11. Mereka Berdua

415 30 4
                                    

        Sema dan Özgür sedang dimabuk cinta. Mereka bahagia karena saling mencintai, menerima satu sama lain, dan mengubah rasa mereka masing-masing. Mereka sudah tenggelam dalam lautan cinta seperti anak-anak remaja pada umumnya.
    Hari ini, Sema merias diri di hadapan cermin; mengenakan dress mini polosan warna merah dan membiarkan rambutnya terurai. Merias secantik mungkin, bukan berarti menor atau apa.
   “Cantik,” gumam Sema tersenyum di hadapan cermin. Setelah itu, ia keluar dari kamar menuju pintu depan.
    Saat Sema membuka pintu tersebut, dia melihat ada Özgür yang mengenakan jacket warna abu-abu sedang duduk berjongkok di halaman rumahnya. Pria itu menoleh ke belakang dan melihat Sema yang menghampirinya.
    “Allah, allah. Ternyata kau sudah di sini terlebih dahulu,” ujar Sema tersenyum sambil menggelengkan kepala.
    Özgür berdiri. Ia berbalik badan untuk melihat Sema, kemudian memegang pundak kekasihnya sambil tersenyum sumringah.
    “Karena aku mencintaimu, Sema. Aku semangat karena ingin bertemu. Aku tidak boleh terlambat, harus cepat,” jelas Özgür.
    Sema tersenyum bahagia, tapi dia juga sedih karena tiba-tiba saja terbayang lintas pada Sancar. “Baiklah. Terima kasih, Özgür-ku.”
   “Kali ini, aku akan mengajakmu untuk berkencan.” Özgür menawarkan.
   “Jangan bilang kita makan-makan di restoran, karena hari ini sudah makan.” Sema tersenyum miring sambil menyilangkan kedua tangannya.
   “Baiklah kalau begitu. Hm, bagaimana kita jalan-jalan saja?” tanya Özgür menawarkan.
   “Baiklah,” turut Sema.
   Mereka hendak jalan berdua. Namun sebelumnya, Sema memeluk lengan pria itu dan menjenjangkan kepala di sana.
   Sema membatin, Bantu aku untuk melupakannya, Özgür. Aku mencintaimu.

_____

    Di tempat lain, tepatnya di kantor perusahaan Kandemir, seorang pria sedang berdiri di hadapan jendela, memandang pemandangan luar dari jendela. Ia menghela napas panjang saat mengingat mantan kekasihnya itu. Ia sudah banyak dosa pada Ayşu; mulai dari membuat keluarga gadis itu rusak, menyembunyikan bayi kekasihnya. Ia harus memperbaiki ini, tapi bagaimana? Tak tahan, hanya tangisan yang bisa
     “Kenapa? Kenapa begini? Apa yang harus kulakukan?! Aaaaaa!”

____

     Di sisi lain saat Ayşu dan Sancar tidur seranjang, tiba-tiba ponsel gadis itu berbunyi. Ayşu terbangun dan merasa terganggu. Gadis itu mengambil ponsel itu di meja dan melihat siapa yang mengirim pesan pagi-pagi seperti ini.

  Hari ini, di pagi ini, kita harus bertemu, Aysu-ku! Karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu.

    Ayşu terdiam sejenak, berpikir ini pasti Laksh yang mengirimkannya. Siapa lagi kalau bukan Laksh yang mengirim pesan seperti ini karena ada kata ‘Ayşu-ku’ di pesan itu.
   Oke, Ayşu menuruti semua yang dikatakan Anka. Dia langsung mandi, mengenakan pakaian, dan diam-diam pergi meninggalkan Sancar. Sayang, pria itu tahu dan menyadari bahwa gadisnya pergi meninggalkannya. Pria itu memutuskan pergi mengikuti Ayşu-nya.

