8. Hingga Suatu Ketika ...

424 34 6
                                    

    Ayşu merasa bersalah karena telah membuat mereka berdua—Sancar dan Sema—berpisah. Memang, dirinya juga mencintai Sancar sama layaknya seperti Sema. Mencintai pria yang sama dengan tulus. Harusnya ia senang akan hal itu, tapi tidak seperti itu. Baginya, akulah yang telah membuat mereka berdua rusak.
   Ayşu terdiam melihat Sancar menghampirinya.
  “Sekarang aku lega, Ayşu.” Sancar tersenyum tipis. Dia duduk di dekatku.
  “Tapi aku tidak senang kau melakukan itu, Sancar, aku tidak suka!” Ayşu menggerutu pada Sancar, menatapnya berkaca-kaca.
  “Kenapa? Apa kau berpikir Sema sakit hati karenaku, begitu? Justru jika tidak aku mengatakan semua ini pada Sema sebelumnya, mungkin aku sudah menikah. Sementara kau akan merasakan lebih sakit hati dari Sema karena aku menikahinya di hadapanmu. Di sisi lain saat itu juga, aku mencintaimu lebih dari Sema. Aku tidak akan pernah bisa bahagia, Ayşu. Sampai kapan pun tak akan pernah bisa,” jelas Sancar membelai pipi gadisnya lembut. “Aku akui aku membencimu, ingin melupakanmu. Tapi aku sadar, semuanya tidak mungkin bisa kulakukan. Itu mustahil dan amat sulit bagiku untuk bisa melakukan hal itu.”

____

    Berbulan-bulan lamanya sudah kulalui setelah pulang dari rumah sakit, Ayşu harus banyak berlatih untuk menggerakkan tangan. Sejujurnya ia malas menggerakkan tangannya karena sakit, tapi kata Sancar, “Jika tidak dilatih, maka tanganmu akan diamputasi oleh Dokter Salih. Kau mau tanganmu di-seperti-itu-kan?” Demi Tuhan, kata-katanya terdengar seperti mengancam yang membuatnya takut dan langsung berlatih.
   Ayşu tinggal di rumah neneknya Sancar. Wanita itu termasuk orang yang amat ramah pada dirinya. Sancar memperkenalkan dirinya pada wanita sebagai kekasihnya, dan itu membuatnya bahagia. Dia menceritakan bahwa Sancar orang yang susah diatur dan nakal. Ayşu bercekikik. Wanita itu berharap padanya untuk bisa membawa Sancar ke perubahan yang lebih baik. Dia bercerita juga bahwa ibunya meninggal karena kanker payudara sejak Sancar masih kecil, sedangkan ayahnya tak tahu pergi ke mana. Hal itu juga membuat Ayşu turut sedih, tak menyangka bahwa kekasihnya juga menderita.

____

     Saat Ayşu duduk berdua dengan nenek sambil berbicara, tiba-tiba terdengarlah suara pintu. Nenek langsung membuka pintu itu. Yeay, Sancar datang! Tapi kenapa harus bersama wanita lain? Dan, wanita itu bukanlah Sema, tapi siapa dia? Tampaknya nenek menyuruh mereka berdua masuk dan duduk berdua di hadapan Ayşu, sementara nenek pergi ke dapur untuk menyiapkan teh dan biskuit. Sebenarnya ia ingin membantu nenek untuk menyiapkan segala sesuatunya, tapi dia menolak, menyuruh Ayşu duduk saja, bicara dengan mereka.
   “Perkenalkan ini Bella Iffet. Dia ingin bicara sesuatu padamu,” kata Sancar memperkenalkan wanita itu pada Ayşu. Ayşu tersenyum tipis.
   “Amm ... aku Ayşu Demirören,” jawab Ayşu bingung, melirik Sancar yang tampaknya canggung padaku.
   “Baiklah, semoga cepat sembuh. Sebenarnya ada yang ingin kubicarakan pada kalian.” Bella tampaknya serius dengan apa yang ingin bicarakan. “Ini juga pesan dari Sema.”
   “Sema?” Ayşu mengerutkan dahi.
   “Iya, benar. Dia memintaku untuk menemui dan memberitahu pada kalian.”
   “Apa?”
   “Aku meminta kalian, Ayşu, Sancar, untuk melakukan sesi photoshoot berdua dalam majalah Vogue Couple Goals yang akan diterbitkan Mumbai,” jelas Bella.
  “Apa?!” Ayşu terkejutnya setengah mati, bergetar saat Bella memberi penawaran melakukan photoshoot dengan Sancar? Rasanya tidak mungkin bila Sancar bisa menjadi model majalah, karena dia saat ini berprofesi sebagai penyanyi street di Istanbul. Tapi, menurutnya ada kemungkinan Sancar pantas menjadi model majalah; dia tampan, berwibawa, seksi, dan memiliki tubuh yang begitu six-pack. Dari situlah mungkin dia bisa bersanding denganku untuk melakukan photoshoot berdua bersama.
   “Aku serius. Apa kalian menerima tawaran itu?”

____

     Ayşu dan Sancar berjalan-jalan di sekitar taman rumah ini, kemudian duduk berdua di kursi.
   “Ayşu, apa aku bisa melakukan ini?” tanya Sancar tiba-tiba.
    Ayşu menoleh, menatap muka canggung Sancar-nya itu. “Dulu kau juga sering datang ke studio photoshoot untuk melihatku. Itu cara-caranya.”
   “Maksudnya?”
   “Ikutilah petunjukku nanti. Aku tahu semua tentang posisi pasangan model majalah.” Aku tersenyum sengit, penasaran, dan ingin mencoba melakukan sesi photoshoot bersamanya.

Resound (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang