Lovely Lecy~Part 1

386 28 4
                                    


Tak kusangka, sepucuk surat itu, mengubah pandanganku mengenai kehidupan.

Selamanya...

***

Gadis berparas manis itu tersenyum melihat kumpulan album foto yang selalu disimpannya di dalam kamar saat ini. Lecy ingat benar saat Papa dan Mama masih bersama beberapa tahun yang lalu. Lecy tak pernah lupa saat-saat Mama bersemangat memarahinya dan Papa dengan santai tersenyum memaklumi kelalaian yang Lecy lakukan. Terburu-buru berangkat ke sekolah dan akhirnya terjungkal karena sepatu yang belum diikatnya dengan rapi. Ingat benar saat ketiganya selalu bepergian bersama setiap akhir pekan. Menikmati taman dan pantai Ancol. Bersama-sama menginap di puncak. Masa-masa itu sudah tidak dirasakan lagi oleh Lecy. sejak beberapa tahun yang lalu, Mama dan Papa sepertinya tidak bisa bersama lagi. Lecy merindukan kebersamaan itu, namun, sepertinya gadis itu harus menahan kerinduan dalam hatinya. 

Leticya, gadis ceria yang selalu bersemangat.

Itu dulu.

Sekarang, Lecy hanya bisa menahan dirinya untuk tidak terlalu memikirkan masalah yang sedang dialami keluarganya. Meski keluhan terkadang muncul dalam hati gadis berponi tebal ini.

Papa dulu selalu tersenyum melihatku. Dan Mama selalu kuatir padaku. Membuat Lecy melalang buana ke masa di saat keduanya masih menjadi satu keluarga.

"Ya sudahlah, aku harus terus semangat," ujarnya pelan, melontarkan seulas senyuman dari bibirnya seakan menyemangati diri sendiri.

"Lecy! Sudah siap berangkat?" suara bersemangat terdengar dari luar pagar rumahnya yang terbuka lebar.

Lecy melihat keluar dan tersenyum sekilas ke arah sahabatnya yang berwajah dingin itu. Wajah tirus dan mata sipit mengingatkan Lecy akan artis korea jaman sekarang. Gadis itu menyambar tas ransel warna peach yang sudah diletakkannya di atas sofa sejak kemarin malam.

"Ya, tunggu!" seru Lecy menghampiri kemudian mencium pipi sang Mama yang tampaknya sedang sibuk membenahi baju-baju laundry pesanan pelanggan. "Lecy pergi dulu ya, Ma," bisik Lecy lembut di telinga sang Mama. Mama mengangguk dan tersenyum sekilas memandang Lecy. Tubuhnya terlihat rentan sekarang. Tak ada lagi Mama enerjik yang dulu pernah menjadi andalannya.

Lecy masih ingat kata-kata mama padanya waktu SD dulu, "Lecy, teman-teman kamu mungkin bertubuh lebih besar dari kamu. Tapi kamu itu anak yang kuat, Nak. Jadi kamu juga tidak boleh diam saja saat diperlakukan dengan tidak adil."

Lecy memang bertubuh lebih mungil dari anak-anak seumurannya. Saat itu dia terdorong oleh anak yang lebih besar daripadanya. Mama dengan sigap mengangkat tubuh kecil Lecy agar tidak terjerembab di tanah berpasir. Kata-kata yang diucapkan mama itu dipegangnya sampai sekarang.

Meski tubuh Lecy masih tergolong lebih kecil dari teman-teman seangkatannya, tapi Lecy tak berdiam diri saja. Lecy aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang membuatnya menjadi pribadi yang menyenangkan bagi semua orang di sekitarnya.

Lecy sudah berada di samping Hazel saat Hazel pamit kepada sang Mama. Namun Hazel tampak berjalan cepat meninggalkan Lecy yang masih sibuk nyengir-nyengor nggak jelas di sampingnya.

"Eh, tunggu dong. Kok udah jalan duluan sih, Zel?" seru Lecy pada sahabatnya yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya.

"Kalau aku nggak jalan duluan, nanti malah aku yang ketinggalan lagi. Kamu kan sprinter andalan sekolah," ujar Hazel sambil memainkan alis matanya dengan lucu.

Lecy tertawa melihat ulah sahabat dekatnya ini.

"Iya, kamu bakalan kalah sama aku kalau aku lari, tapi kan aku lagi nggak lari. Inget dong kakiku itu pendek. Kamu satu langkah panjang, aku dua langkah pendek-pendek," kata Lecy sambil menyenggol lengan anak laki-laki itu.

Keduanya tertawa sambil bercanda dengan satu sama lain sepanjang jalan.

"Duileh.. pagi-pagi udah mesra-mesraan aje berduaan," seru Gina dari kejauhan.

Gina menyusul keduanya dengan sepeda dari arah yang berseberangan.

"Et dah, ngapain lo orang sekarang jauh-jauhan jalannya, ckck, kayak gue ngegapin anak dibawah umur lagi pacaran aje," goda Gina sambil tertawa terbahak melihat reaksi keduanya. Wajah Lecy bersemu merah saat Gina berkata seperti itu kepadanya. Dengan datar Hazel langsung menoleh ke arah Lecy dan tersenyum simpul dan kembali berwajah datar melihat Lecy salah tingkah seperti itu.

"Hazel, lo harus hati-hati, tar lo ga laku lho kalo deket-deket mulu ama anak kecil ini," bisik Gina dekat telinga Hazel.

"Hmmpphh, anak kecil?" Timpal Hazel tak tahan lagi menahan tawanya yang meledak beberapa saat kemudian. Membuat kedua mata sipitnya tak terlihat lagi.

Lecy cemberut sambil berkata, "Heh, ngatain orang itu harusnya di belakang orangnya, jangan di depan dong," ujarnya sambil mendekati Gina dari belakang. "Mana ketauan lagi... hhh, gemes deh!" sambung Lecy sambil mencubit pipi Gina yang gembul itu.

"Aduh... duh... awas ya, lo, Lecy!"

Lecy tertawa terbahak-bahak sambil berlari menghadap belakang, menggoda Gina yang sekarang mulai mengejarnya.

Ttiinn... tiiinnn...

Kejadian yang begitu cepat itu membuat Lecy tersentak kaget dan terdiam beberapa saat. Untung saja Hazel masih sempat mengejar Lecy dan menarik Lecy ke pinggir dengan cekatan. Menghindarkannya dari tabrakan akibat sopir angkot yang menikung sambil ngebut ke arah Lecy yang berlari mundur.

"WOI, jangan main-main di tengah jalan!" teriak sopir angkot dengan nada marah.

Jantung gadis itu berdegup dengan kencang sekarang.

Lecy mengatur napasnya.

"Tenkyuu ya, Zel, udah nyelametin aku." Lecy memaksakan senyumnya meski wajahnya terlihat masih terkejut dengan kejadian yang baru saja dialaminya.

"Lecy! Lo gimana sih! Untung ada Hazel, kalau nggak, lo udah naik ke Surga kali," seru Gina yang menghampirinya.

"Iya, bener, Gin. Masih untung gue masuk Surga ya, Gin. Nggak turun ke Neraka," sambung Lecy yang sudah sepenuhnya pulih sekarang. Dengan santainya Lecy menggandeng tangan kedua sahabatnya itu sambil berjalan ke arah gedung sekolah yang terlihat di depan mata.

"Yee, nih anak miring kali ye... gimana sih, temen lo ini, Zel?"

"Dimaklumi aja, Gin, udah dari sononya gitu dia," sambung Hazel dengan wajah datarnya.

LOVELY LECYWhere stories live. Discover now