"Eits, jangan masuk dulu dong, Cantik. Katanya ada temenmu yang mau ngalahin aku di lomba nyanyi Lagu Daerah, buat Agustusan nanti, ya?" tanya senior yang digandrungi seantero sekolah itu mencegat Lecy masuk ke dalam.
Senior tampan yang mempunyai tulang rahang persegi bagaikan artis Bollywood itu merentangkan tangannya ke arah Lecy yang melotot galak.
Lecy memang terlihat manis untuk ukuran para senior di sekolahnya. Tak heran cowok sepopuler Fandy diam-diam mengikuti Lecy. Saat Lecy bersama dengan Hazel, Keduanya sering dianggap sebagai sepasang kekasih. Di mana ada Lecy, di situ pula Hazel berada. Tak mengherankan di saat mereka berdua, tak ada yang berani mengusik kedekatan mereka. Hanya seorang Fandy-lah yang bisa menghampiri keduanya seperti sekarang.
"Kak Fandy ikutan? Kakak kan nggak bisa nyanyi, waktu dulu aja _," timpal Lecy ingin mengalihkan perhatian seniornya itu.
Belum lagi Lecy menyelesaikan kalimatnya, Fandy menimpali, "Ssst, kamu boleh aja bilang kalau suaraku cempreng, Cantik. Tapi demi kamu, apa pun bisa aku lakukan." Sambil tetap tersenyum, laki-laki itu memainkan alisnya yang tebal.
Mungkin, banyak perempuan bakalan terpesona dengan senyuman dan pandangan mata yang sekarang diperlihatkan Fandy kepadanya. Tapi tidak dengan Lecy. Hanya Hazel seorang, laki-laki yang bisa mengisi hatinya sampai saat ini.
"Ih, apaan sih, Kak. Serem ih. Aku masuk dulu, ya, BTW, nggak jadi ikut kok Hazelnya. Kalau ikut juga Kak Fandy yang kasian. Bakalan kalah, Kak," sanggah Lecy sambil menggosok-gosok kedua lengannya merinding bagai orang kedinginan.
Hazel tersenyum simpul dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat reaksi sahabatnya yang masih berparas seperti anak SMP itu.
Lecy buru-buru masuk ke dalam kelas agar seniornya itu tidak sempat ngobrol lagi dengannya. Akhirnya Kak Fandy malah mengobrol dengan Hazel di luar. Lecy mengamati dari dalam, tampaknya mereka berbicara dengan serius saat ini. Entah apa yang dibicarakan oleh keduanya. Menambah rasa penasaran dalam hati Lecy.
"Ngomongin apa sama Kak Fandy? Ngomong serius bener," tanya Lecy.
"Lha, sekarang senyum-senyum. Aneh bin ajaib nih, ada sesuatu yang perlu aku tahu kah?" lanjut Lecy penasaran.
Hazel tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya, "It's man to man business. No woman allowed."
"Huu... belagu deh. Aku tanya, ah, ke Kak Fandy," kata Lecy.
"Like you can..." tantang Hazel dengan wajah datarnya.
"Eh, beneran ya, aku tanya... malah nantangin. Biarin, aku bakalan tanya beneran," balas Lecy panas.
Hazel tersenyum simpul meremehkan Lecy. Membuat Lecy makin membulatkan tekadnya untuk bertanya langsung kepada Kak Fandy, pulang sekolah nanti.
Sebenarnya Lecy malas bertanya kepada Kak Fandy. Seperti Hazel bilang, Lecy memang paling tidak suka dengan cowok populer yang jelas-jelas mendekatinya. Seperti pepatah kuno yang mengatakan, "Jangan mencari perkara dengan wanita yang sedang menyukai seseorang." Alias, lebih baik menjauh dari cowok yang digandrungi banyak orang kalau lo ga bisa bersaing dengan mereka. Daripada hidup lo jadi nggak tenang nanti.
Lagian, Kak Fandy itu dari awal masuk sekolah suka sekali mempermainkan Lecy. Sepertinya Kak Fandy bahagia saat melihat Lecy kesal setengah hidup sama dirinya.
Lecy tidak suka dipermainkan seperti itu. Senior tampan yang disukai banyak orang itu bakalan membuat dirinya menjadi objek rasa iri hati kaum hawa di SMU Pranata itu. Ada saja kakak senior perempuan yang terkadang menjahilinya saat Lecy sedang berjalan sendirian tanpa ada Hazel di sampingnya. Jadi, sebisa mungkin Lecy menjauh dari cowok ganteng pemain band idola sekolah mereka tersebut.
