Ayşu tertawa sejenak atas apa yang dikatakan Adi baru saja. “Aku sudah biasa merasakan sakit. Dari sakit fisik sampai ke batin, aku sudah biasa.”
“Kalau sakit fisik, aku tahu. Tapi, seperti apa rasanya kalau sakit batin?” Melis bertanya dengan nada bercanda.
“Rasanya seperti ... keracunan makanan,” jawab Ayşu tersenyum menyeringai kuda.
“Ha-ha-ha. Itu namanya sakit fisik, Ayşu,” ujar Melis.
“Benarkah? Sorry, aku lupa. Hehe,” kata Ayşu tertawa sejenak.
“Ah, kau ini.” Melis mencubit gemas pipi Ayşu.
Mereka bertiga pun tertawa. Setelah itu, suasana hening sejenak. Tiba-tiba Ayşu angkat pertanyaan yang membuat mereka bertiga bingung mau jawab apa.
“Apa kata dokter saat aku diperiksa?” tanya Ayşu secara tiba-tiba.
Suasana hening. Ayşu kebingungan karena mereka semua pada diam.
“Kau sakit, Ayşu,” jawab Uğur.
“Benarkah? Itu saja?” Ayşu mengerutkan dahi. Uğur menganggukkan kepala. “Baiklah, lalu aku harus apa?”
“Sebaiknya kau istirahat saja, Ayşu,” ujar Bella tersenyum.
“Apa yang dikatakan Bella itu benar, Ayşu. Kau harus istirahat,” sambung Melis.
“Dan kami akan segera kembali karena ada urusan sebentar. Tidak apa-apa, kan?” sambung Uğur melirih.
“Ya, aku tidak apa-apa. Aku bisa menjaga diri. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku, ini karena aku sudah biasa.” Ayşu tersenyum tipis pada mereka bertiga. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, supaya ketiga sekawan itu tak khawatir tentang dirinya selama ini.
“Baiklah. Kalau begitu, aku permisi dulu,” pamit Bella.
“Daah ...!” serentak mereka bertiga sambil melambaikan jemari.
“Daah ...!” balas Ayşu tersenyum sambil melambaikan jemari juga._____
Di luar ruangan, mereka bertiga mulai merasa khawatir.
“Sebelum kita pulang, sebaiknya kita hubungi Sema untuk menemani Ayşu.” Tiba-tiba Uğur angkat bicara.
“Kau benar,” gumam Bella. Ia langsung meraih ponselnya yang ada di sakunya kemudian menghubungi Sema, tetapi Sema tidak bisa dihubungi. Bella langsung menghela napas sejenak.
“Apa katanya?” Uğur bertanya dengan polosnya.
“Teleponnya tidak bisa dihubungi,” jawab Bella.
“Kalau begitu, kirim pesan suara saja.” Melis menyarankan, dilanjuti dengan anggukan Uğur.
Bella langsung menghubungi Sema dan meninggalkan pesan suara padanya._____
Di dalam taksi, Sema masih mendengus kesal pada Dilan. Mungkin Dilan tahu tentang putusnya hubungannya dengan Sanca. Oleh karena itu, Sema mengingat kejadian tadi.
Sema berjalan ke luar studio. Ia melihat Dilan sedang menelepon seseorang. Tampaknya Dilan aneh sekali hari ini, bagi Sema. Ia penasaran, kemudian menghampiri gadis itu.
“Ekhem,” dehem Sema, bersandar di tembok sambil menyilangkan kedua tangan.
Dilan terkejut, langsung memasukkan ponsel itu ke dalam tas-nya.
“A-ada apa?” Dilan terbata-bata.
“Siapa yang kau telepon?” tanya Sema datar bagaikan menginterogasikan Dilan.
“Teman,” jawab Dilan singkat tapi ketakutan.
“Coba, aku mau lihat ponselmu.” Sema menyodorkan tangannya sebagai tanda ia menagih sesuatu. Dilan tampak ragu. “Ayo, cepat ... berikan!”
“Ba-baik,” turut Dilan. Ia memberikan ponsel itu pada Sema.
Sema mengotak-atik ponsel gadis itu. Tak lama kemudian, ia terkejut karena ada nama log panggilan ‘Sancarim Benim’ yang tertera di ponsel Dilan, dan keterangan di log panggilan tersebut, baru ditelepon beberapa menit yang lalu.
“Sancar-ku. Nama log panggilan yang bagus, Dilan!” ketus Sema menatap tajam pada Dilan. “Dan ... aku bertanya padamu tentang ini, apa maksudnya? Hah!”
“I-itu—” Belum sempat Dilan menjelaskan, Sema tak segan-segan langsung menamparnya. Pipi Dilan memerah. Ia merasa kesakitan sambil memegang di bagian pipinya.
“Kalau kau menelepon Sancar lagi, maka aku tak segan-segan menamparmu lagi dan memecatmu dari pekerjaan ini!” ancam Sema menatap tajam ke Dilan, kemudian langsung pergi meninggalkannya. Namun sebelum itu, Sema melempar ponsel itu pada Dilan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Resound (Reupload)
Fanfiction(Cerita sudah lengkap) Kisah cinta seorang gadis berprofesi model dewasa harus bertemu dengan penyanyi jalanan yang baru saja menerima tawaran bernyanyi di bar. Dia tampan, berwibawa, sexy. Gadis itu jatuh cinta. Namun, sang pria justru jijik dekat...