat konyolnya dia beberapa tahun lalu, sering melakukan hal jahil padaku. Kadang-kadang dia suka menyuting video tingkah konyolku di kamar secara diam-diam.
Setelah menyunting, Dilan sengaja memindahkan file video itu di televisi. Dia tertawa saat menonton video itu. Aku yang mendengar suara tawanya yang mengerikan itu, langsung datang ke ruang tamu.Di ruang tamu, aku tersenyum kesal sambil menyilangkan kedua tangan. Ingin kulemparkan cokelat ke mulutnya supaya diam. Dilan membuatku gemas, geram, dan sebagainya.
"Hahaha ... lihatlah wajah konyolmu itu, Ilgas! Kau selalu mengatakan bahwa aku layaknya seperti anak-anak. Hahaha!"
"Jadi kau, ya, yang menyuting video apa yang kulakukan di kamar? Shit you, Dilan!"
"Ayolah, Ilgas. Apa kau marah? Oh ... iya, aku lupa bahwa yang ternyata ... ini kau yang sebenarnya. Haha. Kau lucu, Sanskar Ilgas!"
"Arrr ... Dilan!"
"Mengapa? Kau marah lagi, ya? Kau tidak mampu untuk marah, Ilgas. Karena ada aku, kau jadi betah di rumah. Rumahmu ramai karena suara bisingku ini. Haha!"
"Dilaaan ...!!!"
"Dilan apa, hm? Dilan, aku mencintaimu. Begitu, ya? Ayolah, katakan saja cintamu padaku. Jangan ragu, aku akan menerimanya dengan senang hati. Haha!"
"Dilaaaan, sini akan kuberi hukuman padamu!"
Mengingat moment itu, mampu membuatku tertawa akan candaannya, sikap konyolnya itu yang membuatku geram padanya. Haha.
Saat semuanya berakhir, meskipun aku dan Dilan sering berjumpa, tapi tidak pernah menyapa. Kami menjauh.
Hey sahabatku Dilan, apa kabar?
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Resound (Reupload)
Fanfiction(Cerita sudah lengkap) Kisah cinta seorang gadis berprofesi model dewasa harus bertemu dengan penyanyi jalanan yang baru saja menerima tawaran bernyanyi di bar. Dia tampan, berwibawa, sexy. Gadis itu jatuh cinta. Namun, sang pria justru jijik dekat...