Tapi, apa boleh buat, Hazel yang membuat rasa penasarannya muncul saat ini. Mau tak mau Lecy harus menanyakan hal yang disembunyikan oleh Hazel dari padanya itu.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, dengan sigap, Lecy membereskan barangnya dan berlari keluar. Hazel tersenyum simpul melihat tingkah sahabat perempuannya itu.
Saat Hazel turun, Lecy sudah menunggu di gerbang sekolah dengan mulut manyun seperti bebek. Alhasil, cowok berparas asia itu tersenyum simpul melihat sahabat yang baru dekat dengannya setahun lebih itu. Bergegas menghampiri gadis yang tingginya tak lebih dari telinga cowok bermata sipit ini.
"Sudah tahu apa yang _?" Belum lagi Hazel menyelesaikan kalimatnya, Lecy berkacak pinggang.
Gadis itu menyahut ketus, "Kok, kamu mau aja sih? Katanya kamu nggak mau nyanyi lagi. Sekarang kok malah ikutan nyanyi, sih? Lagian ya, Kak Fandy itu nyebelin banget tadi, pake ngomong ke mana-mana dulu lagi. Nanya-nanya nomor WA lha, IG lha, de el el, bikin pusing! Kan, aku jadi harus ngasih dulu semuanya baru dia mau jawab. Eh ternyata yang diomongin cuman kalian mau singing battle doang? Huh, nggak penting abis deh," omel Lecy tanpa henti sambil jalan keluar sekolah berdampingan dengan Hazel.
"Udah ngomelnya, Non?" tanya Hazel sambil melirik Lecy yang rupanya masih kesal dengan kelakuan Kak Fandy barusan.
"Udeh, Pak. Makasih lho udah nyodorin aku ke sarang macan. Masih berasa nih tatapan lapar cewek-cewek di belakangku sekarang," tambah Lecy lagi.
Hazel menoleh ke belakang. Memayungi matanya dengan jari jemarinya sambil memicingkan matanya mencari semua yang dikatakan Lecy kepadanya.
"Mana macannya? Nggak keliatan tuh. Apa di balik pohon gede itu ya? Tunggu, aku mau usir dulu. Bilangin macannya biar nggak gangguin temenku..." ujar Hazel sambil berbalik arah menuju ke gedung sekolah mereka.
Lecy kaget melihat reaksi Hazel dan buru-buru menarik lengan baju laki-laki itu berjalan menjauh.
"Hazeeel! Kalau sampai mereka tahu gimana? Kamu bilang macan-macan gitu tar mereka denger aku bilangin mereka macan, bisa mampus besok aku di kamar mandi," desisnya dengan geram kepada Hazel.
Tak tahan lagi, Hazel tertawa terbahak-bahak. "Kamu harus lihat wajahmu yang ketakutan ini Lecy, mau liat nggak?"
Hazel mengeluarkan HP yang dibawanya.
'Klik'
"Nih, liat! Aku simpen ah, buat kenang-kenangan," lanjut Hazel sambil menahan tawanya saat ini.
"Hazel! Sini HP kamu. Hapus, nggak?" seru Lecy berlari mengejar Hazel yang sudah terlebih dahulu berjalan cepat meninggalkan Lecy sambil mengotak-atik terlebih dahulu gadget yang ada di tangannya sebelum menguncinya.
Gadis itu berhasil merebut HP Hazel. Atau lebih tepatnya Hazel memberikan HP itu dengan senyum kemenangan. Lecy menatap curiga ke Hazel tapi tetap membuka lock HP yang diberikan kepadanya dengan sukarela itu. Benar saja, foto itu sudah tidak ada lagi. Lecy melihat satu persatu file foto di Gadget itu, tapi tak menemukan apa pun di dalamnya.
"Hhh, terserahlah...." Desahan napas panjang gadis itu mengakhiri usahanya menghapus foto yang entah dihilangkan ke mana oleh Hazel dan mengembalikan gadget tersebut kepada pemiliknya.
Saat mereka dalam perjalanan pulang, terlihat dari kejauhan pagar rumah yang terbentang lebar. Membuat firasat Lecy tidak enak.
Lecy berlari dengan cepat masuk ke rumah diikuti oleh Hazel dari belakang.
Firasat yang selama ini tak pernah diungkapkannya ke Mama agar tidak menambah rasa kuatir sang Ibu benar-benar terjadi saat ini.
YOU ARE READING
LOVELY LECY
أدب المراهقينAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...