_____

    Ayşu pergi ke perusahaan Kandemir dengan mobilnya. Sesampai di sana, ia masuk ke dalam ruangan Ayşu. Di sana, ia melihat Anka sedang duduk santai di kursinya, tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja.
   “Apa lagi yang kau inginkan? Hah!” ketus Ayşu.
   Anka bangkit dari kursinya dan menghampiri gadis itu. Dia mencium aroma aneh pada diri Ayşu.
   “Lagi-lagi kau berhubungan dengan siapa, hm? Bau amis pada tubuhmu ini tidak bisa membohongiku.”
   “Apa urusanmu? Hah! Dan katakan, apa yang kauinginkan sebelum aku pergi!”
   “Aku tidak membunuh anak kita. Anak kita masih hidup. Mereka menjaga anak kita.”
   “Apa?”
   “Aku melindungi Hasret dari ayahku yang akan membunuhnya. Akulah yang menjalani permainan ini. Aku mohon, kembalilah, aku janji akan membuat kau dan putri kita bahagia.”
    “Di mana anak itu? Beritahu aku!”
    “Kau ikut aku.”
   Sancar emosi dan langsung menghajar Anka secara habis-habisan, kemudian mendorong sekaligus mencekik kuat pria itu ke jendela yang terbuka. Ya, dia mendengarkan semuanya di ambang pintu yang terbuka.
   “Lihatlah ke bawah, ahmak!” seru Sancar.
    Ayşu menghampiri Sancar dan meleraikannya. “Hentikan, Sancar! Kumohon hentikan!”
   “Dia tidak bisa dihentikan, Ayşu. Dia harus mati, dia telah berkali-kali ingin melenyapkanmu!” Sancar semakin kuat mencekik Laksh, sampai-sampai pria itu kesulitan bernapas.
    Rekan-rekan yang di luar kantor merasa panik. Mereka menghubungi polisi.
   Ayşu kebingungan. Terpaksa akhirnya ia menceploskan bicara, “Ya, aku tahu itu. Tapi bagaimana pun juga, dia adalah ayah dari anakku, Hasret!”
   Hati Sancar meledak rasanya. Sakit. Akhirnya dia menghentikan aksi itu, menarik kerah baju pria itu dan menjatuhkannya di lantai. Emosi tidak bisa dikendalikan lagi. Lagi-lagi Ayşu melukai hatinya. Ayşu banyak bohongnya.
   “Aku membebaskanmu karena permintaan dari Ibunya Hasret,” ujar Sancar. 
   Meskipun banyak luka lebam di wajah Anka, akhirnya ia tersenyum kemenangan.

____

    Tak lama kemudian, polisi datang dan menginterogasikan mereka bertiga. Mereka berdua saling tuduh, tapi untunglah Komiser Vardhan tahu siapa pelakunya. Sebab, Ayşu telah menceritakan semuanya saat ditinggal pergi oleh Sancar sekitar setahun yang lalu.

   “Akulah yang membunuh Fusun dengan tiga tembakan. Semua terjadi karena aku mengetahui rencananya yang akan melenyapkan anakku. Aku melihat isi suratnya. Aku bermain drama saat itu. Menyuruh suster mengirim anakku pada pria tua untuk mengirimkannya pada seseorang, lalu kembali ke rumah sakit dengan membawa kain yang sudah kulumuri darah hewan. Drama itu sudah menjadi bumerang bagi mereka. Aku tidak bisa memberitahu kalian semua di mana anak itu, aku hanya ingin dia aman dari orang lain. Musuhku banyak, bahkan bisa saja putriku, Hasret, yang akan menjadi musuhku. Aku mencintai Ayşu, begitu juga putriku, berharap mereka benar-benar aman.”

   Interogasi selesai. Anka ditangkap dan dipenjara selama 16 tahun atas perbuatannya yang membunuh Fusun dan membuat kematian palsu. Perusahaan itu berhasil diambil alih oleh Ayşu itu sendiri atas saran polisi dan notaris wasiat. Mereka semua pergi, termasuk Sancar. Bahkan sebelum pergi, Sancar menatap Ayşu kecewa berat karena membohonginya sekali lagi.
    “Aku menyesal mencintaimu, Ayşu. Terima kasih atas semuanya.” Tanpa basa-basi lagi, Sancar pergi meninggalkan gadisnya.
   “Sancar, tunggu!” Ayşu mengejar Sancar. “Dengarkan aku dulu!”
    Ayşu mengejar Sancar sampai ke pakiran. Sancar masuk ke dalam mobilnya dengan cepat, sementara Ayşu memukul-mukul kaca jendela mobil tapi Sancar sama sekali tidak mempedulikannya. Ayşu terduduk lemas dan sekali lagi menyebut nama Sancar, dan berharap ada kesempatan ketiga untuk bisa memeluk orang yang ia cintai dan bersujud untuk minta maaf; Sancar orangnya.

_____

     Malam harinya, Sema dan Özgür berjalan-jalan berdua di perumahan. Soalnya, Sema ingin bertamu di rumahnya.
    Sesama di rumah, Sema masuk ke dalam. Terlihat ada seorang pria dan gadis kecil yang tidur seranjang.
   “Siapa dia?” tanya Sema.
   “Dia Yamaz dan Hasret,” jawab Ozgur.
   Mata Sema menyipit saat melihat gadis tersebut, merasa gadis kecil ini mirip Ayşu.
  “Ada apa, Sema?”
   Sema terkejut dan menggelengkan kepala. “Ah, tidak. Tidak apa-apa, kok.”
  “Ah, kau ini,” ujar Özgür. Tiba-tiba pria itu mengecup bibir kekasihnya sejenak.
   “Kau memang mencari kesempatan, Özgür,” bisik Sema sedikit tertawa.

____

Resound (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang