6. Sebuah Pendam yang Tak Mampu Dipendam

477 32 10
                                    

"Tak mudah untuk melupakan seseorang yang selalu memberi kita ingatan.„

_______

Sema melepaskan pelukannya dan menatapnya. Tersenyum ceria. Hal itulah yang membuat Sancar benar-benar tak ingin menyakitinya. Sebab, Sema merasa amat bahagia bersamanya walau sebenarnya ia ingin mengakhiri hubungan ini. Yakin, jika aku mengatakan hal ini sebenarnya pada Sema, maka sama saja ia menganggapnya sebagai pelarian-hanya untuk melupakan kekasihnya saat itu-di mana saat itu dirinya sedang kecewa atas apa yang Ayşu lakukan saat itu, itu pun juga bodohnya ia karena telah mempercayai tuduhan konyol dari Anka-yang katanya itu adalah mantan kekasihnya Ayşu, si gadisnya.
"Sancar, bagaimana kabarmu? Apa semuanya baik?" Sema bertanya, masih tersenyum sambil merangkul leher Sancar. Sancar terdiam. Kemudian, Sema melepaskan rangkulan itu dan berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Gadis itu murung sambil memijat-mijat kepalanya, sementara Sancar turut mengikutinya dan duduk di sampingnya.
"Kau sendiri baik-baik saja, Sema?"
"Mungkin. Kepalaku juga sedikit pusing karena Dilan."
"Dilan?" Sancar mengerutkan dahi.
"Iya!" keriau Sema. "Apa kau tahu, Sancar? Dilan telah menerima tawaran event itu tanpa seizinku! Dan saat aku terpekik padanya, dengan santainya dia bilang, "ini event yang menarik." Dilan benar-benar bodoh, dia tidak memikirkan apa kendalanya nanti!" Sema menggerutu, Sancar jadi ingin tertawa mendengarnya.
"Mungkin dia menerima event itu karena amat menarik baginya," ujarku, menahan tawa.
"Allah, allah, Sancar, justru itu yang membuatku repot, dia membuang waktu santaiku!"
"Mungkin rezekimu sudah di sini."
"Apa? Kaubilang itu rezeki?" Sema mengangkat kedua pundaknya.
"Benar. Kenapa?"
"Ya, kau dan Dilan sama saja, tidak ada bedanya. Pokoknya sama!"
"Ha-ha-ha ...!"

_______

Baiklah, author akan mengenalkan Dilan pada kalian.
Namanya Vildan Abdullah, tapi semua orang justru memanggilnya dengan sebutan Dilan. Dilan Abdullah. Kini ia bekerja dalam satu studio photoshoot bersama Sema, yakni menjadi penata rias. Ciri-cirinya punya rambut sebahu, kulit kuning langsat, dan dia gadis yang manis.
Oke, saat itu Sancar menjelaskan tentang Dilan pada Ayşu di mana Dilan sedang sakit saat itu.
Mereka berteman berawal di mana saat Dilan datang ke rumah Sancar untuk menenangkan diri sebelum dirinya dioperasi pengangkatan Tumor. Sebenarnya saat itu juga Sancar ingin menolaknya tinggal di sini, tapi karena dirinya jarang di rumah dan sibuk dengan urusan bernyanyi di beberapa bar, jadi ia Izinkan gadis itu tinggal di sini hanya untuk beberapa hari.
Baginya, Dilan orangnya baik. Perhatian juga. Sancar senang bisa dekat dengan dia dalam bersahabat. Tapi, yang sangat dibenci dalam sikap Dilan, yaitu sikap femininnya melebihi sosok cintanya.
Gara-gara Dilan juga, hubungan Sancar dan Sema hampir renggang. Tapi, untunglah Dilan menjelaskan semuanya.
"Hey, kita ini berteman, bukan bermusuhan. Aku dan Sezen tidak memiliki apa pun tentang hal yang spesial. Kami hanya berteman. Jangan khawatir, Sema sayangku. Sancar-mu tidak akan hilang."
Dilan orang yang periang sama seperti Sema. Karena periangnya dia, sampai-sampai sikapnya konyol seperti anak-anak. Ah, Sancar jadi ingin tertawa saat mengingatnya. Lagi-lagi saat konyolnya dia beberapa tahun lalu, sering melakukan aksi prank ke Sancar. Kadang-kadang dia suka menyuting video tingkah konyol Sancar di kamar secara diam-diam. Ya, setelah menyunting, Dilan sengaja memindahkan file video itu di televisi. Gadis itu tertawa saat menonton videonya. Sancar yang mendengar suara tawanya yang mengerikan itu, langsung datang ke ruang tamu.
Di ruang tamu, Sancar tersenyum kesal sambil menyilangkan kedua tangan. Ingin melemparkan cokelat ke mulutnya supaya diam. Dilan membuatnya gemas, geram, dan sebagainya.
"Ha-ha-ha ...! Lihatlah wajah konyolmu itu, Sezen! Kau selalu mengatakan bahwa aku layaknya seperti anak-anak. Ha-ha-ha!"
"Jadi kau, ya, yang menyuting video apa yang kulakukan di kamar? Damn you, Dilan!"
"Ayolah, Sezen, kenapa kau marah? Oh ... iya, aku lupa bahwa yang ternyata ... ini kau yang sebenarnya. Ha-ha-ha. Kau lucu, Sezen!"
"Arrr ... Dilan!"
"Mengapa? Kau marah lagi, ya? Kau tidak mampu untuk marah, Sezen. Karena ada aku, kau jadi betah di rumah. Rumahmu ramai karena suara bisingku ini. Ha-ha-ha!"
"Dilaaan ...!!!"
"Dilan apa, hm? Dilan, aku mencintaimu. Begitu, ya? Ayolah, katakan saja cintamu padaku. Jangan ragu, aku akan menerimanya dengan senang hati. Ha-ha-ha!"
"Dilaaaan, sini akan kuberi hukuman padamu!"
Mengingat moment itu, mampu membuat Sancar tertawa akan candaannya, sikap konyolnya itu yang membuatnya geram sangat. Ha-ha-ha. Bahkan saat semuanya berakhir, meskipun mereka sering berjumpa, tapi tidak pernah menyapa. Mereka menjauh.
Hey sahabatku Dilan, apa kabar?

Resound (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang